Volume 4, No. 1 Januari 2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI: �https://doi.org/10.46799/jsa.v4i1.528
MENGANALISIS
KOMPENTENSI PEMIMPIN PERUBAHAN DI ERA PERUBAHAN DIGITAL DAN IMPLEMENTASI DI
LEMBAGA PENDIDIKAN
Anipah, Cicih Yuniarsih, Susanti, Abdul Azis,
Arip Septialona
Universitas Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon,
Indonesia
Abstrak: ��������
Kepala Sekolah
sebagai seorang pemimpin tentu harus memiliki kemampuan untuk memimpin lembaga
agar mampu mencapai produktivitas yang tinggi. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah harus memiliki komitmen
tinggi dan kompetensi untuk terus berupaya meningkatkan kualitasi pendidikan
dengan terus mengikuti perubahan teknologi di era digital ini. Dengan
demikian perubahan era digital dapat berjalan teratur sesuai dengan apa yang dicita-citakan bersama. Adapun tujuan penelitian
ini adalah seabagai berikut : mendeskripsikan dan
menganalisis era perubahan digital; mendeskripsikan dan menganalisis pemimpin
perubahan di era digital; mendeskripsikan dan menganalisis gaya kepempinan yang
diterapkan oleh kepala sekolah. Penelitian ini menggunakan
studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dengan mengumpulkan data melalui kajian teks dan hasil-hasil
penelitian yang relevan,�
Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasikan data
berdasarkan rumusan masalah yang dikaji.�
Di era digital, di mana perkembangan teknologi terus
maju, dampak negatif dan positif dari perkembangan ini mengarah pada kualitas
karakter seseorang, terutama sebagai pendukung bangsa pelajar. Pembentukan karakter penting dalam upaya membentuk generasi penerus
bangsa yang bermoral karena mencerminkan baik atau buruknya suatu bangsa.��
�����������������������������������������������������������������������
Kata
Kunci: Perubahan, Pemimpin, Era Digital.
Abstract:
The principal as a
leader must certainly have the ability to lead an institution in order to be
able to achieve high productivity. Therefore, a school principal must have high
commitment and competence to continue to strive to improve the quality of
education by continuing to keep abreast of technological changes in this
digital era. Thus changes in the digital era can run regularly according to
what we aspire to together. The objectives of this study are as follows: to
describe and analyze the era of digital change; describe and analyze change leaders
in the digital era; describe and analyze the leadership style applied by the
principal. This research uses literature study. This study uses a qualitative
research approach by collecting data through text review and relevant research
results. Data analysis is carried out by classifying data based on the
formulation of the problem studied. In the digital era, where technological
developments continue to advance, the negative and positive impacts of these
developments lead to the quality of one's character, especially as a supporter
of the student nation. The formation of character is important in the effort to
form the next generation of a moral nation because it reflects the good or bad
of a nation.
Keywords: Change, Leaders, Digital
Age.
Article History�����������������������
Diterima��������� : 05 Desember 2022
Direvisi����������������������� : 02 Januari 2023
Publish������������ : 10 Januari 2023
�����������
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan di era sekarang ini jauh berbeda dengan era yang dahulu. Hampir
segala sesuatu yang kita lakukan tidak dapat lepas dari teknologi. Era digital yang semakin berkembang, yang pastinya diiringi dengan
kemajuan teknologi yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan setiap
individu. Waktu terus berjalan dan perkembangan
teknologi semakin hari semakin canggih dengan membawa segala dampak positif dan
negatif. Teknologi tidak akan lepas dari dampak
negatif. Era digital menggiring masyarakat ke era yang lebih
informatif dan berilmu pengetahuan yang telah membawa perubahan mendasar dari
berbagai macam bidang. (Sumardianta, 2014) berpendapat teknologi membawa seseorang dalam
kehidupan yang lebih praktis, dan autistik. Dalam bidang pendidikan
khususnya sekolah, peserta didik dapat dengan mudah untuk mencari bahan belajar
dari perkembangan teknologi, akan tetapi peserta didik juga dapat dengan mudah
terpengaruh oleh berbagai hal negatif dari teknologi jika tidak tepat dalam pemanfaatannya . Teknologi menjadikan
segala hal menjadi lebih mudah. Berbagai macam situs
dapat diakses melalui internet, jika tanpa pemanfaatan yang tepat, teknologi
dapat berpengaruh buruk pada kualitas moral atau karakter peserta didik.
Penelitian oleh Putri (2018) menyebutkan berbagai macam kasus
destruktif seperti perseteruan antar etnis, perselisihan antar suku, tawuran
antar sesama pelajar, narkoba, bullying, dan kekerasan pada anak merupakan
sebagai contoh dari lemahnya karakter kebangsaan. Pendidikan karakter
sejak usia dini merupakan upaya mencegah dan mengatasi
permasalah tersebut.
Kepemimpinan
merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam menjalankan roda organisasi
(Aprilana et al., 2017). Setiap organisasi memiliki pemimpin agar dapat menjalankan organisasi
tersebut (Kristiawan et al., 2018). Tanpa adanya pemimpin maka organisasi akan
kehilangan arah untuk menjalakan organisasinya. Kepala sekolah dalam lembaga
pendidikan sebagai penentu sebuah keputusan apa yang benar, atau apa yang
paling tepat, dalam keadaan situasi tertentu khususnya kebijakan Pendidikan (Sriwahyuni et al., 2019); (Yuliandri & Kristiawan, 2017). Pada era revolusi industri 4.0 tantangan banyak dialami di dunia
pendidikan, maka kepemimpinan perlu mempunyai strategi dalam menjalankan organisasinya
agar tercapainya tujuan yang diharapkan (Mukhlasin, 2019). Tentu kebijakannya mengarah pada unsur dan nilai
yang ada dibagian itu sendiri, dari mulai kepentingan individu hingga global
harus dikendalikan dengan baik. Kepemimpinan kepala
sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membangun hubungan antar
individu dan pembentukan nilai organisasi dan dijadikan sebagai pondasi agar
tercapainnya tujuan organisasi.
Supriyadi dalam (Mulyasa, 2005) menyebutkan bahwa kepala sekolah merupakan salah satu komponen penting
pendidikan yang paling dominan peranannya dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Karena erat hubungannya antara mutu/kompetensi
kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin
sekolah, iklim budaya sekolah, perilaku civitas sekolah dan sebagainya.
Kepala sekolah bertanggungjawab atas manajemen pendidikan secara makro, artinya
ia bertanggungjawab atas penyelenggaraan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan serta
pendayagunaan dan pemeliharaan sarana prasarana sekolah.
Kompetensi kepala
sekolah sangat penting agar apa yang dicita-citakan
bisa terwujud. Kecakapan kepala sekolah berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
adalah kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.
Saat ini, kita berada di era abad ke-21, kondisi dimana teknologi dan
informatika berkembang sangat pesat. Perkembangan ini tentu akan
mempengaruhi tujuan pendidikan Indonesia yang berdampak pada tuntutan perubahan
kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah agar mampu bersaing di abad
ke-21. Begitu besar tantangan yang dihadapi oleh kepala
sekolah saat ini sehingga sangat menarik untuk menganalisis lebih dalam
mengenai kompetensi kepala sekolah untuk menghadapi abad ke-21.
Gaya kepemimpin kepala sekolah menurut Damsar dalam buku Sosiologi
Pendidikan yaitu kepemimpinan autokratik, laisser faire, dan demokratik. Sedangkan menurut Haris gaya kepemimpinan kepala sekolah dibagi menjadi kepemimpinan
demokratis, otoriter, kharismatik (charismatic leadership), kepemimpinan
kebapakkan (paternalistic leadership), kepemimpinan ahli (expert leadership,
kepemimpinan yang bebas (laissez faire leadership).
Berbagai gaya kepemimpinan kepala sekolah yang beragam tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun yang harus diperhatikan
ialah implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah harus disesuaikan dengan
keadaan yang terjadi pada lembaga pendidikan saat ini. Setiap kepala sekolah
diharapkan memiliki gaya kepemimpinan yang ideal
disesuaikan dengan kondisi serta tuntutan zaman. Para pemimpin sekolah
menghadapi tantangan dalam menggunakan teknologi untuk meningkatkan proses
belajar mengajar di abad ke-21 karena mereka juga harus menjadi panutan dalam
penggunaannya sehingga dapat membantu peningkatan praktek kerja di sekolah (Wulandari et al., 2018). Dengan demikian teknologi harus digunakan tidak hanya untuk proses
belajar mengajar, tetapi juga dalam manajemen organisasi mereka (Hamzah et al., 2016). Perubahan revolusi industri ini sudah merubah cara kerjamanusia yang
otomatis/digitalisasi melalui inovasi yang telah dikembangkan (Suwardana, 2018). Sehingga sekarang ini meruapakan tantangan bagi
kepala sekolah untuk menghadapi era digital ini. Kepala
sekolah diharapkan mampu menyusun strategi untuk mewujudkan suatusistem
pendidikan yang sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional dan selaras dengan
perkembangan teknologi di era digital. Seorang kepala
sekolah dituntut untuk mampu mengajak dan memberdayakan segala aspek yang
berhubungan erat dengan sekolah termasuk seluruh warga sekolah untuk
menciptakan peserta didik yang berkarakter di tengah perkembangan zaman yang
semakin hari semakin berkembang ke arah digitalisasi.
Dunia pendidikan juga mengalami tantangan serupa, banyak hal yang harus
disesuaikan dengan memanfaatkan teknologi. Proses belajar dari rumah memang tidak mudah,
tapi mencipta renungan baru apa yang penting
dipelajari dan apa yang menjadi kompetensi inti yang berguna untuk masa
mendatang. Meski, ada segudang tantangan yang harus dicarikan
solusinya bersama-sama diantaranya tantangan transformasi digital.
Secara umum, transformasi digital dalam pendidikan bermakna mendigitalkan
proses dan produk layanan pendidikan untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran
bagi semua pihak yang terlibat.
Menurut (Dilmegani, 2022), transformasi digital dalam dunia Pendidikan sekarang ini berfokus pada
tiga hal. Pertama, aksesibilitas. Teknologi
digital memungkinkan siswa didik mengakses sumber belajar lebih mudah dan lebih
murah. Sekarang ini, orang-orang di seluruh pelosok dunia, dari segala usia, dengan status sosial ekonomi yang berbeda memiliki
akses ke kelas belajar dan sumber daya pembelajaran melalui internet. Di saat
yang sama, teknologi seperti text-to-speech telah
menghilangkan hambatan bagi siswa penyandang cacat, yang selama ini menghadapi
hambatan dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran.
Kedua, pembelajaran interaktif. Berkat teknologi dan
ketersediaan berbagai macam aplikasi, format pembelajaran menjadi lebih
interaktif. Contohnya, pembelajaran bahasa yang
dilakukan secara interaktif melalui berbagai platform aplikasi dan mampu
menjangkau lebih banyak peserta. Ketiga, pembelajaran
adaptif. Teknologi komputer dan artifial inteligence
(AI) memungkinkan metode pendidikan diselaraskan dengan keinginan para peserta
didik.
Transformasi digital sangat penting untuk semua bidang, terlepas dari
ukuran dan sektor aktivitasnya. Di luar dematerialisasi proses kerja, pendekatan ini
memungkinkan system manajemen untuk mengoptimalkan operasi, dan untuk
mendapatkan kinerja, efisiensi, dan daya saing melalui adopsi mode manajemen,
alat baru, metode kerja baru, tetapi juga refleksi dan organisasi baru.
Perkembangan dan inovasi
teknologi selama 20 tahun terakhir memberi kita kesempatan untuk mengakses
ruang dan waktu tanpa kesulitan. Mempertimbangkan kemungkinan yang ditawarkan oleh
teknologi untuk sosial dan ekonomi perkembangannya, strata globalisasi dianggap
tepat untuk masuk ke dalam dimensi yang disebut "zaman digital",
"zaman informasi", "masyarakat informasi".
METODE
Metode yang dilakukan dalam penulisan ini
menggunakan studi kepustakaan. Data dikumpulkan melalui kajian teks
dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Analisis data
dilakukan dengan langkah. Pertama, data-data yang
telah terkumpul diklasifikasi berdasarkan rumusan masalah yang dikaji. Kedua, data-data yang dikaji secara kualitatif dianalisis dengan
menggunakan analisis isi. Ketiga, berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi data, dilakukan pengambilan simpulan yang dilengkapi
dengan saran-saran.
Penulisan ini menggunakan studi literatur
dengan menelaah jurnal yang memiliki hubungan dengan bagaimana peran
kepemimpinan kepala sekolah dalam pembentukan karakter peserta didik di era
digital. Jurnal ini terdiri dari jurnal nasional, dan jurnal internasional.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan buku teks sebagai
rujukan penulisan artikel ilmiah. Semua sumber di atas
berkaitan dengan analisis kompetensi kepemimpinan perubahan di era digital dan
implementasi di lembaga pendidikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil kajian ini yaitu mengkaji jurnal dan buku
teks serta referensi lain yang relevan, selanjutnya
dilakukan analisis dan penarikan simpulan. Hasil penelitian terkait dengan
kepemimpinan kepala sekolah dalam pendidikan karakter peserta didik di era
digital dapat dijelaskan sebagai berikut:
Hasil penelitian (Salam, 2017) dalam implementasinya pada pendidikan
karakter, terdapat tiga peran kepala sekolah yaitu sebagai leader, sikap ramah,
mendidik, merangkul, dan bertanggung jawab untuk semua warga sekolah. Sebagai manager, dalam menerapkan pendidikan karakter di
sekolahnya, kepala sekolah harus memiliki suatu strategi dengan melibatkan
seluruh elemen sekolah dan juga orang tua peserta didik untuk mewujudkan tujuan
yang telah direncanakan sebelumnya. Selanjutnya adalah
sebagai supervisor, kepala sekolah melakukan monitoring terhadap guru serta
evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir semester.
Selanjutnya hasil penelitian (Syarifah, 2019) menunjukkan bahwa dalam pendidikan
karakter di sekolah, kepala sekolah berperan penting dan juga krusial.
Penerapan pendidikan karakter dapat dilaksanakan dengan baik dengan menerapkan gaya kepemimpinan kepala sekolah transformasional. Selain itu pengelolaan sumber daya di sekolah juga harus
dioptimalkan untuk memaksimalkan program pendidikan karakter.
Hasil penelitian (Putri, 2018) sampai pada simpulan yang menyatakan bahwa
karakter akan terbentuk apabila setiap aktivitas yang berdampak pada karakter
dilakukan secara berulang-ulang dan rutin sehingga menjadi sebuah budaya atau
kebiasaan yang melekat dan akhirnya menjadi sebuah karakter. Dalam
era digital, peran lingkungan keluarga, pendidik, dan masyarakat di sekitar
sangat besar dalam pembentukan karakter peserta didik. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam menjalani
kehidupan dituntut untuk membimbing dan mengawasi dengan tegas, penuh kasih
sayang, dan cermat. Peran seorang pendidik dalam
pembentukan karakter peserta didik semakin berat dan kompleks. Pendidik
dalam hal ini adalah guru bukan sekedar mengajarkan pendidikan karakter secara
konsep saja, akan tetapi guru juga dituntut untuk
bagaimana peserta didik dapat menerapkan pendidikan karakter dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai panutan, guru juga harus dapat dengan
baik menerapkan karakter dalam dirinya sendiri.
Hasil Penelitian (Ajmain & Marzuki, 2019) peranan kepala sekolah dalam penerapan
pendidikan karakter peserta didik adalah sebagai seorang manajer maksudnya
adalah kepala sekolah merupakan penentu kebijakan yang mengkoordinir seluruh
kebutuhan peserta didik dalam hal pendidikan karakter. Sebagai
pemimpin, yaitu dengan memberikan petunjuk serta pengawasan, kemampuan
berkomunikasi, serta kemampuannya dalam mengambil keputusan. Selanjutnya adalah mendorong guru dan karyawan sekolah untuk
menjadi panutan bagi peserta didik.
Hasil Penelitian selanjutnya adalah oleh (Widodo, 2018) menunjukkan bahwa peran kepala sekolah
dalam pengembangan dan penerapan pendidikan karakter adalah kepala sekolah sebagai
sosok pemimpin di sekolah melakukan pembinaan dalam hal penguatan, pemodelan,
serta pengajaran karakter yang baik terhadap seluruh elemen di sekolah. Bapak dan ibu guru juga memiliki peran penting dalam pelaksanaan
kebijakan yang telah dirancang oleh kepala sekolah, begitupun orang tua dalam
peranannya pada pendidikan karakter peserta didik di rumah diharapkan mampu
berkolaborasi dengan sekolah untuk menciptakan karakter baik padadiri peserta
didik.
Hasil Penelitian (Herayati, 2020) mengenai pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah dalam melaksanakan program pendidikan karakter di sekolah menunjukkan
bahwa merencanakan suatu kebijakan yang melibatkan seluruh warga sekolah baik
itu guru, karyawan, wali murid, peserta didik, dan lingkungan di sekitar.
Selain itu, pelatihan-pelatihanjuga harus dilaksanakan khususnya untuk para
guru agar dapat lebih kreatif dalam mengajar dengan memasukan suatu hal yang berhubungan
dengan pendidikan karakter pada setiap proses pembelajaran. Sinergi dengan wali
murid juga dapat dilakukan dengan cara mengundang wali
murid untuk turut serta berpartisipasi dalam suatu kegiatan parenting dengan
pembicarapraktisi pendidikan.
Selanjutnya adalah hasil penelitian (Arifin, 2017) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter
peserta didik membawa pada pengenalan nilai kognitif, serta penghayatan nilai
secaraefektif yang nantinya memberi pengalaman pada nilai yang sesungguhnya. Pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai peningkatan mutu hasil
penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk menuju pada capaian pendidikan karakter
serta akhlak mulia dari peserta didik secara keseluruhan, seimbang, terpadu,
yang sesuai dengan standar kompetensi lulusan.
Penelitian (Datuk, 2020) hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendidikan di era Revolusi 4.0 hendaknya berfokus pada pendidikan karakter
peserta didik. Karakter peserta didik dapat berubah sesuai
dengan peluang dan lingkungan belajar yang diciptakan. Pendidikankarakter dapat berhasil jika semua elemen pendidik dapat
dengan baik melaksanakan pengembangan karakter dan melaksanakan secara
konsisten dan bersama.
Selanjutnya adalah hasil penelitian (Tetep, 2019) menyatakan bahwa keterampilan literasi
media merupakan tantangan bagi dan juga peluang bagi generasi untuk dapat
mengikuti perubahan serta perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan
teknologi digital. Keterampilan tersebut harus diimbangi
dengan kompetensi individu yang berpengaruh terhadap pengembangan karakter
individu dan sosial. Keterampilan teknis, pemahaman
kritis dan kemampuan komunikatif merupakan kompetensi yang dapat digunakan
dalam pembentukan karakter individu dan sosial seseorang. Karakter sosial yang baik tidak memungkinkan media digital dan
internet menjadi dampak negatif.
Hasil penelitian (Mufatakhah & Rejekiningsih, 2020) Islamic Individual Building merupakan
metode pendidikan karakter yang dilakukan untuk menanamkan pengetahuan moral,
moral perasaan, dan moral perilaku siswa. Pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan baik untuk peserta didik agar mereka dapat mengerti,
mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan. Islamic
Individual Building dilakukan untuk meningkatkan sikap kepedulian sosial,
Kerjasama yang baik, dan saling menghargai. Karakter
perlu ditanamkan sedini mungkin untuk menghindarkan peserta didik dari dampak
negatif dari perkembangan teknologi.
Penelitian (Zaman, 2019) hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan
karakter bertujuan untuk peningkatan pada mutu dari penyelenggaraan serta
output pendidikan di sekolah yang berfokus pada pembentukan karakter dan juga
akhlak peserta didik yang sesuai dengan kriteria dari standar kompetensi
lulusan. Pendidikan karakter juga dituntut untuk mampu
membentuk peserta didik yang lebih mandiri dalam membentuk serta meningkatkan
kemampuan intelektualnya dan juga mengkaji serta menginternalisasi nilai- nilai
karakter dan juga akhlak mulia yang tergambar dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik.
Penelitian (Tryanasari et al., 2020) mengatakan bahwa pendidikan karakter
merupakan elemen penting yang menentukan kekuatan suatu bangsa. Karakter yang
baik harus dibentuk dari waktu ke waktu melalui proses pendidikan yang
berkelanjutan. Pendidikan karakter adalah upaya untuk
membentuk kepribadian baik pada diri generasi muda agar tidak terjerumus ke
dalam dampak negatif dari arus era yang semakin modern yang penuh dengan
kehidupan materialistik yang dapat menimbulkan kegelisahan dan kekosongan
spiritual. Pendidikan karakter bertujuan untuk
menciptakan masyarakat yang demokratis dalam kehidupan modern yang semakin
terbuka dan berdaya saing.
Selanjutnya adalah hasil penelitian (Effendi et al., 2020) menunjukkan bahwa peran kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dalam optimalisasi pelak55sanaan serta
evaluasiprogram penguatan pendidikan karakter adalah dengan mendorong
perkembangan dan perubahan melalui kesamaan visi, misi, dan tujuan, memberikan
peluang besar bagi pengembangan inisiatif, kreativitas, dan inovasi untuk
menemukan cara baru untuk memecahkan masalah lama. Menumbuhkan
rasa percaya diri, peduli, dan mengakui, dan menghargai kontribusi, dapat
dipercaya, empati, dan memenuhi kebutuhan seluruh komponen sekolah.
Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab untuk kebaikan bersama, memberikan
motivasi inspirasional untuk melakukan lebih dari apa
yang dilakukan bawahannya dan mendorong untuk melakukan kerjasama antara
sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Penelitian (Arwen & Puspita, 2020), sampai pada simpulan yang menyatakan
bahwa pada dasarnya teknologi merupakan suatu alat. Oleh
karena itu, agar peserta didik memiliki karakter positif, diperlukan
pemanfaatan budaya dan pendidikan karakter agar kearifan budaya lokal tetap
terjaga dalam diri mereka. Membentuk karakter peserta
didik memang tidak mudah, oleh karena itu, dibutuhkan visi dan misi yang tepat
dan kuat dari kepala sekolah dalam menciptakan karakter yang berkualitas pada
peserta didik.
Selanjutnya adalah penelitian (Dekawati, 2020) dimana hasil temuan penelitiannya
menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas karakter peserta didik. oleh
karena itu, pembinaan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah yaitu dengan meningkatkan keterbukaan
informasi melalui komunikasi dengan memaksimalkan fasilitas komunikasi digital
dan penyelenggaraan upacara bendera merupakan kesempatan untuk menyampaikan
informasi secara optimal. Selanjutnya adalah dengan membangun tim kerja yang handal dan berpartisipasi dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan serta membangun kerjasama dengan masyarakat sekitar dalam
menjaga lingkungan.
Penelitian (Wening & Santosa, 2020) menunjukkan bahwa strategi kepemimpinan
sangat dibutuhkan dalam era digital sehingga dapat mengikuti perkembangan yang
terjadi. Pengembangan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu
strategi, terutama dalam bidang teknologi dan informatika baik dari segi sarana
prasarana, kesiapan untuk menghadapi segala hal yang mungkin terjadi, maupun
reaksi cepat yang dilakukan dalam perubahan era digital yang berorientasi
terhadap proses dan hasil. Penerapan teknologi yang
diterapkan kepala sekolah dilakukan melalui aplikasi Penilaian Kinerja Guru
(PKG) yang dilaksanakan di lembaga setiap bulan. Melalui
kegiatan ini kepala sekolah secara aktif mampu mengembangkan teknologi terhadap
guru. Terdapat empat elemen dalam hal ini yaitu,
critical thinking, creativity, communication, dan collaboration. Seorang
pemimpin yang memiliki jiwa visioner tidak hanya mengikuti perkembangan zaman
saja, akan tetapi juga harus mampu membawa
organisasinya untuk menjadi tuntunan dan acuan bagi orang lain sehingga tidak
tertinggal.
Penelitian Soedjono (2022) menghasilkan
pengetahuan memiliki kepentingan yang besar seperti halnya memperoleh
pengetahuan. Tampaknya keberhasilan individu,
lembaga atau masyarakat tergantung pada kegiatan memproduksi dan menggunakan
informasi. Peningkatan penggunaan dan produksi
pengetahuan menempatkan masyarakat ke dalam kebutuhan transformasi. Salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah adalah revolusi
industri (industri) yang potensi untuk mengubah masyarakat. Kecepatan:
teknologi baru yang terhubung satu sama lain dan
sangat serbaguna bergerak cepat secara eksponensial kecepatan, memicu satu sama
lain. Lebar dan Kedalaman: digitalisasi mempercepat industri 4.0. Namun, peningkatan keragaman teknologi di industri telah membawa
perubahan. Dampak sistem: Industri 4.0 diperkirakan akan
mengalami perubahan total seperti industry digital, perusahaan, dan bahkan
negara. Tren teknologi: meningkatnya penggunaan internet dan perkembangan
teknologi internet.
B. Pembahasan
Berdasarkan literatur di atas, maka dapat dikatakan
bahwasannya dalam era digital yang semakin maju ini, terdapat dampak positif
dimana peserta didik dapat memperoleh cara
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien melalui berbagai sumber terutama
internet. Akan tetapi terdapat juga dampak negatif yang
disebabkan oleh digitalisasi yang berpengaruh pada kualitas karakter peserta
didik. Peran dari kepemimpinan kepala sekolah
sangatlah penting dimana seorang kepala sekolah merupakan tokoh sentral dalam
upaya untuk mengembangkan karakter peserta didik di sekolah,
kebijakan-kebijakan yang dibuat harus sesuai dengan situasi era digital
sehingga peserta didik dapat memiliki kualitas karakter yang baik di tengah
perkembangan digital yang semakin maju. Kegiatan yang dilakukan dalam
pemanfaatan teknologi dalam pembentukan karakter anak usia
dini dilakukan melalui pemutaran vidio pembelajaran bernuansa islami, seperti
tata cara sholat, praktek wudhu, kisah-kisah nabi, dan murotal
Arti karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu
�charassian� yang memiliki arti menandai dan memfokuskan seperti apa cara penerapan nilai-nilai kebaikan berbentuk
tingkahlaku. Oleh sebab itu, apabila seseorang berperilaku buruk , maka dapat
dikatakan bahwasannyaseseorang tersebut memiliki karakter yang buruk, begitu
pula sebaliknya, apabila perilaku seseorang itu baik dan sesuai dengan
norma-norma dan kaidah moral yang ada, maka dapat dikatakan orang tersebut
memiliki karakter yang mulia (Aeni, 2014).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karakter adalah
suatu tabiat, sifat- sifat kejiwaan, akhlak, maupun budi pekerti dimana setiap
individu berbeda-beda, sedangkan kata berkarakter diartikan sebagai memiliki
tabiat, memiliki kepribadian/watak (Poerwadarminta, 2007). Dalam kamus psikologi, karakter
didefinisikan sebagai kepribadian seseorang yang dinilai dari titik tolak etis
atau moral, misal kejujuran seseorang, pada umumnya berkaitan dengan sifat-sifat
yang relatif tetap (Hidayatullah, 2009).
Karakter merupakan sifat nyata yang
pastinya setiap individu berbeda hal itu dikarenakan kepribadian dari individu
satu dengan yang lainnya yang juga berbeda-beda, dan merupakan sebuah atribut
yang dapat digunakan untuk mengamati individu tersebut. (Doni & Karakter, 2007) mengatakan bahwa
karakter merupakan dua hal yaitu yang pertama, merupakan kumpulan suatu kondisi
yang diberikan dan telah ada begitu saja yang dipaksakan dalam diri setiap
individu. Prinsip ini mengatakan bahwasannya karakter
dapat dikatakan sebagai sesuatu yang telah ada dari sananya (given).
Kedua adalah karakter merupakan suatu level dimana setiap individu mampu untuk
menguasai kondisi tersebut. Prinsip tersebut maksudnya adalah karakter
merupakan sebuah proses yang dikehendaki. Dari beberapa definisi di atas dapat
dikatakan bahwasannya karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan yang tertanam
dalam diri setiap individu dan terekspresikan melalui perilaku serta memiliki
hubungan dengan TuhanYang Maha Esa, diri individu itu sendiri, antar sesama
manusia, lingkungan sekitar, dan kebangsaaan.
Awal mula terbentuknya karakter adalah dari
lingkungan keluarga dimana individu untuk pertama kalinya dididik serta
diajarkan berbagai nilainilai kehidupan. Salah satu usaha untuk
menciptakan karakter anak bangsa yang berkualitas adalah dengan pendidikan
karakter. Terdapat dua kata dalam pendidikan karakter
yakni pendidikan dan karakter, sebagian ahli mengutarakan bahwasannya definisi
dari pendidikan berbeda-beda, menyesuaikan dengan sudut pandang, paradigma,
metodologi serta disiplin ilmu yang digunakan. (Hermino, 2018) menyatakan makna pendidikan karakter lebih
tinggi dari pendidikan moral karena pendidikan karakter bukan sekedar masalah
benar atau salah saja, akan tetapi bagaimana cara
dalam menanamkan suatu kebiasaan terhadap kebaikan sehingga anak atau peserta
didik dapat memiliki kesadaran, pemahaman yang tinggi, serta menerapkan dalam
kehidupan sehari- harinya. Dengan demikian maka pendidikan
karakter dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem dalam menanamkan karakter
kepada warga sekolah meliputi pengetahuan, kemauan, kesadaran, tindakan, sikap,
dan keterampilan.
Pendidikan karakter merupakan suatu sarana
dimana peserta didik diarahkan untuk melakukan suatu hal yang dianggap baik
sehingga dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. (Megawangi, 2004) menyatakan bahwa
pendidikan karakter merupakan suatu upaya memberikan pendidikan kepada anak
sehingga keputusan yang mereka ambil dapat secara bijak dan selanjutnya
dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memberi manfaat dan
kontribusi positif di lingkungannya Pendidikan karakter juga dapat diartikan
sebagai sebuah sarana untuk sosialisasi karakter yang patut untuk ditiru dan
seharusnya dimiliki oleh generasi-generasi penerus bangsa. Hasil
Penelitian (Zaman, 2019) menunjukkan bahwa pendidikan karakter
bukan hanya sekedar pengajaran mengenai yang benar dan yang salah saja, akan
tetapi pendidikan karakter lebih menekankan bagaimana segala hal-hal baik dapat
menjadi suatu kebiasaan pada diri setiap individu.
Tujuan pendidikan karakter sendiri tertuang pada
Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti yaitu :
membentuk sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan bagi peserta didik,
guru, dan tenaga kependidikan; menumbuh kembangkan kebiasaan baik sebagai suatu
bentuk pendidikan karakter sejak dalam lingkup keluarga, sekolah, hingga
masyarakat; menjadikan pendidikan sebagai sebuah gerakan yang mengharuskan
keterlibatan antara pemerintah pusat maupun daerah masyarakat hingga keluarga
dan mengembangkan dan menumbuhkan lingkungan dan budaya belajar yang bersifat
kolaboratif antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Penerapan pendidikan karakter pada era
digital merupakan hal penting yang harus dilakukan supaya generasi emas penerus
bangsa dapat memiliki moral yang baik karena mereka merupakan cermin kualitas
bangsa. Jika kualitas moral dan kognitif generasi penerus bangsa baik, maka
kualitas bangsa tersebut dapat dikatakan baik kualitasnya. oleh karena
itu, peran dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat sangat sentral dalam
pembentukan karakter, khususnya sekolah tempat peserta didik menempuh
pendidikan dimana seorang kepala sekolah sebagai seorang pimpinan organisasi
sekolah yang menjadi panutan bagi seluruh warga sekolahnya mulai dari guru,
karyawan, hingga peserta didik.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu proses
memimpin, membimbing, serta bagaimana kemampuan seorang kepala sekolah untuk
mengontrol segala hal terkait sekolah yang dipimpinnya. Kepala
sekolah merupakan sosok terdepan dalam menciptakan suatu kegiatan pembelajaran
di sekolah yang bermutu khususnya dalam pendidikan karakter. (Trihantoyo, 2015) menyatakan bahwa dalam
penerapan pendidikan karakter di sekolah membutuhkan peran penting dari seorang
kepala sekolah. Penerapan dari nilainilai
pendidikankarakter membutuhkan figur dari seluruh warga sekolah.
Oleh karena itu, efektifitas dari peran
kepala sekolah sangat diperlukan untuk mengajakdan merangkul seluruh warga
sekolah sehingga mejadi cerminan atau panutan yang baik dan dapat menjadi
contoh untuk peserta didik. Kepala sekolah dalam
perannya dalam pendidikan karakter di era digital seperti sekarang sangatlah
vital karena hal tersebut mengakibatkan suatu ancaman bagi sekolah yang
dipimpinnya. Kualitas moral peserta didik merupakan
hal utama yang perlu diperhatikan. Hasil penelitian (Salam, 2017) mengatakan bahwa terdapat tiga peran
kepala sekolah yaitu yang pertama sebagai leader, kepala sekolah harus memiliki
sikap ramah sehingga dapat merangkul seluruh elemen sekolah serta mendidik dan
bertanggung jawab untuk semua warga sekolahnya. Kedua yaitu
sebagai manager, seorang kepala sekolah harus cakap dalam merencanakan strategi
yang tepat untuk menjaga dan meningkatkan kualitas moral peserta didiknya di
tengah arus perkembangan di era digital saat ini dengan merangkul seluruh
elemen yang terlibat dalam hal ini adalah guru, orang tua peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Ketiga adalah sebagai supervisor, kepala sekolah
harus terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui bagaimana situasi yang
sebenarnya terjadi dan memonitoring serta melakukan evaluasi untuk mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Kepemimpinan kepala sekolah memiliki dampak
positif dalam perkembangan pendidikan karakter. Seorang
kepala sekolah harus mampu mengetahui dan menganalisis segala sesuatu yang
merupakan bentuk perkembangan teknologi era digital yang berdampak pada
karakter peserta didiknya. Selain itu, seorang kepala
sekolah juga harus mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju karena
sebagai panutan dan memberikan edukasi kepada seluruh warga sekolahnya, kepala
sekolah juga harus memiliki pengetahuan yang lebih luas.
Hasil penelitian (Dekawati, 2020) menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan
oleh kepala sekolah dalam perannya pada pendidikan karakter di sekolah yaitu
dengan cara meningkatkan keterbukaan mengenai informasi melalui komunikasi
dengan memanfaatkan fasilitas komunikasi digital dan menyampaikan informasi
secara optimal dengan pemanfaatan kegiatanupacara bendera. Selanjutnya adalah
dengan membangun kerjasama tim yang handal dan ikut
serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, melalui kerjasama
antara sekolah dan masyarakat sekitar dalam menjaga lingkungan.
Kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran vital
dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik yaitu dengan melakukan
kerjasama yang solid dan mendorong guru untuk berinovasi dalam hal pembelajaran
Oleh karena itu kepala sekolah dan guru harus mampu berkolaborasi untuk
menciptakan suatu inovasi pembelajaran dengan penerapan nilai- nilai yang
berhubungan dengan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Hasil
penelitian (Mistar & Sunyoto, 2020) menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala
sekolah sangat dibutuhkan, karena dengan kinerja yang baik makan akan dapat
mengarahkan dan mempengaruhi seorang guru untuk melaksanakan pembelajaran
secara efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan yang sebelumnya telah
ditetapkan dapat terwujud.
Kepemimpinan kepala sekolah harus mampu untuk menciptakan visi dan misi
yang tepat, inovatif, dan kuat agar pendidikan karakter tidak menyimpang dari
kearifan budaya lokal di tengah arus teknologi yang semakin berkembang di era
digital seperti ini. Dukungan
dari berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan karakter peserta didik
juga turut menjadi kesuksesan kebijakan yang telah direncanakan oleh kepala
sekolah.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan. Pertama, dalam era digital dimana
terjadi perkembangan teknologi semakin maju, dampak negatif maupun positif dari
perkembangan tersebut berakibat pada kualitas karakter seseorang khususnya
peserta didik sebagai penerus bangsa. Pendidikan
karakter penting untuk dilakukan dalam upaya pembentukan generasi penerus
bangsa yang bermoral karena mereka merupakan salah satu cerminan baik atau
tidaknya suatu bangsa. Kedua, berbagai macam peran dan wewenang kepala
sekolah dalam merancang strategi serta inovasi dalam hal pengembangan
pendidikan karakter peserta didik dan merangkul seluruh elemen di sekolahnya
mulai dari guru, tenaga kependidikan, peserta didik, hingga masyarakat sekitar
merupakan bentuk nyata bagaimana kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran
yang sangat vital dalam pendidikan karakter peserta didik di sekolah. Ketiga,
peran kepemimpinan kepala sekolah ditunjukan melalui keteladanan dan
kepribadian yang tampak dari sikap, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman-
pengalamannya sebagai seorang pemimpin pendidikan dan manajer sekolah menjadi
panutan bagi seluruh warga sekolah khususnya peserta didik dalam mewujudkan dan
mensukseskan pendidikan karakter. Kepemimpinan yang ideal
adalah kepemimpinan yang mengikuti tuntutan revolusi industri 4.0. pemimpin yang mengikuti perkembangan teknologi pemimpin
harus memiliki keterampilan dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing,
mengarahkan, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran diera digital.
Aeni, A.
N. (2014). Pendidikan Karakter Untuk Mahasiswa PGSD. UPi Press.
Ajmain, A., & Marzuki, M. (2019). Peran guru dan kepala sekolah dalam
pendidikan karakter siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta. SOCIA: Jurnal
Ilmu-Ilmu Sosial, 16(1), 109�123.
https://doi.org/10.21831/socia.v16i1.276 55.
Aprilana, E. R., Kristiawan, M., & Hafulyon, H. (2017). Kepemimpinan
Kepala Madrasah dalam Mewujudkan Pembelajaran Efektif di Madrasah Ibtidaiyyah
Rahmah El Yunusiyyah Diniyyah Puteri Padang Panjang. ELEMENTARY: Islamic
Teacher Journal, 4(1), 1�22.
https://doi.org/10.21043/elementary.v4i1.1975.
Arifin, S. (2017). Peran Guru Pendidikan Jasmani Dalam Pembentukan
Pendidikan Karakter Peserta Didik. Multilateral: Jurnal Pendidikan Jasmani
Dan Olahraga, 16(1), 78�92.
https://doi.org/10.20527/multilateral.v16i1.3666.
Arwen, D., & Puspita, D. R. (2020). The Role of Technology on
Students� Character Education. Journal of Physics: Conference Series, 1477(4),
42070. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1477/4/042070.
Datuk, A. (2020). Internalization of Character Education in Era 4.0 as A
Moral Conservation Solution for Students in Kupang City. The 5th Progressive
and Fun Education International Conference (PFEIC 2020), 21�30.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.201015.005.
Dekawati, I. (2020). The Principal�S Leadership As the Effort To Build
Students� Character. International Journal of Educational Management and
Innovation, 1(2), 109�119. https://doi.org/10.12928/ijemi.v1i2.1631
Dilmegani, C. (2022). AI chips: A guide to cost-efficient AI training
& inference in 2022 (Vol. 9). AI Multiple.
Doni, K. A., & Karakter, P. (2007). Sinergi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasindo.
Effendi et al. (2020). The principal transformational leadership strategy
in developing national policies for strengthening character education in
eastern Indonesia. Italian Journal of Sociology of Education, 12(2),
51�78. https://doi.org/https://doi.org/10.14658/pupj-ijse-2020-.
Hamzah, M. I. M., Juraime, F., & Mansor, A. N. (2016). Malaysian
principals� technology leadership practices and curriculum management. Creative
Education, 7(7), 922. https://doi.org/10.4236/ce.2016.77096.
Herayati, H. (2020). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Pelaksanaan Pendidikan Karakter Di SDIT Islamicity Tangerang. Jurnal
Perspektif, 18(2), 218�224. https://doi.org/10.31294/jp.v17i2.
Hermino, A. (2018). Guru dalam Tantangan Globalisasi: Kajian Teoritis
dan Praktis dalam Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hidayatullah, M. F. (2009). Guru Sejati Membangun Insan Yang Kuat dan
Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.
Kristiawan, M., Suryanti, I., Muntazir, M., Ribuwati, A., & AJ, A.
(2018). Inovasi Pendidikan. Jawa Timur: Wade Group National Publishing.
Megawangi, R. (2004). Pendidikan karakter solusi yang tepat untuk
membangun bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
Mistar, J., & Sunyoto, K. H. (2020). Sketsa Pelangi Pendidikan Karakter.
Malang: Intelegensia Media.
Mufatakhah, L., & Rejekiningsih, T. (2020). Strengthening of Students�
Solidarity Character Education in the Digital Era Through Islamic Individual
Building for Junior Students. 3rd International Conference on Learning Innovation
and Quality Education (ICLIQE 2019), 1205�1212.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.200129. 148.
Mukhlasin, A. (2019). Kepemimpinan Pendidikan di Era Revolusi Industri
4.0. Jurnal Tawadhu, 3(1), 674�692.
Mulyasa, E. (2005). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. https://doi.org/Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta, W. J. S. (2007). Kamus umum bahasa indonesia edisi
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Putri, D. P. (2018). Pendidikan karakter pada anak sekolah dasar di era
digital. AR-RIAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 37�50.
https://doi.org/10.29240/jpd.v2i1.439.
Salam, M. (2017). Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi
pendidikan karakter di sekolah dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 2(2),
329�345. https://doi.org/10.22437/gentala.v2i2.681 4.
Sriwahyuni, E., Kristiawan, M., & Wachidi, W. (2019). Strategi Kepala
Sekolah Dalam Mengimplementasikan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pada SMK
Negeri 2 Bukittinggi. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi
Pendidikan), 4(1), 21�33. https://doi.org/10.31851/jmksp.v4i1.2472.
Sumardianta, J. (2014). Habis Galau Terbitlah Move On. Yogyakarta:
Bentang Pustaka.
Suwardana, H. (2018). Revolusi industri 4. 0 berbasis revolusi mental. JATI
UNIK: Jurnal Ilmiah Teknik Dan Manajemen Industri, 1(2), 109�118.
https://doi.org/10.30737/jatiunik.v1i2.117.
Syarifah, L. S. (2019). Implementasi pendidikan karakter: Sebuah kajian
ilmiah dari perspektif gaya kepemimpinan kepala sekolah. NIẒĀMULILMI:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(1), 1�21.
https://doi.org/10.1234/nizamulilmi.v4i01.6.
Tetep, A. S. (2019). Students� digital media literacy: Effects on social
character. International Journal of Recent Technology and Engineering
(IJRTE) ISSN, 8(2), 2277�3878.
https://doi.org/10.35940/ijrte.B1091.098 2S919.
Trihantoyo, S. (2015). Peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam
menumbuhkan nilai karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, 3, 25�35.
Tryanasari, D., Oktarianto, M. L., & Afriyadi, M. M. (2020). Character
Education for Indonesian Gold Generations: Basic Education Challenges in the
Era of Disruption. 1st International Conference on Information Technology
and Education (ICITE 2020), 116�121.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.201214. 223.
Wening, M. H., & Santosa, A. B. (2020). Strategi kepemimpinan kepala
sekolah dalam menghadapi era digital 4.0. JMKSP (Jurnal Manajemen,
Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 5(1), 56�64.
https://doi.org/10.31851/jmksp.v5i1.3537.
Widodo, H. (2018). Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan
Karakter Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Sleman. Metodik Didaktik: Jurnal
Pendidikan Ke-SD-An, 13(2), 69�80.
https://doi.org/10.17509/md.v13i2.8162.
Wulandari, Y., Sartika, E. D., & Perawati, P. (2018). Strategi Kepala
sekolah perempuan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. JMKSP (Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 3(1), 126�136.
https://doi.org/10.31851/jmksp.v3i1.1584.
Yuliandri, J., & Kristiawan, M. (2017). Peran Kepemimpinan Kepala
Sekolah Terhadap Peningkatan Kinerja Guru. Jurnal Dosen Universitas PGRI
Palembang.
Zaman, B. (2019). Urgensi pendidikan karakter yang sesuai dengan falsafah
bangsa indonesia. Al Ghazali, 2(1), 16�31.
Anipah, Cicih Yuniarsih, Susanti, Abdul Azis, Arip Septialona (2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |