Volume 4, No. 1 Januari 2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI: �https://doi.org/10.46799/jsa.v4i1.527
PENGARUH BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP KEPUASAAN KERJA PEGAWAI
Abdul Rohman Alasyari, Muhammad Ajid, Oka Nur
Irpan, Syahrudin Alkhowas, Sofrotun
Universitas Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon,
Indonesia
Abstrak: ��������
Prinsip budaya adalah
akal budi dan karakter adalah salah satu produknya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa konsep kebudayaan adalah
peradaban, yang mencerminkan besarnya kekuatan dan keteguhan pemikiran untuk
menciptakan produk yang dinikmati oleh banyak orang. Pada penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. budaya organisasi adalah perangkat
sistem nilai-nilai, keyakinan-keyakian, asumsi-asumsi, atau sebuah norma yang
sudah berlaku, disepakati dan diikuti sumber daya manusia di sebuah organisasi
sebagai prinsip atau pedoman dan pemecahan masalah yang timbul disebuah organisasi.
Indikator� budaya
organisasi yaitu: inovasi dan pengambilan resiko,� perhatian terhadap detail, orientasi hasil,
orientasi orang, orientasi terhadap tim, keagresifan, kemantapan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai
pekerjaannya.
�����������������������������������������������������������������������
Kata
Kunci: Budaya Organisasi, Kepuasan Karyawan, Kinerja Karyawan.
Abstract:
The principle of
culture is reason and character is one of its products. Therefore, it can be
said that the concept of culture is civilization, which reflects the strength
and firmness of thought to create products that are enjoyed by many people. In this study using qualitative research methods.
Organizational culture is a system of values, beliefs, assumptions, or a norm
that is already in force, agreed upon and followed by human resources in an
organization as principles or guidelines and solutions to problems that arise
in an organization. Organizational culture indicators are: innovation and risk
taking, attention to detail, result orientation, people orientation, team
orientation, aggressiveness, stability. Job
satisfaction is an emotional attitude that pleases and loves his job.
Keywords: Organizational Culture,
Employee Satisfaction, Employee Performance.
Article History�����������������������
Diterima��������� : 02 Desember 2022
Direvisi����������������������� : 10 Januari 2023
Publish������������ : 20 Januari 2023
�����������
PENDAHULUAN
Penyebutan kata
�budaya� sering diucapkan pada hal-hal yang berkaitan dengan tradisi atau
kebiasaan atau ciri khas suatu daerah, misalnya: lenong merupakan ciri khas
kesenian Betawi, toto kromo merupakan kebiasaan berperilaku suku jawa, ngapak
merupakan gaya bicara orang Tegal, dll (Wahyudi, 2021). Contoh tersebut menunjukkan kepada kita, bahwa
budaya adalah sebuah kebiasan yang identik atau unik, yang dilakukan secara
rutin dan menjadi ciri khas tersendiri. Selain itu, budaya juga memiliki
tingkat orisinalitas yang tinggi, sehingga benar- benar pembeda antara satu
dengan yang lain. Pada konteks tersebut, maka budaya berubah
menjadi sebuah identitas melekat berupa citra. Inilah
esensi yang menunjukkan betapa besarnya pengaruh budaya, dampaknya terasa dalam
jangka pendek dan panjang, bahkan akibatnya mampu menciptakan peluang di masa
datang sebagai sebuah pesaing yang layak diperhitungkan. Oleh karena itu
khususnya sebuah organisasi, wajib menjadikan budaya sebagai dasar operasional,
di mana setiap anggota terlibat dalam melahirkan dan melaksanakan nilai-nilai (Hampden-Turner, 1990), yakni membangun sebuah nilai-nilai kebaikan yang menjadi dasar
ketertarikan orang lain, sebuah kepercayaan akan kemewahan sikap dan perilaku.
Hal tersebut merupakan sesuatu hal yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga atau
organisasi (Sudarsono, 2019).
Asas budaya adalah akal dan budi pekerti merupakan salah satu produknya. Maka istilah budaya
dapat dikatakan sebagai peradaban, yang merefleksikan besarnya kekuatan
berpikir dan keteguhan hati sehingga mampu menciptakan produk yang dinikmati
oleh banyak orang (Soelistya et al., 2022). Orang Jepang terkenal dengan budaya hormat, orang Barat (Amerika dan
Eropa) terkenal pekerja keras, orang China terkenal budaya meniru, orang
Indonesia terkenal suka membantu, dan orang India terkenal kreatif. Tidak heran
jika perusahaan besar seperti Google mencari orang India, produk- produk China
membanjiri pasar dunia, dan orang Indonesia disukai masyarakat Internasional. Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya pengaruh budaya, dampaknya
terasa dalam jangka pendek dan panjang, bahkan akibatnya mampu menciptakan
peluang di masa datang sebagai sebuah pesaing yang layak diperhitungkan.
Oleh karena itu khususnya sebuah organisasi, wajib menjadikan budaya sebagai
dasar operasional, di mana setiap anggota terlibat dalam melahirkan dan
melaksanakan nilai-nilai (Hampden-Turner, 1990).
Budaya organisasi dipercaya mempengaruhi sikap individu mengenai hasil,
seperti komitmen, motivasi, moral dan kepuasan. Pendapat ini sejalan
dengan (Chatman & Barsade, 1995) yang mengatakan bahwa kinerja karyawan sangat dipengaruhi oleh budaya
organisasi. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja (job statisfaction) karyawan harus
diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan
kedisiplinan karyawan meningkat� (Arifin et al., 2018). Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja
dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar
pekerjaan. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang
dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan,
perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik (Setiawan et al., 2021). Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan
lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu
penting (Sulaimawan, 2020).
Untuk membangun budaya organisasi yang kuat
membutuhkan suatu proses karena perubahan yang terjadi dalam organisasi
menyangkut perubahan orang-orang yang berada dalam organisasi termasuk di
dalamnya perbedaan persepsi, keinginan, sikap, dan perilaku. Kesesuaian antara
karakteristik organisasi dengan keinginan pegawai harus dicapai yang mengarah
pada tingkat kebersamaan yang tinggi (Sunarso, 2009). Dalam menyiapkan perubahan, pegawai diharapkan merasa aman dan bahagia
dalam melakukan pekerjaannya (Purba, 2016). Dengan demikian,
pegawai akan bersedia menerima perubahan dengan ikhlas
dan tulus tanpa adanya rasa takut dan terpaksa. Dari hal tersebut, dapat
dipahami bahwa budaya organisasi memiliki peran penting dalam meningkatkan
kepuasan kerja dan kinerja organisasi (Wahyuddin et al., 2021).
METODE
Pada penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi ilmiah, lebih
bersifat deskriptif, serta lebih menekankan pada proses daripada produk maupun
outcome, analisis data secara induktif, dan lebih menekankan makna (Sugiyono, 2018). Dimana Metode
penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Metode kualitatif menggunakan istilah
credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan comfirmability (obyektivitas) dalam pengujian
keabsahan data. Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup
informasi tentang fenomena utama (central phenomena) yang di eksplorasi dalam
penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian (Creswell, 2014). Pendekatan kualilatif
menjadi model yang tepat untuk menyelesaikan masalah penelitian karena model
kualitatif mendeskripsikan dan memahami suatu permasalahan dengan fokus yang
mendalam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Budaya Organisasi
1.
Pengertian
Budaya organisasi dapat diartikan sebagai perangkat
sistem nilai-nilai (values),keyakinan-keyakian
(beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau sebuah norma yang sudah berlaku,
disepakati dan di ikuti sumber daya manusia di sebuah organisasi sebagai
prinsip atau pedoman dan pemecahan masalah yang timbul disebuah organisasi.
Dalam pengertian lain, budaya organisasi adalah
kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam
sebuah organisasi untuk melakukan aktifitas kerja. Secara tidak sadar tiap
individu dalam organisasi mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya
(Sudarsono, 2019).
Menurut Jacques dalam (Nimran, 2004), Budaya perusahaan dan budaya organisasi
adalah : �The customary or traditional ways of thingking and doing thing,which
are shared to a greater or lesser extent by all membesr of the organization and
which new number must learn and at least partially accept in order to be
accepted into the servise of the firm�(cara berfikir dan melakukan sesuatu yang
mentradisi, yang dianut secara bersama - sama oleh semua anggota organisasi,
dan para anggota baru harus dapat mempelajari atau paling sedikit menerimanya
sebagai bagian dari suatu organisasi atau perusahaan) (Sulaimawan, 2020).
2.
Aspek-aspek yang mempengaruhi budaya organisasi
Berikut adalah karakteristik atau indikator yang
mempengaruhi budaya organisasi yang dikemukakan oleh (Robbins & Judge, 2009):
a.
Inovasi dan pengambilan resiko, yaitu kadar seberapa jauh karyawan didorong untuk inovatif dan
mengambil resiko.
b.
Perhatian ke hal yang rinci atau detail, yaitu kadar seberapa jauh karyawan diharapkan mampu mewujudkan
ketepatan, analisis dan perhatian yang rinci/detail.
c.
Orientasi hasil, yaitu kadar
seberapa jauh pimpinan berfokus pada hasil atau output dan bukannya pada cara
mencapai hasil itu.
d.
Orientasi orang, yaitu kadar
seberapa jauh keputusan manajemen turut mempengaruhi orang-orang yang ada dalam
organisasi.
e.
Orientasi tim, yaitu kadar
seberapa jauh, pekerjaan disusun berdasarkan tim dan bukannya perorangan.
f. Keagresifan, yaitu kadar seberapa jauh karyawan agresif dan bersaing, bukannya
daripada bekerja sama.
g.
Kemantapan/stabilitas, yaitu kadar
seberapa jauh keputusan dan tindakan organisasi menekankan usaha untuk
mempertahankan status.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi
Ada enam faktor penting yang mempengaruhi budaya
organisasi (Wahyuddin et al., 2021), yaitu:
a.
Observed behavioral regularities yakni keberaturan cara bertindak dari para anggota yang tampak teramati.
Ketika anggota organisasi berinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin
menggunakan bahasa umum, istilah, atau ritual tertentu.
b.
Norms yakni berbagai standar perilaku yang ada,
termasuk di dalamnya tentang pedoman sejauh mana suatu pekerjaan harus
dilakukan.
c.
Dominant values yakni adanya nilai-nilai inti yang
dianut bersama oleh seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas
produk yang tinggi, absensi yang rendah atau efisiensi yang tinggi.
d.
Philosophy yakni adanya kebijakan-kebijakan yang
berkenaan dengan keyakinan organisasi dalam memperlakukan pelanggan dan
karyawan.
e.
Rules yaitu adanya pedoman yang kuat, dikaitkan
dengan kemajuan organisasi.
f. Organization climate
merupakan perasaan keseluruhan (anoverall �feeling�) yang tergambarkan dan
disampaikan melalui kondisi tata ruang, cara
berinteraksi para anggota organisasi, dan cara anggota organisasi memperlakukan
dirinya dan pelanggan atau orang lain.
B. Kepuasan Kerja
1.
Pengertian
Menurut (Hasibuan, 2013), �Kepuasan kerja adalah sikap emosional
yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja
(job statisfaction) karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral
kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat�. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi
kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar
pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan
kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan
dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan
suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati
kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan
pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.
2.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut (Levi, 2002) ada beberapa aspek yang ada dalam kepuasan
kerja, yaitu:
a.
Pekerjaan itu sendiri (work it self) adalah bahwa
setiap pekerjaan membutuhkan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Sulit tidaknya suatu pekerjaan dan juga perasaan
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
b.
Atasan (Supervision). Seorang atasan yang baik artinya
dapat menghargai pekerjaan bawahannya. Untuk seorang bawahan, atasan dapat
dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
c.
Teman Sekerja (Workers) yaitu faktor yang
berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai
yang lainnya, baik yang sama ataupun yang berbeda
jenis pekerjaannya.
d.
Promosi (Promotion) adalah faktor yang berkatian
dengan ada tidaknya kesempatan untuk mendapatkan peningkatan karir selama
bekerja.
e.
Gaji/upah (Pay) yaitu faktor pemenuhan kebutuhan
hidup para karyawan yang dianggap layak atau tidak.
C. Budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan
kerja pegawai
Budaya organisasi dengan Indikator-indikator yang
diukur dengan variabel budaya organisasi yaitu: inovasi dan pengambilan resiko,
perhatian terhadap detail, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi terhadap
tim, keagresifan, kemantapan, akan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja dengan Indikator-indikator yang diukur yaitu: pekerjaan
itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, pengawasan, rekan kerja.
Tentunya pengaruh budaya organisasi
terhadap kepuasan kerja signifikan atau tidak, harus dibuktikan dengan
penelitian di lapangan. Berikut adalah hasil dari beberapa penelitian
tentang pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja :
1.
Mendefinisikan budaya dari sebuah kelompok atau
organiasasi sebagai asumsi dari keyakinan bersama tentang dunia dan tempat
mereka didalamnya, sifat dari waktu dan ruang, sifat manusia dan hubungan
manusia. Apabila budaya organisasi bermanfaat bagi individu (misalnya,
memperhatikan individu dan berorientasi pada prestasi, keadilan dan
sportifitas), maka dapat diharapkan adanya peningkatan kepuasan kerja yang
lebih baik daripada sebelumnya. Sebaliknya bilamana budaya organisasi yang ada
bertentangan dengan tujuan, kebutuhan dan motivasi pribadi, kemungkinan yang
timbul adalah kepuasan kerja berkurang. Dengan kata lain
suatu organisasi ditentukan oleh interaksi antara kebutuhan individu dengan
budaya organisasi yang ada dalam organisasi tersebut. Penelitian yang mendukung
dan membuktikan adanya hubungan positif dan signifikan antara budaya organisasi
dengan kepuasan kerja dilakukan oleh (Umam, 2010). Locke dalam (Aryantini, 2005) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja
sangat berkaitan dengan nilai-nilai yang dipresentasikan melalui budaya
organisasi yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
budaya organisasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja (Garnida, 2011).
(Robbins & Judge, 2009) mengemukakan beberapa faktor penting yang lebih banyak mendatangkan
kepuasan kerja yang pertama adalah pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk
menggunakan keterampilan, dan umpan balik tentang seberapa baik mereka bekerja,
faktor berikutnya adalah bagaimana kondisi kerja karyawan, baik dari segi
kenyamanan pribadi maupun kemudahan untuk melakukan pekerjaan, hal-hal tersebut
berkaitan erat dengan aturan dan standar-standar yang telah ditentukan oleh
perusahaan, sedangkan aturan dan standar tersebut terbentuk dari budaya
organisasi di dalam perusahaan itu sendiri. Karakteristik dari budaya
organisasi akan menentukan budaya organisasi yang kuat
atau rendah, kekuatan budaya organisasi akhirnya akan menentukan tingkat
kepuasan dan kinerja dari karyawan.
KESIMPULAN
Hasil
pembahasan diatas, didapat kesimpulan bahwa budaya organisasi adalah perangkat
sistem nilai-nilai, keyakinan-keyakian, asumsi-asumsi, atau sebuah norma yang sudah berlaku, disepakati dan diikuti sumber daya
manusia di sebuah organisasi sebagai prinsip atau pedoman dan pemecahan masalah
yang timbul disebuah organisasi. Indikator� budaya organisasi yaitu: inovasi dan
pengambilan resiko,� perhatian terhadap detail,
orientasi hasil, orientasi orang, orientasi terhadap tim, keagresifan,
kemantapan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Indikator kepuasan kerja yaitu : pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, pengawasan,
rekan kerja. Budaya organisasi mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja.
Arifin,
A., Panjaitan, H. P., & Chandra, T. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Budaya Organisasi, dan Komitmen Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru SD di
Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir. Procuratio: Jurnal Ilmiah
Manajemen, 6(4), 442�455.
Aryantini, M. (2005). engaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pasien Askes Sosial Di Poliklinik Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kab.Tabanan.
Universitas Udayana.
Chatman, J. A., & Barsade, S. G. (1995). Personality, organizational
culture, and cooperation: Evidence from a business simulation. Administrative
Science Quarterly, 40(3), 423�443. https://doi.org/10.2307/2393792.
Creswell. (2014). Metodologi Penelitian (K. P. M. Group (ed.)).
Garnida, A. (2011). Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Bisnis, 3(1), 14�23.
https://doi.org/10.17509/jimb.v3i1.13091.
Hampden-Turner, C. (1990). Corporate Culture. Economist Books
Hutchinson, Great Britain.
Hasibuan, M. S. P. (2013). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara.
Levi, L. (2002). More jobs, better jobs, and health. In Occupational
Stress in the Service Professions. London: Taylor & Francis.
Nimran, U. (2004). Perilaku Organisasi. Surabaya: Citra Media.
Purba, E. (2016). Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Pegawai PDAM Tirta Bina LabuhanBatu. Jurnal Stindo Profesional, 6(1),
1�9.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2009). Organizational Behavior 13th
Edition Prentice Hall Publishers. New Delhi: PHI Learning Private Limited.
Setiawan, I., Ekhsan, M., & dhyan Parashakti, R. (2021). Pengaruh
Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Yang Di Mediasi Kepuasan Kerja. Jurnal
Perspektif Manajerial Dan Kewirausahaan (JPMK), 1(2), 186�195.
Soelistya, D., Purwani Setyaningrum, R., Aisyah, N., Hafni Sahir, S.,
& Purwati, T. (2022). Buku Ajar: Budaya Organisasi dalam Praktik.
Nizamia Learning Center.
Sudarsono. (2019). Budaya Organisasi. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan
Ekonomi, 4(2), 1�13. https://doi.org/10.53958/wb.v4i2.39.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Alfabeta.
Sulaimawan, D. (2020). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Fasilitas
Kerja terhadap Kepuasan Kerja Berdampak pada Kinerja Pegawai. Commerce
Jurnal Ilmiah, 8(1).
Sunarso, S. (2009). Dampak Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal
Ekonomi Dan Kewirausahaan, 9(1), 23434.
Umam, K. (2010). Perilaku Organisasi. andung: CV Pustaka Setia.
Wahyuddin, W., Bimasari, A., Yuniar, I., & Marzuki, M. (2021).
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Dosen di UIN Alauddin
Makassar. Edu-Leadership: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1),
61�69.
Wahyudi, W. (2021). Budaya Organisasi Sudut Pandang Teoritis Dalam
Membangun Nilai-Nilai Kerja. PT Dewangga Energi Internasional.
Abdul Rohman Alasyari, Muhammad Ajid, Oka nur irpan, Syahrudin
Alkhowas, Sofrotun (2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |