Volume 4, No. 1 Januari
2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI: �https://doi.org/10.46799/jsa.v4i1.521
PENGEMBANGAN DESAIN
PRODUK KEMASAN KOPI DI SAPUANGIN KOPI BASECAMP MERAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN KANO
Muhammad Rahmadaniel Yasmi
Universitas Islam Indonesia, Indonesia
Emails: [email protected]
Abstrak: ��������
Perancangan dan
pengembangan desain produk tidak hanya dilakukan di perusahaan-perusahaan
besar, tetapi juga dapat dilakukan oleh pelaku UMKM. Salah satu hal yang dapat dilakukan ialah pengembangan
desain kemasan. Sama halnya yang ada di Sapuangin Kopi
yang terletak di Basecamp jalur pendakian Gunung Merapi via Klaten, tepatnya di
Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Tujuannya dilakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan
kriteria kemasan produk yang dibutuhkan oleh konsumen, membuat prototype
kemasan, dan mengetahui tingkat kepuasan konsumen dari kemasan yang telah
dirancang. Metode penelitian yang digunakan adalah Quality Function
Deployment (QFD) untuk mencari kriteria kemasan produk yang dibutuhkan dalam
pengembangan desain kemasan dan membuat House Of
Quality sebagai perbandingan kriteria yang telah dipilih, kemudian metode Model
Kano digunakan untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap produk yang telah di
desain dengan menggunakan Blauth�s Formula. Dari hasil
penelitian yang dilakukan didapat 7 kriteria dari total 8 kriteria yang
ditawarkan kepada responden. Kriteria yang terpilih adalah Praktis
dengan frekuensi 90 responden, Penyajian Cepat sebanyak 59 responden, Menarik
sebanyak 61 responden, Efektif sebanyak 78 responden, Kualitas Terjaga sebanyak
91 responden, Terjangkau sebanyak 67 responden, dan atribut Mudah Digunakan
sebanyak 62 responden, sedangkan dari perumusan Model Kano didapat bahwa semua
atribut termasuk dalam kategori Functional, dengan atribut Praktis, Penyajian
Cepat, Kualitas, dan Mudah Digunakan masuk pada kategori one dimensional. Atribut Menarik dan Terjangkau masuk pada kategori attractive.
Kemudian atribut Efektif masuk ke kategori must be.
�����������������������������������������������������������������������
Kata
Kunci: Desain Produk; QFD; Kano; Desain Kemasan.
Abstract:
The design and
development of product designs is not only carried out in large companies, but
can also be carried out by MSME actors. One of the things that can be done is
the development of packaging designs. It's the same as in Sapuangin Kopi which
is located at the Basecamp hiking trail for Mount Merapi via Klaten, to be
precise in Tegalmulyo Village, Kemalang District, Klaten Regency, Central Java. The aim of this research was to obtain the
product packaging criteria needed by consumers, create packaging prototypes,
and determine the level of consumer satisfaction from the packaging that has
been designed. The research method used is Quality Function Deployment (QFD) to
look for product packaging criteria needed in the development of packaging
designs and create a House Of Quality as a comparison
of the criteria that have been selected, then the Kano Model method is used to
determine consumer satisfaction with products that have been designed with
using Blauth's Formula. From the results of the research conducted, there were
7 criteria out of a total of 8 criteria offered to respondents. The criteria
chosen were Practical with a frequency of 90 respondents, Quick Presentation of
59 respondents, Attractive of 61 respondents, Effective of 78 respondents,
Quality Maintained of 91 respondents, Affordable of 67 respondents, and Easy to
Use attributes of 62 respondents, while from the formulation of the Kano Model
it was found that all attributes were included in the Functional category, with
the attributes Practical, Quick Presentation, Quality, and Easy to Use included
in the one dimensional category. Attractive and Affordable Attributes fall into
the attractive category. Then the Effective attribute goes into the must be
category.
Keywords: Product Design; QFD; Canoe;
Packaging Design.
Article History�����������������������
Diterima��������� : Januari 2023
Direvisi����������������������� : Januari 2023
Publish������������ : Januari 2023
�����������
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang sangat pesat membuat suatu persaingan bisnis
semakin ketat. Produsen dituntut untuk memiliki pola pikir kreatif dan inovatif,
sehingga produk yang dihasilkan bisa menarik minat konsumen terhadap produk
yang dijual (Winarso, 2019). Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pengembangan desain produk itu sendiri.
(Chen et al., 2021) penerapan model Kano untuk mengevaluasi kepuasan
penumpang terhadap setiap elemen pada sebuah acara besar. Kemudian mengekplorasi berbagai mode transportasi seperti bus dan
mobil menurut kelompok penumpang secara individual dan kolektif berdasarkan
peringkat elemen layanan yang membutuhkan perbaikan. Hasil
dari penelitian ini mendapatkan manajemen pengaduan yang baik, sistem reservasi
yang lugas, kerapihan kendaraan, frekuensi transportasi yang memadai, dan
informasi transportasi yang jelas merupakan layanan yang kritis sehingga
penyelenggara harus memprioritaskan layanan untuk perbaikan.
Pada penelitian
yang dilakukan oleh (Bhardwaj et al., 2021) pengembangan produk menemukan tantangan terkait pilihan fitur yang akan
disertakan dalam produk untuk meningkatkan kepuasan pelanggan secara
keseluruhan dengan menggunakan analisis model Kano. Model Kano adalah
pendekatan yang digunakan sebagai acuan dalam membuat keputusan yang tepat
untuk fitur produk berdasarkan penerimaan pada pengguna akhir. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi fitur yang tersedia
di sector otomotif India saat ini untuk pasar Hatchback yang ditargetkan dan
mengkategorikan fitur kedalam kelompok prioritas berdasarkan persepsi
pelanggan. Hasil dari penelitian ini untuk mendapatkan
wawasan tentang bagaimana perasaan pelanggan dari setiap fitur yang diberikan
pada produk serta menjawab apakah ada kebutuhan dari atribut fitur tertentu
yang pada akhirnya menentukan peran dalam perilaku pembelian pelanggan.
Setelah suatu
barang atau jasa dapat ditingkatkan kualitasnya maka akan
dilakukan proses untuk menganalisa kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat
mengetahui bagaimana kualitas suatu barang atau jasa yang sudah dikembangkan (Yanuar et al., 2017). Metode yang sering digunakan dalam menganalisa
kepuasan pelanggan adalah metode Kano. Metode Kano merupakan indeks
kepuasan user yang digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan
pelanggan atas suatu barang atau jasa (Anugrah, 2021).
Perancangan dan pengembangan desain produk tidak hanya dilakukan di
perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga dapat dilakukan oleh pelaku UMKM. Salah
satu hal yang dapat dilakukan ialah pengembangan desain kemasan. Sama
halnya yang ada di Sapuangin Kopi yang terletak di Basecamp jalur pendakian
Gunung Merapi via Klaten, tepatnya di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, UMKM ini bergerak dibidang usaha kopi dan
bserdiri pada tahun 2017. Sapuangin Kopi ini membudidayakan
olahan kopi dari produk sendiri, mulai dari menanam sampai menghasilkan panen
kopi dari hasil sendiri. Bagi para pendaki Gunung
Merapi jalur pendakian via Klaten Sapuangin Kopi ini bukan lagi hal asing bagi
mereka, karena merupakan tempat singgah yang rutin mereka kunjungi sebelum dan
sesudah melakukan pendakian.
UMKM Sapuangin
Kopi saat ini melakukan pelayanan konsumsi ditempat atau dine in. Karena UMKM
ini berlokasi di Basecamp pendakian yang mana jauh dari pusat kota, pelanggan
yang datang hanya dari kalangan para pendaki Gunung Merapi, tetapi juga tidak
menutup kemungkinan ada juga konsumen yang datang bukan dari kalangan pendaki. UMKM Sapuangin Kopi ini juga mempunyai sebuah kemasan kopi yang
berbentuk Ziplock. Isi dari kemasan kopi tersebut
merupakan biji yang belum di olah menjadi bubuk, tetapi ketika konsumen ingin
membeli kemasan tersebut dalam bentuk bubuk, UMKM ini juga bersedia untuk
membuat biji tersebut menjadi bubuk menggunakan grinder. Kemasan kopi
yang ada di Sapuangin Kopi bisa dikatakan sudah ketinggalan dari pasar yang
lainnya, dimana banyak kedai- kedai kopi sudah tidak menggunakan Ziplock dan
masih berbentuk biji kopi untuk di pasarkan ke konsumen yang akan di konsumsi
secara pribadi. kemasan Ziplock juga mempunya dimensi yang besar untuk dibawa
kemana saja, mulai dari ukuran 100 gram, 150 gram, 200 gram, dan 250 gram. Harga kemasan kopi tersebut juga terbilang cukup mahal karena isi
berat kemasan tersebut. Dari tampak luar kemasan
tersebut pun terbilang tidak dapat membranding Kedai Sapuangin secara luas
karena tidak tertulis alamat maupun keterangan lainnya untuk kopi yang
digunakan.
Sehubung dengan
hal tersebut, akan dilakukan penelitian mengenai
pengembangan desain kemasan kopi agar UMKM Sapuangin Kopi dapat mengembangkan
bisnisnya dengan mengikuti perkembangan zaman dan permintaan pasar. Dilakukannya pengembangan desain kemasan kopi, karena melihat dari
kebutuhan konsumen ingin mengkonsumsi kopi secara instan dengan rasa kopi tidak
berubah seperti kopi instan yang ada di pasaran pada umumnya. Metode
yang akan digunakan dalam pengembangan desain kemasan
kopi adalah Quality Function Deployment (QFD) dengan menggunakan tools House Of
Quality (HOQ). Setelah menemukan aspek penting dalam pengembangan desain
kemasan, akan dilakukan analisa kepuasan pelanggan
menggunakan metode Kano.
Dari penelitan
terdahulu yang sudah dipelajari, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan
dengan topik penelitan yang akan dilakukan. Berikut
beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya:
Penelitian yang
dilakukan oleh (Wu et al., 2021) membahas tentang meningkatnya permintaan pelanggan yang tidak pasti
atau berubah-ubah untuk meningkatkan daya saing dengan menggukan metode QFD dan
model kano yang dapat menerjemahkan persyaratan pelanggan menjadi persyaratan
desain produk. Dalam kategori Customer Requirements diidentifikasi menggunakan
model kano, kemudian nantinya akan mendapat hasil
bobot dari Customer Requirements lalu ditentukan secara dinamis sesuai dengan
tahapan pengembangan dari perusahaan. Hasil dari prioritas akan
menunjukan fleksibelitas model yang diusulkan untuk menentukan bobot Customers
Requirements dan prioritas Design Requirements perusahaan terhadap pengembangan
produk yang berbeda.
Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh (Zeng et al., 2021) membahas tentang penilaian peran kemasan eco-desain untuk limbah
makanan konsumen dan menguji efek persepsi tentang kemasan eco-desain untuk
pengurangan limbah makanan melalui fungsi fisik, sosial, dan komersial. Hasil
dari penelitian ini akan menunjukan bahwa kemasan
eco-desain dapat mengurangi limbah makanan konsumen dan membuat konsumen lebih
memaksimalkan kesadaran, penggunaan, dan manfaat sosial.
Pada penelitian (Lizarelli et al., 2021) membahas tentang alat kualitas model Kano, SERVQUAL, dan QFD untuk
merancang dan meningkatkan layanan. Integrasi yang memberikan analisi mendalam
tentang kualitas layanan akan menghasilkan peluang
peningkatan. Kerangka integratif akan di uji dan di
validasi disebuah perusahaan Pendidikan kewirausahaan yang menyediakan layanan
pengalaman untuk memberikan kontribusi menilai persepsi kualitas layanan,
prioritas perbaikan, dan identifikasi persyaratan teknis.
Dari penelitian
terdahulu didapat bahwa kebanyakan peneliti melakukan analisa desain produk,
QFD, model Kano, dan desain kemasan secara terpisah. Contohnya pada (Fonseca et al., 2020) yang hanya fokus pada QFD atau (Shen et al., 2021) yang hanya fokus pada model Kano saja. Berbeda dengan
penelitian ini karena melakukan pengembangan produk pada kemasan kopi yang
dapat meningkatkan daya jual di UKM Sapuangin Kopi. Penelitian akan dimulai dengan observasi langsung ke UKM Sapuangin
Kopi. Selain itu dilakukan wawancara dengan pemilik UKM
sehingga diketahui jenis pengembangan yang dapat dilakukan. Setelah
mengetahui pengembang desain kemasan, akan dilakukan
identifikasi kebutuhan pelanggan melalui penyebaran kuesioner. Setelah
diketahui aspek-aspek yang dibutuhkan akan dituangkan
kedalam tools yang bernama HOQ. Dari hasil HOQ tersebut akan
diketahui detail pengembangan produk yang sesuai dengan kriteria. Setelah
dilakukan pengembangan produk menggunakan matriks HOQ maka akan
dilakukan analisa kepuasan pelanggan menggunakan model Kano. Setelah dilakukan
analisa kepuasan pelanggan maka akan dibuat sebuah
prototype perbaikan desain kemasan kopi untuk menjadi referensi bagi pemilik
UKM Sapuangin Kopi.
METODE
Penelitian ini dilakukan di UKM Sapuangin
Kopi yang beralamat di Basecamp Sapuangin Merapi, Desa Tegalmulyo, Kecamatan
Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Objek pada penelitian ini
adalah kemasan kopi yang ada pada UKM Sapuangin Kopi. Dalam
penelitian ini terdapat 2 jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan
sekunder.
Data Primer adalah data yang didapat secara
langsung dari sumbernya. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil data dari
observasi secara langsung ke UKM Sapuangin, hasil dari wawancara kepada owner
UKM Sapuangin Kopi, dan Kuesioner terhadap konsumen terkait dengan desain
kemasan yang dibutuhkan. Data Sekunder adalah data yang
diperoleh dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Data sekunder ini bersumber dari kajian literatur yang mengutip
dari jurnal, skripsi, buku, artikel, dan informasi lainnya.
Metode yang dilakukan untuk pengumpulan data yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung ke UKM Sapuangin Kopi untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung ke pihak
owner Sapuangin kopi terkait perbaikan desain kemasan yang dibutuhkan.
3. Kuesioner
Kuesioner dilakukan untuk pengambilan data
pengembangan desain kemasan kopi yang dibutuhkan oleh konsumen, serta
perbandingan tingkat kepuasan pengembangan desain produk kemasan kopi pada UKM
Sapuangin Kopi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Model Kano
Sebelum
dilakukan perancangan desain visual dan pembuatan prototype pengembangan
kemasan kopi, akan dilakukan analisis model Kano
menggunakan Blauth Formula. Penggunaan Blauth Formula akan
menentukan kategori apa yang termasuk pada masing-masing atribut. Terdapat 6
kategori Kano, yaitu one dimensional, attractive, must be, indifferent,
reverse, dan questionable. Dari perumusan tersebut didapat bahwa semua atribut
termasuk dalam kategori Functional, dengan atribut Praktis, Penyajian Cepat,
Kualitas, dan Mudah Digunakan masuk pada kategori one dimensional. Atribut Menarik dan Terjangkau masuk pada kategori attractive.
Kemudian atribut Efektif masuk ke kategori must be.
B. Quality Function Deployment
1.
Analisis Atribut Keinginan Konsumen
Identifikasi
keinginan konsumen dilakukan dengan menyebar kuesioner terbatas sebanyak 100
responden. Pada kuesioner ini,
responden diberi pertanyaan seputar kemasan kopi yang mereka temui selama ini
beserta kekurangannya. Pada kuesioner ini juga
disajikan beberapa kriteria yang menurut responden penting untuk
dipertimbangkan dalam merancang kemasan kopi. Kriteria dengan pemilih
diatas 50% akan dipilih sebagai atribut Customer
Requirements.
Pada
penelitian ini, terpilih 7 kriteria dari total 8 kriteria yang ditawarkan
kepada responden. Kriteria yang terpilih adalah Praktis
dengan frekuensi 90 responden, Penyajian Cepat sebanyak 59 responden, Menarik
sebanyak 61 responden, Efektif sebanyak 78 responden, Kualitas Terjaga sebanyak
91 responden, Terjangkau sebanyak 67 responden, dan atribut Mudah Digunakan
sebanyak 62 responden.
2.
House Of Quality (HOQ)
a.
Importance Rating
Dari
tujuh kriteria yang terpilih kemudian dilakukan penyebaran kuesioner lagi untuk
dapat memenuhi tingkat kepentingan dari atribut yang terpilih.
Terdapat lima skala kepentingan untuk tiap atribut, yaitu Tidak Penting dengan
nilai 1, Kurang Penting dengan nilai 2, Penting dengan nilai 3, Lebih Penting
dengan nilai 4, dan Sangat Penting dengan nilai 5. Perhitungan importance
rating merupakan hasil bagi antara skor skala dengan total jumlah responden,
dimana skor skala didapat dari hasil perkalian antara nilai skala dengan
frekuensi pada masing-masing skala.
Atribut
yang pertama adalah Praktis. Dari total 100 responden,
terdapat 53 responden yang menganggap atribut ini Sangat Penting, 21 responden
memilih Lebih Penting, 25 responden menganggap Penting, 1 responden menganggap
Kurang Penting, dan tidak ada yang menganggap atribut
ini Tidak Penting. Dari frekuensi ini, nilai importance rating yang dihasilkan
adalah 4,26 dan dibulatkan menjadi 5.
Kemudian
untuk penyajian atribut Penyajian Cepat, dari total 100 responden terdapat 21
responden yang menganggap atribut ini Sangat Penting, 34 responden memilih
Lebih Penting, 32 responden menganggap Penting, 10 responden menganggap Kurang
Penting, dan 3 responden menganggap atribut ini tidak penting. Dari frekuensi
ini, nilai importance rating yang dihasilkan adalah 3,6
dan dibulatkan menjadi 4.
Untuk
atribut Menarik, dari total 100 responden terdapat 25 responden yang menganggap
atribut ini Sangat Penting, 23 responden memilih Lebih Penting, 42 responden
menganggap Penting, 9 responden menganggap Kurang Penting, dan
1 responden menganggap atribut ini Tidak Penting. Dari frekuensi ini, nilai
importance rating yang dihasilkan adalah 3,62 dan
dibulatkan menjadi 4.
Selanjutnya
adalah atribut Efektif, dimana terdapat 42 responden yang menganggap atribut
ini Sangat Penting, 27 responden memilih Lebih Penting, 27 responden menganggap
Penting, 2 responden menganggap Kurang Penting, dan 2 responden menganggap
atribut ini Tidak Penting. Dari frekuensi ini, nilai importance rating yang
dihasilkan adalah 4,05 dan dibulatkan menjadi 5.
Pada
atribut Kualitas Terjaga, terdapat 76 responden yang menganggap atribut ini
Sangat Penting, 18 responden memilih Lebih Penting, 6 responden menganggap
Penting, serta tidak ada yang memilih skala Kurang Penting dan Tidak Penting.
Dari frekuensi ini, nilai importance rating yang dihasilkan adalah 4,7 dan dibulatkan menjadi 5.
Selanjutnya
terdapat atribut Terjangkau, dari total 100 responden terdapat 33 responden yang
menganggap atribut ini Sangat Penting, 35 responden memilih Lebih Penting, 27
responden menganggap Penting, 4 responden menganggap Kurang Penting, dan 1
responden menganggap Tidak Penting. Dari frekuensi ini, nilai importance rating
yang dihasilkan adalah 3,95 dan dibulatkan menjadi 4.
Atribut
terakhir adalah Mudah Digunakan, dengan 53 responden yang menganggap atribut
ini Sangat Penting, 21 responden memilih Lebih Penting, 25 responden menganggap
Penting, 1 responden menganggap Kurang Penting, dan tidak ada responden yang
menganggap atribut ini Tidak Penting. Dari frekuensi ini, nilai importance
rating yang dihasilkan adalah 4,26 dan dibulatkan
menjadi 5.
b.
Technical Requirements
Pemilihan
technical requirements ditentukan dengan mempertimbangkan customer requirements
yang terpilih sebelumnya. Pada
penelitian ini terpilih total 8 technical requirements. Untuk atribut
Praktis dipilih dua technical requirements, yaitu �travel friendly� dan �ukuran
kemasan minimalis�. Untuk Penyajian Cepat memiliki technical requirements
�hanya perlu diseduh�. Kemudian technical requirements
�desain� merupakan milik atribut Menarik. Atribut
Efektif dijabarkan dengan technical requirements, yaitu �produk siap pakai�.
Selanjutnya ada atribut Kualitas Kopi Terjaga memiliki
technical requirements �murni�. Untuk atribut
Terjangkau dijabarkan dengan technical requirements �murah�. Atribut terakhir Mudah Digunakan memilik technical requirements
�kemasan mudah dibuka�.
c.
Hubungan antara Customer Requirements dan
Technical Requirements
Setelah
diketahui apa saja customer requirements dan technical
requirements yang terpilih, kemudian dilakukan penentuan hubungan antara kedua
requirements tersebut. Untuk hubungan yang kuat,
direpresentasikan dengan nilai 5. Sedangkan nilai 3
ditunjukkan untuk hubungan yang sedang, dan nilai 1 menunjukkan hubungan yang
lemah.
Untuk
customer requirements Praktis memiliki hubungan yang kuat dengan �Travel
Friendly� dan hubungan yang sedang dengan �ukuran kemasan minimalis�. Kemudian untuk Penyajian Cepat memiliki hubungan yang kuat dengan
�hanya perlu menyeduh�. Sedangkan atribut Menarik
memiliki hubungan yang sedang dengan �desain�, kemudian atribut Efektif
memiliki hubungan yang kuat dengan �produk siap pakai�. Atribut Kualitas
Kopi Terjaga memiliki hubungan yang kuat dengan �murni�. Kemudian,
atribut Terjangkau memiliki hubungan yang kuat dengan �harga�. Atribut terakhir Mudah Digunakan memiliki hubungan yang sedang
dengan �kemasan mudah dibuka�.
d.
Morphological Chart dan Target (Goals)
Morphological
Chart merupakan tahap selanjutnya dalam merencanakan pengembangan kemasan kopi.
Penyusunan morphological chart disesuaikan dengan technical requirements yang
telah ditentukan sebelumnya dan akan dijabarkan secara
terstruktur. Dari technical requirements yang terpilih akan
dijabarkan menjadi lebih detail mengenai desain fungsional masing-masing
requirements. Dari means yang terpilih kemudian akan
dijadikan goals dari masing-masing spesifikasi teknis.
Terdapat
8 target desain fungsional yang terpilih, mengikuti jumlah spesifikasi teknik.
Pada pengembangan desain kemasan kopi ini memiliki target bahan kemasan
menggunakan kertas agar fleksibel dengan ukuran panjang kemasan 12,5 cm dan
lebar 10 cm serta ukuran panjang dripbag 9 cm dan lebar 7,6 cm. Target
selanjutnya adalah dripbag hanya perlu digantung dibibir gelas lalu diseduh
untuk memenuhi spesifikasi �hanya perlu menyeduh�. Untuk spesifikasi desain,
Terdapat tulisan �Sapuangin Coffee and Farm� pada dripbag coffee dengan desain
tulisan Sapuangin memiliki panjang 4,5 cm dan lebar
0,5 cm, dan terdapat tulisan �Kerjasama dengan TI UII� dengan desain tulisan
memiliki panjang 4 cm dan lebar 0,5 cm. Kemudian untuk memenuhi spesifikasi
�produk siap pakai� dibuat dripbag sudah termasuk filter didalamnya serta ampas
kopi sudah tersaring dan tertinggal pada dripbag. Selain itu, Dripbag filter
yang digunakan sama dengan standard V60 Dripper untuk
menjaga kemurnian kopi, untuk memenuhi spesifikasi �murni�. Untuk
�harga�, targetnya adalah mematok harga yang lebih murah. Yang terakhir, kemasan hanya perlu disobek sebelum menyeduhnya,
untuk memenuhi spesifikasi �kemasan mudah dibuka�.
Berikut
hasil dari kuesioner dalam menentukan means pada morphological chart:
1)
Bahan Kemasan menggunakan kertas agar
fleksibel.
a)
Ya������������������� =
25 Responden
b)
Tidak��������������� =
5 Responden
c)
Lainnya����������� =
0 Responde
2)
Ukuran dripbag: panjang = 9 cm; lebar = 7,6
cm Ukuran kemasan: panjang = 12,5 cm; lebar = 10 cm
a)
Ya������������������� =
25 Responden
b)
Tidak��������������� =
5 Responden
c)
Lainnya����������� =
0 Responden
3)
Dripbag hanya perlu digantung di bibir
gelas, kemudian di seduh air.
a)
Ya������� ����������� = 24 Responden
b)
Tidak��� ����������� = 6 Responden
c)
Lainnya������ ���� =
0 Responden
4)
Desain Terdapat tulisan �Sapuangin Coffee
and Farm� dan �Kerjasama dengan TI UII� pada dripbag coffee. Desain Tulisan
Sapuangin: Panjang = 4,5 cm, Lebar = 0,5 cm. Desain
tulisan Kerjasama: Panjang = 4 cm, Lebar = 0,5 cm. Dripbag Coffee dapat
diletakan pada gelas kaca atau gelas mug.
a)
Ya������������������� =
28 Responden
b)
Tidak��������������� =
2 Responden
c)
Lainnya����������� =
0 Responden
5)
Dripbag coffee sudah termasuk filter
didalamnya sehingga ampas kopi tersaring pada dripbag
a)
Ya������������������� =
25 Responden
b)
Tidak��������������� =
5 Responden
c)
Lainnya����������� =
0 Responden
6)
Dripbag filter yang digunakan sama dengan
standard V60 Dripper untuk menjaga kemurnian biji kopi
a)
Ya������������������� =
26 Responden
b)
Tidak��������������� =
4 Responden
c)
Lainnya������ ���� =
0 Responden
7)
Lebih murah
a)
Ya������������������� =
27 Responden
b)
Tidak��������������� =
3 Responden
c)
Lainnya����������� =
0 Responden
8)
Hanya perlu menyobek dan merentangkan
dripbag, lalu digantung dibibir gelas.
a)
Ya������� ����������� = 27 Responden
b)
Tidak��� ����������� = 3 Responden
c)
Lainnya����������� =
0 Responden
e.
Technical Priorities
Technical
priorities didapat dari gabungan nilai importance rating dan nilai hubungan
antara customer requirments dengan technical requirements. Perhitungan technical priorities didapat dari perkalian jumlah
responden dengan jumlah hubungan antara customer requirements dan technical
requirments. Urutan nilai technical priorities dari desain fungsional
pertama hingga delapan adalah 78,13; 46,88; 62,5;
37,5; 78,13; 78,13; 62,5; 46,88.
f.
Sales Point
Sales
Point didapatkan dengan produk yang diunggulkan dengan hasil untuk kebutuhan
konsumen �praktis�, �menarik�, �kualitas�, dan �terjangkau�. Dengan
masing-masing nilai Sales point sebesar 1,5.
g.
Improvement Ratio
Improvement
Ratio didapatkan dari pembagian antara goals dengan importance rating lalu
dikalikan dengan kategori Kano. Dengan hasil untuk
kebutuhan konsumen �praktis� sebesar 1,1, kebutuhan konsumen �penyajian cepat�
sebesar 1,1, kebutuhan konsumen �menarik� sebesar 2,3, kebutuhan konsumen
�efektif� sebesar 0,7, kebutuhan konsumen �kualitas� sebesar 1,1. Kebutuhan
konsumen �terjangkau� sebesar 2,6, dan kebutuhan
konsumen �mudah digunakan� sebesar 1,1.
h.
Adjusted Improvement Ratio
Adjusted
Improvement Ratio didapatkan dari perhitungan Importance Rating pangkat
1/kategori Kano, dengan nilai kategori kano A=2, O=1, dan M=0,5.
Dengan hasil kebutuhan konsumen �praktis� 1,1, kebutuhan konsumen �penyajian
cepat� 1,1, kebutuhan konsumen �menarik� 1,5, kebutuhan konsumen �efektif� 0,5,
kebutuhan konsumen �kualitas� 1,1, kebutuhan konsumen �terjangkau� 1,6, dan
kebutuhan konsumen �mudah digunakan� 1,1.
i.
Bobot Baris
Bobot
baris didapatkan dari perkalian Importance Rating, Adjusted Improvement Ratio
dan Sales Point. Dengan hasil kebutuhan konsumen �praktis�
6, kebutuhan konsumen �penyajian cepat� 4, kebutuhan konsumen �menarik� 9,
kebutuhan konsumen �efektif� 2, kebutuhan konsumen �kualitas� 8, kebutuhan
konsumen �terjangkau� 10, dan kebutuhan konsumen �mudah digunakan".
j.
Prioritas
Prioritas
adalah urutan kebutuhan teknis produk berdasarkan kebutuhan konsumen yang
diutamakan untuk perbaikan produk. Dengan
urutan prioritas 1 �menarik�, 2 �Kualitas�, 3 �praktis�, dan 4 �terjangkau�.
KESIMPULAN
Dari identifikasi keinginan konsumen (customer
requirments) maka didapatkan hasil kriteria Kualitas Terjaga, Praktis, Efektif,
Terjangkau, Mudah Digunakan, Menarik, dan Penyajian Cepat. Setelah menentukan kriteria yang
diinginkan konsumen maka dilakukan penyebaran kuesioner kedua untuk mengetahui
tingkat kepentingan masing-masing kriteria. Kemudian setelah mengetahui
tingkat kepentingan kriteria, dilakukan perbandingan kriteria dengan produk lain.
Produk yang menjadi pembanding yaitu edible coffee dan
kemasan kopi instan.
Target
yang digunakan untuk perencanaan pengembangan kemasan adalah Dapat dibawa
kemana saja dengan function bahan kemasan menggunakan kertas agar fleksibel,
Ukuran kemasan minimalis dengan function ukuran dripbag panjang 9 cm x lebar
7,6 cm dan ukuran kemasan panjang 12,5 cm x lebar 10 cm,� Hanya perlu diseduh dengan function dripbag
hanya perlu digantung dibibir gelas dan diseduh air, Desain dengan function
ukuran tulisan �Sapuangin Coffee and Farm� panjang 4,5 cm dan lebar 0,5 cm dan
tulisan �Kerjasama dengan TI UII� panjang 4 cm dan lebar 0,5 cm, Produk siap
pakai dengan function dripbag coffee sudah termasuk filter didalamnya sehingga
ampas kopi sudah tersaring pada dripbag, Murni dengan function Dripbag filter
yang digunakan sama dengan standard V60 Dripper untuk menjaga kemurnian kopi,
dan terakhir Kemasan mudah dibuka dengan function hanya perlu menyobek dan
merentangkan dripbag, lalu digantung di bibir gelas.
Dari
excisting design didapatkan hasil kepuasan konsumen dengan kategori kano yang
menggunakan perhitungan Blauth Formula adalah pada atribut Praktis didapatkan
nilai 26 untuk A (Attractive) + O (One Dimensional) + M (Must-be), nilai 4
untuk I (Indifferent) + R (Reverse) + Q (Questionable), dan masuk pada kategori
One Dimensional. Atribut Penyajian Cepat didapatkan nilai 30 untuk A+O+M, tidak
ada nilai untuk I+R+Q, dan masuk pada kategori One Dimensional. Atribut Menarik
didapatkan nilai 27 untuk A+O+M, nilai 3 untuk I+R+Q, dan masuk pada kategori
Attractive. Efektif didapatkan nilai 24 untuk A+O+M, nilai 6 untuk I+R+Q, dan
masuk pada kategori Must-be. Kualitas Terjaga didapatkan nilai 30 untuk A+O+M,
tidak ada nilai untuk I+R+Q, dan masuk kategori One Dimensional. Terjangkau
didapatkan nilai 26 untuk A+O+M, nilai 4 untuk I+R+Q, dan masuk pada kategori
Attractive. Mudah Digunakan didapatkan nilai 25 untuk A+O+M, nilai 5 untuk
I+R+Q dan masuk pada kategori One Dimensional.
Anugrah, R. B. (2021). Pengembangan Desain Produk Kemasan Kopi Di
Sapuangin Kopi Basecamp Merapi Dengan Menggunakan Metode Quality Function
Deployment (Qfd) Dan Kano (Studi Kasus Desa Sapuangin Basecamp Jalur Pendakian
Merapi).
Bhardwaj, J., Yadav, A., Chauhan, M. S., & Chauhan, A. S. (2021). Kano
model analysis for enhancing customer satisfaction of an automotive product for
Indian market. Materials Today: Proceedings, 46, 10996�11001.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2021.02.093.
Chen, M.-C., Hsu, C.-L., & Huang, C.-H. (2021). Applying the Kano
model to investigate the quality of transportation services at mega events. Journal
of Retailing and Consumer Services, 60, 102442.
https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2021.102442.
Fonseca, L., Fernandes, J., & Delgado, C. (2020). QFD as a tool to
improve negotiation process, product quality, and market success, in an
automotive industry battery components supplier. Procedia Manufacturing,
51, 1403�1409. https://doi.org/10.1016/j.promfg.2020.10.195.
Lizarelli, F. L., Osiro, L., Ganga, G. M. D., Mendes, G. H. S., & Paz,
G. R. (2021). Integration of SERVQUAL, Analytical Kano, and QFD using fuzzy
approaches to support improvement decisions in an entrepreneurial education
service. Applied Soft Computing, 112, 107786.
https://doi.org/10.1016/j.asoc.2021.107786.
Shen, Y., Kokkranikal, J., Christensen, C. P., & Morrison, A. M.
(2021). Perceived importance of and satisfaction with marina attributes in
sailing tourism experiences: A kano model approach. Journal of Outdoor
Recreation and Tourism, 35, 100402.
https://doi.org/10.1016/j.jort.2021.100402.
Winarso, W. (2019). Bisnis Kreatif dan Inovasi. Yayasan Barcode.
Wu, T., Liu, X., Qin, J., & Herrera, F. (2021). An interval type-2
fuzzy Kano-prospect-TOPSIS based QFD model: Application to Chinese e-commerce
service design. Applied Soft Computing, 111, 107665.
https://doi.org/10.1016/j.asoc.2021.107665.
Yanuar, M. M., Qomariyah, N., & Santosa, B. (2017). Dampak kualitas
produk, harga, promosi dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan Optik
Marlin cabang Jember. Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia, 3(1),
61�80. https://doi.org/10.32528/jmbi.v3i1.784.
Zeng, T., Durif, F., & Robinot, E. (2021). Can eco-design packaging
reduce consumer food waste? an experimental study. Technological Forecasting
and Social Change, 162, 120342.
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2020.120342.
Muhammad Rahmadaniel Yasmi (2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |