How to cite:
Herlina, Wellys et.al (2022). Optimalisasi Citra MRI Wrist Joint dengan Penerapan 3D Isotropik pada
Pembobotan Proton Density di Instalasi Radiologi RSUP Dr. M. Djamil padang. Jurnal Syntax
Admiration, 3(12).
https://doi.org/10.46799/jsa.v3i12.537
E-ISSN:
2722-5356
Published by:
Ridwan Institute
OPTIMALISASI CITRA MRI WRIST JOINT DENGAN PENERAPAN 3D
ISOTROPIK PADA PEMBOBOTAN PROTON DENSITY DI INSTALASI
RADIOLOGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
Wellya Herlina, I Putu Eka Juliantara, Triningsih
Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 3 No. 12 Desember 2022
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
3 Desember 2022
Direvisi
10 Desember 2022
Disetujui
17 Desember 2022
MRI adalah modalitas pencitraan medis yang bekerja dengan
memanfaatkan atom hidrogen yang ada dalam tubuh. Pencitraan
yang tidak menggunakan radiasi pengion melainkan menggunakan
medan magnet eksternal. MRI mampu memberikan kontras soft
tissue yang baik berdasarkan pada sifat jaringan. Wrist joint
merupakan suatu persendian kompleks yang terdiri dari beberapa
tulang dan sendi. Tulang dari wrist joint terdiri dari pergelangan
tangan termasuk distal radius dan ulna, 8 tulang carpal, dan bagian
proksimal terdiri dari 5 tulang metacarpal. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen,
penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan antara
sekuen 3D isotropik dan sekuen PDW TSE SPAIR Cor.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli
2022 di Instalasi Radiologi RSUP DR. M. Djamil Padang. Penulis
mengambil data pemeriksaan MRI Wrist Joint sebanyak 10 sampel
volunteer. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat
peneliti simpulkan bahwa hasil uji wilcoxon pada masing-masing
anatomi digunkan untuk melihat perbedaan kejelasan informasi
anatomi yang dihasilkan sekuen 3D PDW Isotropik dan sekuen
PDW TSE SPAIR Coronal. Sehingga berdasarkan hasil uji
wilcoxon informasi anatomi pada pemeriksaan MRI Wrist Joint
yang paling optimal dalam menghasilkan informasi anatomi sekuen
3D isotropik lebih tinggi dari pada sekuen PDW TSE SPAIR
Coronal yang dihasilkan dari kriteria anatomi Ligament, Cartilage,
TFCC, Bone, kecuali pada kriteria anatomi cartilage dengan sekuen
3D PDW isotropik memiliki nilai yang lebih rendah dari sekuen
PDW TSE SPAIR Coronal.
Kata kunci:
MRI Wrist Joint, 3D
Isotropik, Optimalisasi Citra.
Keywords:
Wrist Joint MRI, Isotropic
3D, Image Optimization.
ABSTRACT
MRI is a medical imaging modality that works by utilizing hydrogen
atoms in the body. Imaging that does not use ionizing radiation but
uses an external magnetic field. MRI is able to provide good soft
tissue contrast based on the nature of the tissue. The wrist joint is a
complex joint consisting of several bones and joints. The bones of
the wrist joint consist of the wrist including the distal radius and
ulna, 8 carpal bones, and the proximal part consists of 5
metacarpal bones. This type of research is a quantitative study with
an experimental approach. This research will be conducted by
comparing isotropic 3D sequences and PDW TSE SPAIR Cor
sequences. Data collection was carried out from May to July 2022
at the Radiology Installation of RSUP DR. M. Djamil Padang. The
Wellya Herlina, I Putu Eka Juliantara, Triningsih
1602 Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022
Pendahuluan
MRI adalah modalitas pencitraan medis yang bekerja dengan memanfaatkan atom
hidrogen yang ada dalam tubuh. Pencitraan yang tidak menggunakan radiasi pengion
melainkan menggunakan medan magnet eksternal. MRI mampu memberikan kontras soft
tissue yang baik berdasarkan pada sifat jaringan (Muqmiroh et al., 2019) dan (Westbrook &
Talbot, 2018a).
Wrist joint merupakan suatu persendian kompleks yang yang terdiri dari beberapa
tulang dan sendi. Tulang dari wrist joint terdiri dari pergelangan tangan termasuk distal radius
dan ulna, 8 tulang carpal, dan bagian proksimal terdiri dari 5 tulang metacarpal. Pada
beberapa artikel dan jurnal wrist joint juga disebut dengan Distal Radioulnar Joint (DRUJ).
Karena variasi mobilitas yang tinggi serta kompleksnya komponen penyusun menyebabkan
wrist joint rentan mengalami proses patologis seperti : Carpal Tunel Syndrome (CTS) yaitu
kumpulan gejala dan tanda akibat penekanan nervous medianus di ronga carpal tepatnya
dibawah fleksor retinakulum, Triangular Fibro Cartilago Complex (TFCC) adalah proses
robeknya jaringan cartilage-fibrosa kompleks yang berbentuk segi tiga yang terdiri dari
triangular fibrocartilage disc (TFC) (Su2014) dan (Rasyid et al., 2017).
Untuk menegakkan diagnosa dari wrist joint dilakukan dengan beberapa modalitas
imejing seperti X-ray Konvensional, Ultrasonography (USG), Computed Tomography-Scan
(CT-Scan), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat dilakukan untuk memastikan
proses patologi. Menurut (Kijowski & Gold, 2011) menyatakan bahwa spasial resolusi yang
tinggi dan kontras jaringan yang sangat baik menjadikan MRI sebagai metode pencitraan
yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi persendian. MRI juga merupakan
modalitas imaging yang baik untuk memperlihatkan pencitraan jaringan soft tissue
(musculoskeletal), salah satunya yaitu MRI pada wrist joint. MRI wrist joint dapat
memberikan pencitraan secara rinci dan struktur wrist joint seperti tulang, tendon, otot, dan
pembuluh darah serta patologinya.
Dalam menghasilkan gambaran anatomi dan fisiologi pada wrist joint, MRI
mengaplikasikan pulsa dan gradien pada system sehingga terbentuk pembobotan untuk citra
yang diinginkan. Pulsa sekuens dalam modalitas MRI akan menampilkan berbagai jenis
jaringan untuk membedakan anatomi dan patologi dalam citra. Perbedaan tersebut
dikendalikan dengan penggunaan nilai-nilai pembobotan T1, T2, dan proton density (Kaut &
Westbrook, 1998).
author took the Wrist Joint MRI examination data as many as 10
volunteer samples. Based on the results of the research conducted,
the researchers concluded that the results of the Wilcoxon test for
each anatomy were used to see differences in the clarity of
anatomical information produced by the Isotropic 3D PDW
sequence and the PDW TSE SPAIR Coronal sequence. So based on
the results of the Wilcoxon test, the anatomical information on the
Wrist Joint MRI examination is the most optimal in producing
isotropic 3D sequence anatomical information higher than the
PDW TSE SPAIR Coronal sequence which is produced from the
anatomical criteria of Ligament, Cartilage, TFCC, Bone, except for
cartilage anatomy criteria with the isotropic 3D PDW sequence has
a lower value than the TSE SPAIR Coronal PDW sequence.
Optimalisasi Citra MRI Wrist Joint dengan Penerapan 3D Isotropik pada
Pembobotan Proton Density di Instalasi Radiologi RSUP Dr. M. Djamil padang
Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022 1603
Pergelangan tangan (Wrist Joint) adalah sendi kompleks yang menjembatani tangan ke
lengan bawah. Ini sebenarnya adalah kumpulan dari beberapa tulang dan sendi. Tulang yang
Menyusun pergelangan tangan meliputi ujung distal radius dan ulna, 8 tulang carpal dan
bagian proksimal dari 5 tulang metacarpal. Semua tulang membentuk berbagai sendi yang
memungkinkan mobilitas tangan menjadi kompleks. Tulang carpal diatur menjadi barisan
proksimal dan distal. Baris proxsimal terdiri dari naviculare, lunatum, triquertum, dan
pisiformis. Baris distal terdiri dari trapezium, trapezoideum, capitatum, dan hamatum.
Pemeriksaan MRI tangan dan wrist joint akan sulit dilakukan karena keterbatasan pada
saat positioning dan harus menampakkan anatomi secara detail yang mana diperlukan untuk
mendeteksi kelainan (Wu et al., 2012). Posisi juga tergantung dari ukuran atau besar badan
pasien. Jika memungkinkan kita, memposisiskan pasien dengan cara lengan disamping tubuh,
tangan dan wrist diposisikan senyaman mungkin (prone, supine, atau recumbent). Untuk
mengevaluasi tangan dan wrist menggunakan wrist coil. Pada saat screening wrist
menggunakan sekuens : axial T1, axial FSE, PD, coronal T1, axial FSE T2, dan coronal
DESS (Berquist, 2006).
Menurut (Moraal et al., 2009) mengenai peningkatan resolusi spasial, MRI tiga dimensi
(3D) memungkinkan perolehan voxcel yang lebih kecil (isotropik) sambil mempertahankan
rasio signal-to-noise (SNR) yang baik. Urutan 3D, dengan SNR intrinsik yang lebih tinggi
dan dimensi voxel kecil yang hampir isotropik. Gamabar 3D dapat dengan mudah diformat
ulang tanpa kehilangan kualitas gambar, yang memungkinkan pemilihan bidang pandang
yang optimal untuk berbagai struktur anatomi.
Pembobotan Proton Density (PD) adalah pembobotan yang membutuhkan perbedaan
jumlah inti atom hidrogen per satuan volume jaringan untuk menghasilkan citra PD. Efek
kontras T1 dan T2 harus dikurangi untuk mendapatkan citra PD, sehingga didominasi oleh
kontras kerapatan proton. TR dibuat panjang agar menghilangkan efek T1 dan TE dibuat
pendek agar menghilangkan efek T2. Pembobotan PD memperlihatkan citra anatomi dan
patologi (Westbrook & Talbot, 2018b).
Protokol rutin MRI Wrist joint di Instalasi radiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang
adalah T2W-Turbo Spin Echo-Transversal, T2W-Fast Field Echo-Transversal, T2W-Turbo
Spin Echo-Coronal, T2W-Turbo Spin Echo-SPAIR-Coronal, T2W-Turbo Spin Echo-Sagital,
STIR-Turbo Spin Echo-Coronal, T1W-Turbo Spin Echo-Coronal, PDW-Turbo Spin Echo-
SPAIR-Coronal. Terkait pemerikaan MRI pada organ muskuloskletal Wrist joint yang tidak
pernah menggunakan sekuens 3D isotropik pada setiap pemeriksaan. Hal ini dapat dijadikan
sebagai bahan penelitian penulis dalam menggunakan sekuens 3D isotropik pada
pemeriksaan muskloskletal. Untuk dapat dijadikan sebagai bahan optimalisasi citra MRI
dalam meningkatkan kualitas kinerja radiographer dalam pelayanan di Instalasi Radiologi
(Ribeiro et al., 2013).
Wellya Herlina, I Putu Eka Juliantara, Triningsih
1604 Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022
Metode Penelitian
Penulis menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen untuk
melihat optimalisasi citra MRI wrist joint dengan menggunakan penerapan 3D isotropik pada
pembobotan proton density. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sukarelawan MRI wrist joint dengan
penerapan 3D isotopik pada pembobotan proton density di Intalasi Radiologi RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Sampel dalam penelitian ini yaitu 10 orang volunteer atau sukarelawan untuk
menghasilkan 10 optimalisasi citra mri wrist joint penerapan 3D isotropik dengan
pembobotan proton density.
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu:
1. Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung pemeriksaan pada MRI wrist joint
yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Kuisioner
Penulis melakukan pembagian kuisioner terhadap 3 Radiolog di Instalasi Radiologi
RSUP Dr. M. Djamil Padang terhadap hasil optimalisasi citra MRI wrist joint dengan
menggunakan lembar check list yang sudah dipersiapkan terhadap penilaian antara metode
yang digunakan sebagaimana terlampir di lampiran 1.
3. Dokumentasi
Data-data penelitian diperoleh dari hasil foto gambaran radiograf MRI wrist joint
dan hasil kuisioner yang telah di isi oleh Responden yaitu Radiolog di Instalasi Radiologi
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Karakteristik Sampel
Pada penelitian tentang Optimalisasi Citra MRI Wrist Joint dengan Penerapan
3D Isotropik Pada Pembobotan Proton Density di Instalasi Radiologi Rsup Dr. M.
Djamil Padang pada bulan Agustus 2022, digunakan 10 volunteer dengan variasi umur,
jenis kelamin dan berat badan, yang kemudian dilakukan scanning MRI dengan 2
sekuen yaitu 3D PDW Isotropik dan PDW TSE SPAIR Coronal. Deskripsi sampel
berdasarkan variasi tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data sampel penelitian
Usia (Tahun)
Berat Badan (Kg)
Jenis Kelamin
24
53
Laki-laki
22
51
Perempuan
22
57
Perempuan
21
64
Laki-laki
Optimalisasi Citra MRI Wrist Joint dengan Penerapan 3D Isotropik pada
Pembobotan Proton Density di Instalasi Radiologi RSUP Dr. M. Djamil padang
Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022 1605
23
56
Perempuan
22
61
Laki-laki
21
59
Perempuan
23
58
Laki-laki
21
62
Laki-laki
20
58
Perempuan
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah keseluruhan sampel yaitu 10 volunteer,
terdapat 5 volunteer dengan jenis kelamin laki-laki dan 5 volunteer dan jenis kelamin
perempuan, berumur antara 20 tahun sampai 24 tahun dan berat badan antara 51 kg
sampai 64 kg.
2. Hasil Citra MRI
Gambar 1. Hasil Citra MRI wrist joint (a) PDW TSE SPAIR Coronal, (b) 3D
PDW Isotropik
Dari hasil citra MRI wrist joint tersebut kemudian dilakukan penilaian oleh 3
responden. Responden penelitian yaitu dokter spesialis radiologi. Untuk ketentuan
responden yaitu memiliki kemampuan ekspertise dibidang MRI. Informasi diagnostik
pada pemeriksaan MRI wrist joint sequences 3D PDW Isotropik dan proton density
merupakan acuan yang digunakan untuk menilai diagnosis seorang dokter spesialis
radiologi (Del Grande et al., 2014). Acuan yang digunakan untuk menilai, terdapat
beberapa area. Area yang dimaksud adalah ligament, cartilage, TFCC (Triangular
Fibrocartilage Complex), dan bone.
3. Hasil Informasi Citra
a. Uji Statistik Wilcoxon terhadap masing-masing anatomi
Uji Wilcoxon pada masing-masing anatomi digunakan untuk melihat
perbedaan kejelasan informasi anatomi yang dihasilkan sekuen 3D PDW Isotropik
dan sekuen PDW TSE SPAIR Coronal pada masing-masing anatomi.
Wellya Herlina, I Putu Eka Juliantara, Triningsih
1606 Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022
Tabel 2. Hasil test statistic uji Wilcoxon masing-masing kriteria sekuen 3D PDW
Isotropik dan PDW TSE SPAIR
Kriteria
Sekuen
Sig.
Keterangan
Ligament
3D PDW
Isotropik -
PDW
SPAIR
Coronal
0,001
Ada Beda
Cartilage
0,394
Tidak Ada
Beda
TFCC
<0,0001
Ada Beda
Bone
<0,0001
Ada Beda
1) Ligament
Pada tabel 4.2 nilai signifikansi (p-value) dari ligament adalah 0,001, nilai
tersebut lebih kecil dari 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
informasi anatomi pada kriteria ligament antara sekuen 3D PDW Isotropik dan
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal.
2) Cartilage
Pada tabel 4.2 nilai signifikansi (p-value) dari cartilage adalah 0,394, nilai
tersebut lebih besar dari 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan informasi anatomi pada kriteria cartilage antara sekuen 3D PDW
Isotropik dan sekuen PDW TSE SPAIR Coronal.
3) TFCC (Triangular Fibrocartilage Complex)
Pada tabal 4.2 nilai signifikansi (p-value) dari TFCC adalah <0,0001, nilai
tersebut lebih kecil dari 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
informasi anatomi pada kriteria TFCC antara sekuen 3D PDW Isotropik dan
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal.
4) Bone Pada tabel 4.2 nilai signifikansi (p-value) dari bone adalah <0,0001, nilai
tersebut lebih kecil dari 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
informasi anatomi pada kriteria bone antara sekuen 3D PDW Isotropik dan
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal.
b. Uji Mean Rank Wilcoxon terhadap masing-masing anatomi
Hasil Rank uji Wilcoxon menunjukkan informasi anatomi mana yang lebih
baik anatar citra yang dihasilkan sekuen 3D PDW Isotropik dan sekuen PDW TSE
SPAIR Coronal.
Tabel 3. Hasil Rank uji Wilcoxon masing-masing anatomi sekuen 3D PDW Isotropik
dan sekuen PDW TSE SPAIR Coronal
Kriteria
Mean Rank
3D PDW Isotropik
PDW TSE SPAIR
Coronal
Ligament
9,13
7,00
Cartilage
9,50
10,36
TFCC
13,00
0,00
Optimalisasi Citra MRI Wrist Joint dengan Penerapan 3D Isotropik pada
Pembobotan Proton Density di Instalasi Radiologi RSUP Dr. M. Djamil padang
Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022 1607
Bone
15,50
0,00
Pada tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa mean rank sekuen 3D PDW
Isotropik lebih tinggi dari pada sekuen PDW TSE SPAIR Coronal yang
dihasilkan dari seluruh kriteria anatomi, kecuali pada kriteria anatomi cartilage
dengan sekuen 3D PDW Isotropik memiliki nilai mean rank lebih rendah dari
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal.
1) Ligament
Pada tabel 4.3 dapat dilihat nilai mean rank yang dihasilkan pada kriteria
anatomi ligament pada sekuen 3D PDW Isotropik sebesar 9,13 sedangkan pada
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal sebesar 7,00. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
mean rank 3D PDW Isotropik lebih tinggi dari pada sekuen PDW TSE SPAIR
pada kriteria anatomi ligament.
2) Cartilage
Pada tabel 4.3 dapat dilihat nilai mean rank yang dihasilkan pada kriteria
anatomi cartilage pada sekuen 3D PDW Isotropik sebesar 9,50 sedangkan pada
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal sebesar 10,36. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai mean rank 3D PDW Isotropik lebih rendah dari pada sekuen PDW TSE
SPAIR pada kriteria anatomi cartilage.
3) TFCC (Triangular Fibrocartilage Complex)
Pada tabel 4.3 dapat dilihat nilai mean rank yang dihasilkan pada kriteria
anatomi TFCC pada sekuen 3D PDW Isotropik sebesar 13,00 sedangkan pada
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal sebesar 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
mean rank 3D PDW Isotropik lebih tinggi dari pada sekuen PDW TSE SPAIR
pada kriteria anatomi TFCC.
4) Bone Pada tabel 4.3 dapat dilihat nilai mean rank yang dihasilkan pada kriteria
anatomi bone pada sekuen 3D PDW Isotropik sebesar 15,50 sedangkan pada
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal sebesar 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
mean rank 3D PDW Isotropik lebih tinggi dari pada sekuen PDW TSE SPAIR
pada kriteria anatomi bone.
B. Pembahasan
1. Penerapan 3D Isotropik dalam sekuen Proton Density
Pada pemeriksaan mri wrist joint di instalasi radiologi RSUP Dr. M. Djamil
Padang menggunakan beberapa sekuen seperti T2W-Turbo Spin Echo-Transversal,
T2W-Fast Field Echo-Transversal, T2W-Turbo Spin Echo-Coronal, T2W-Turbo Spin
Echo-SPAIR-Coronal, T2W-Turbo Spin Echo-Sagital, STIR-Turbo Spin Echo-Coronal,
T1W-Turbo Spin Echo-Coronal, PDW-Turbo Spin Echo-SPAIR-Coronal. Selanjutnya
pada penelitian ini menggunakan volunteer mri wrist joint dengan sekuen rutin PDW
TSE SPAIR Coronal sebagai sekuen konfirmasi untuk dibandingkan dengan sekuen 3D
PDW Isotropik. Dari hasil nilai signifikansi seluruh kriteria anatomi bahwa sekuen 3D
PDW Isotropik lebih tinggi dibandingkan sekuen PDW TSE SPAIR Coronal, kecuali
pada kriteria anatomi cartilage (Yao et al., 2007). 3D isotropik memiliki evaluasi yang
Wellya Herlina, I Putu Eka Juliantara, Triningsih
1608 Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022
berpotensi unggul dari bagian tubuh kecil, mengingat bahwa pemindaian PDW TSE
SPAIR Cor berorientasi optimal tidak dapat diperoleh untuk semua struktur potensial
yang menarik di wilayah anatomi kompleks. Karena pada protokol pembobotan proton
density pencitraan muskuloskletal ini akan terlihat bahwa parameternya sedikit
berbeda. Biasanya jaringan seperti diskus, cartilage, dan cairan isointense pada gambar
pembobotan proton density (Vassa et al., 2020). Namun, di Instalasi Radiologi RSUP
DR.M. Djamil Padang tetap menggunakan sekuen PDW TSE SPAIR Coronal
dikarenakan menurut dokter radiolog di RSUP DR.M. Djamil Padang untuk
pemeriksaan muskuloskletal lebih baik menggunkan PDW TSE SPAIR Coronal sebab
cartilage lebih terlihat dan hasil citra yang dihasilkan lebih memiliki kualitas citra yang
baik.
2. Informasi citra yang lebih baik antara sekuen 3D PDW Isotropik dan PDW TSE SPAIR
Coronal pada pemeriksaan MRI Wrist Joint
Menurut dokter spesialis radiologi yang menganalisis hasil MRI wrist joint
potongan coronal dengan beberapa kriteria anatomi untuk menilai optimalisasi
informasi citra diagnostik MRI wrist joint dengan menggunakan sekuen 3D PDW
Isotropik dan sekuen PDW TSE SPAIR Coronal, Sekuen 3D PDW Isotropik cukup
baik dalam menampilkan area wrist joint dan dapat memperlihatkan kriteria anatomi
muskuloskletal dengan lebih detail dan jelas. Kejelasan dan batas tegasnya anatomi
dapat dilihat dari gambaran ligament, cartilage, TFCC dan bone.
Berdasarkan nilai mean rank yang didapatkan, bahwa nilai mean rank pada
keseluruhan kriteria penilaian optimalisasi informasi citra diagnostik MRI wrist joint
menunjukkan sekuen 3D PDW Isotropik lebih tinggi dari sekuen PDW TSE SPAIR
Coronal pada kriteria ligament, TFCC dan bone. Nilai mean rank yang dihasilkan
masing-masing anatomi yaitu sebesar 9,13 dan 7,00 pada kriteria anatomi ligamnet,
13,00 dan 0,00 pada kriteria anatomi TFCC dan 15,50 dan 0,00 pada kriteria anatomi
bone. Sedangkan pada kriteria anatomi cartilage, 3D PDW Isotropik lebih rendah dari
sekuen PDW SPAIR Coronal yaitu sebesar 9,50 dan 10,36.
Menurut peneliti sekuen yang dapat menampilkan informasi citra diagnostik yang
paling optimal pada MRI wrist joint yaitu sekuen PDW TSE SPAIR Coronal. Sekuen
PDW TSE SPAIR Coronal telah cukup menampilkan informasi citra diagnostik
khususnya pada kriteria anatomi liagment dan cartilage, walaupun dari hasil kuesioner
yang sudah didapatkan adanya nilai yang lebih tinggi pada sekuen 3D PDW Isotropik
pada masing-masing kriteria anatomi. Sekuen PDW TSE SPAIR Coronal menampilkan
hasil yang kurang detail dan tajam, namun mampu memberikan kualitas citra yang baik
dari pada sekuen 3D PDW Isotrpik. Hal ini sangat membantu dalam interpretasi
diagnostik oleh dokter spesialis radiologi dengan baik dalam mendiagnosa pasien.
Dari kedua sekuen yang didapatkan bahwa pada MRI wrist joint dengan
penggunaan sekuen 3D PDW Isotropik lebih mampu menghasilkan informasi citra
yang baik pada kriteria anatomi ligament, TFCC dan bone, hasil citra yang dihasilan
lebih detail dan tajam tepi batas objek (Jung et al., 2013). 3D PDW Isotropik memiliki
SNR yang cukup baik dan tingkat tampilan TFCC yang lebih tinggi. Ini dapat
digunakan sebagai urutan rutin untuk mengamati TFCC, ligament dan bone sekitarnya,
Optimalisasi Citra MRI Wrist Joint dengan Penerapan 3D Isotropik pada
Pembobotan Proton Density di Instalasi Radiologi RSUP Dr. M. Djamil padang
Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022 1609
yang memberikan dasar yang cukup untuk diagnosis klinis (Jung et al., 2013). 3D PDW
Isotropik telah dapat meningkatkan sensitivitas dan akurasi diagnostik dalam
mendektesi cedera pada TFCC dan ligament di wrist joint dengan menigkatkan resolusi
kontras anatara struktur normal dan daerah patologi. Begitupun sebaliknya pada sekuen
PDW TSE SPAIR Coronal informasi diagnostik yang didapatkan tidak terlalu detail
dan kurang tegas dalam citra anatomi muskuloskletal wrist joint. Hal ini terlihat dari
batas antara bone dan TFCC yang batasnya tidak berbatas tegas, tetapi mampu
menghasilkan kualitas citra yang baik dan lebih mudah dalam membantu Radiolog
menentukan diagnosa pada mri muskuloskletal wrist joint.
Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menyelidiki kualitas citra sekuen 3D PDW isotropik mungkin
berguna Ketika mencitrakan pergelangan tagan pada sekuen 3D PDW isotropik. Memiliki
keuntungan yang melekat dari hasil citra mri wrist joint yang dikombinasikan dengan
gambaran resolusi tinggi isotropik, karena dapat mengevaluasi patologi pergelangan tangan
ulnaris termasuk TFCC dan cedera kapsuler. Penerapan sekuen 3D PDW Isotropik dalam
sekuen PDW TSE SPAIR Coronal dilakukan dengan mengatur jumlah slice atau jumlah
gambaran yang diinginkan.
Pada pemeriksaan mri wrist joint di instalasi radiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang
menggunakan beberapa sekuen seperti T2W-Turbo Spin Echo-Transversal, T2W-Fast Field
Echo-Transversal, T2W-Turbo Spin Echo-Coronal, T2W-Turbo Spin Echo-SPAIR-Coronal,
T2W-Turbo Spin Echo-Sagital, STIR-Turbo Spin Echo-Coronal, T1W-Turbo Spin Echo-
Coronal, PDW-Turbo Spin Echo-SPAIR-Coronal. Pada penelitian ini, sekuen 3D PDW
Isotropik dan PDW TSE SPAIR Coronal di dapatkan hasil nilai signifikansi seluruh kriteria
anatomi bahwa sekuen 3D PDW Isotropik lebih tinggi dibandingkan sekuen PDW TSE
SPAIR Coronal, kecuali pada kriteria anatomi cartilage. Sekuen PDW TSE SPAIR Cor itu
sebagai sekuen konfirmasi, jadi jika ada sesuatu yang dicurigai pada hasil citra PDW TSE
SPAIR Cor bisa dilihat pada sekuen 3D isotropik karena kelebihan dari sekuen 3D isotopik
itu sendiri bisa melihat hasil citra dari sisi axial, sagittal maupun coronal. 3D isotropik
memiliki evaluasi yang berpotensi unggul dari bagian tubuh kecil, mengingat bahwa
pemindaian PDW TSE SPAIR Cor berorientasi optimal tidak dapat diperoleh untuk semua
struktur potensial yang menarik di wilayah anatomi kompleks.
Wellya Herlina, I Putu Eka Juliantara, Triningsih
1610 Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022
BIBLIOGRAFI
Berquist, T. H. (2006). MRI Musculoskeletal System, Sixth Ed. Philadelpia: Lippincontt
Williams Wilkins. Google Scholar
Del Grande, F., Santini, F., Herzka, D. A., Aro, M. R., Dean, C. W., Gold, G. E., & Carrino,
J. A. (2014). Fat-suppression techniques for 3-T MR imaging of the musculoskeletal
system. Radiographics: A Review Publication of the Radiological Society of North
America, Inc, 34(1), 217. Google Scholar
Jung, J. Y., Yoon, Y. C., Jung, J. Y., & Choe, B.-K. (2013). Qualitative and quantitative
assessment of wrist MRI at 3.0 T: comparison between isotropic 3D turbo spin echo and
isotropic 3D fast field echo and 2D turbo spin echo. Acta Radiologica, 54(3), 284291.
https://doi.org/10.1258/ar.2012.120475. Google Scholar
Kaut, C., & Westbrook, C. (1998). MRI in Practice. London: Blackwell Science Ltd. Google
Scholar
Kijowski, R., & Gold, G. E. (2011). Routine 3D magnetic resonance imaging of joints.
Journal of Magnetic Resonance Imaging, 33(4), 758771.
https://doi.org/10.1002/jmri.22342. Google Scholar
Moraal, B., Roosendaal, S. D., Pouwels, P. J. W., Vrenken, H., Van Schijndel, R. A., Meier,
D. S., Guttmann, C. R. G., Geurts, J. J. G., & Barkhof, F. (2009). Multi-contrast,
isotropic, single-slab 3D MR imaging in multiple sclerosis. The Neuroradiology
Journal, 22(1_suppl), 3342. https://doi.org/10.1177/19714009090220S108. Google
Scholar
Muqmiroh, L., Latifah, R., Kartikasari, A., & Sensusiati, A. D. (2019). Pulse sequence single
shot fast spin echo for reducing motion artefact on MRI of the brain. Malaysian Journal
of Medicine and Helath Sciences, 15(Supp5), 1216. Google Scholar
Rasyid, R., Murniati, E., & Alamsyah, M. M. (2017). Analisis Time Repetition (TR) dan Flip
Angle (FA) terhadap Informasi Anatomi pada Pemeriksaan 3D TOF MRA Brain dengan
MRI 1.5 Tesla. Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD), 3(1), 194198. Google Scholar
Ribeiro, M., Rumor, L., Oliveira, M., O’Neill, J. G., & Maurício, J. C. (2013). STIR, SPIR
and SPAIR techniques in magnetic resonance of the breast: A comparative study.
Journal of Biomedical Science and Engineering, 6, 395402. Google Scholar
Suma, P. (2014). Penatalaksanaan Cidera Pergelangan Tangan. Mediat. Ltd. Google
Scholar
Vassa, R., Garg, A., & Omar, I. M. (2020). Magnetic resonance imaging of the wrist and
hand. Polish Journal of Radiology, 85(1), 461488.
https://doi.org/10.5114/pjr.2020.99034. Google Scholar
Westbrook, C., & Talbot, J. (2018a). MRI in C. Westbrook, “MRI in Practice,” 2019.
Practice. John Wiley & Sons. Google Scholar
Westbrook, C., & Talbot, J. (2018b). MRI in Practice. John Wiley & Sons. Google Scholar
Optimalisasi Citra MRI Wrist Joint dengan Penerapan 3D Isotropik pada
Pembobotan Proton Density di Instalasi Radiologi RSUP Dr. M. Djamil padang
Syntax Admiration: Vol. 3, No. 12 Desember 2022 1611
Wu, J., Lu, L.-Q., Gu, J.-P., & Yin, X.-D. (2012). The application of fat-suppression MR
pulse sequence in the diagnosis of bone-joint disease. Google Scholar
Yao, L., Pitts, J. T., & Thomasson, D. (2007). Isotropic 3D fast spin-echo with proton-
density-like contrast: a comprehensive approach to musculoskeletal MRI. American
Journal of Roentgenology, 188(2), W199W201. https://doi.org/10.2214/AJR.06.0556.
Google Scholar
Copyright holder :
Wellya Herlina, I Putu Eka Juliantara, Triningsih (2022)
First publication right :
Jurnal Syntax Admiration
This article is licensed under: