Volume 4, No. 1
Januari 2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI: https://doi.org/10.46799/jsa.v4i2.546
PENERAPAN METODE AHP DALAM PENENTUAN
PRIORITAS PEMBANGUNAN JEMBATAN RANGKA DI KABUPATEN DELI SERDANG
Marlina Br Simanjuntak, Ahmad Mulia
Perwira, Gina Cyntia R. Hasibuan
Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara, Indonesia
Abstrak:
Jembatan sebagai bagian penting sistem transportasi mempunyai
peranan dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan pengembangan daerah. Untuk itu
pemerintah berkewajiban membangun infrastruktur jembatan dalam kondisi mantap
agar konektifitas antar wilayah dapat terwujud. Mengingat banyaknya kegiatan pembangunan
infrastruktur yang tertunda sejak tahun 2019 akibat refocusing serta keterbatasan APBD, maka diperlukan pemilihan
urutan prioritas program penyelenggaraan jembatan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kriteria dan subkriteria dominan yang perlu dipertimbangkan
sehingga urutan prioritas pembangunan jembatan rangka di Kabupaten Deli Serdang
dapat disusun. Metode yang digunakan adalah AHP dengan pendekatan kuantitatif
melalui kuesioner. Kriteria yang dipertimbangkan adalah ekonomi (biaya), teknis
(subkriterianya umur jembatan, panjang, lebar, dan waktu pelaksanaan), tata
guna lahan (subkriterianya pertanian/ perkebunan, pariwisata, perikanan, dan
pertambangan), aksesibilitas (subkriterianya jarak dan waktu), sosial dan
pengembangan wilayah (subkriterianya jumlah penduduk, fasilitas sosial,
fasilitas pemerintahan, dan pengembangan wilayah), dan kebijakan
(subkriterianya musrembang, Reses/ Pokir DPRD, dan stakeholders). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kriteria dominan yang perlu dipertimbangkan adalah
sosial dan pengembangan wilayah, diikuti oleh kriteria teknis, tata guna lahan,
ekonomi, kebijakan, dan aksesibilitas. Urutan prioritas pembangunan jembatan
rangka adalah Jembatan Sei Belawan Desa Tanjung Anom sebagai prioritas pertama,
Jembatan Lau Cirem Desa Perpanden sebagai prioritas kedua, dan Jembatan Sei
Serdang Desa Negara Beringin sebagai prioritas ketiga.
Kata
Kunci: Prioritas, konstruksi, jembatan, kriteria, sub-kriteria, AHP.
Abstract:
Bridges as an important part of the transportation system have a
role in spurring economic growth and regional development. For this reason, the
government is obliged to build bridge infrastructure in a stable condition so
that connectivity between regions can be realized. This study aims to analyze
the dominant criteria and sub-criteria that need to be considered so that the
order of priority for the construction of a truss bridge in Deli Serdang
Regency can be compiled. The method used is AHP with a quantitative approach through
a questionnaire. The criteria considered are economic (cost), technical
(sub-criteria for bridge age, length, width, and implementation time), land use
(sub-criteria for agriculture/plantation, tourism, fisheries, and mining),
accessibility (sub-criteria for distance and time), social and regional
development (the sub-criteria are population, social facilities, government
facilities, and regional development), and policies (the sub-criteria are
musrembang, Reses/Pokir DPRD, and stakeholders). The results of the study show
that the dominant criteria to consider are social and regional development,
followed by technical, land use, economic, policy, and accessibility criteria.
The order of priority for the construction of a truss bridge is the Sei Belawan
Bridge, Tanjung Anom Village as the first priority, the Bridge Lau Cirem Perpanden Village as the second priority, and Sei
Serdang Bridge, Negara Beringin Village as the third priority.
Keywords: Priority, construction, bridge, criteria,
sub-criteria, AHP.
Article History
Diterima : 17 Januari 2023
Direvisi : 19 Februari 2023
Publish : 28 Februari 2023
PENDAHULUAN
Jembatan merupakan investasi
tertinggi dari semua elemen yang dapat dijumpai pada sistem jalan raya. Salah satunya adalah jembatan rangka baja yang sering digunakan
pada bentang panjang dan biaya pembangunannya juga cukup mahal. Setiap
kerusakan pada konstruksi jembatan dapat menyebabkan timbulnya
gangguan-gangguan dalam kelancaran perputaran roda ekonomi dan dapat
menimbulkan kecelakaan bagi manusia. Untuk itu pemerintah berkewajiban
membangun infrastruktur jembatan dalam kondisi mantap agar konektifitas antar
wilayah dapat terwujud. Mengingat banyaknya kegiatan pembangunan
infrastruktur yang tertunda sejak tahun 2019 akibat refocusing serta keterbatasan APBD Kabupaten Deli Serdang tahun
2022, maka diperlukan pemilihan urutan prioritas program penyelenggaraan
jembatan. Refocusing anggaran telah
menimbulkan beragam perspektif dampak di mana penganggaran awal tidak dapat
dijalankan sebagai mana mestinya. Untuk itu perlu dilakukan perubahan rencana
kerja dan pembangunan daerah (Jaweng et al., 2020) agar skala
prioritas pembangunan tepat alokasi dan tepat sasaran.
Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
dengan pendekatan kuantitatif melalui kuesioner. Sistem pengambilan keputusan multikriteria telah banyak
dikembangkan saat ini untuk memfasilitasi pemilihan alternatif yang memiliki
banyak kriteria, salah satunya adalah AHP (Asadabadi,
2018). AHP
sangat membantu pengambil keputusan dalam melakukan analisis penentuan
prioritas dengan mempertimbangkan kriteria yang ada secara komprehensif (Suthanaya
& Artamana, 2017).
AHP adalah metode
pendukung keputusan untuk membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstrukturkan menjadi suatu hierarki (Al-Harbi,
2001).
Untuk teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan responden yang dipilih adalah stakeholders di bidang pembangunan jalan
dan jembatan sebanyak 10 orang. Kriteria yang dipertimbangkan dalam penelitian
ini antara lain: kriteria ekonomi (biaya pembangunan), kriteria teknis
(subkriterianya adalah umur jembatan, panjang jembatan, lebar jembatan, dan
waktu pelaksanaan), kriteria tata guna lahan (subkriterianya adalah pertanian/
perkebunan, pariwisata, perikanan, dan pertambangan), kriteria aksesibilitas
(subkriterianya adalah jarak dan waktu), kriteria sosial dan pengembangan
wilayah (subkriterianya adalah jumlah penduduk, fasilitas sosial, fasilitas
pemerintahan, dan pengembangan wilayah), dan kriteria kebijakan (subkriterianya
adalah musrembang, Reses/ Pokir DPRD, dan stakeholders).
Penelitian – penelitian terdahulu telah
dilakukan dengan mempertimbangkan banyak kriteria. Saputra et al., (2021) pada pembangunan jembatan di Kecamatan
Aceh Besar, mempertimbangkan kriteria teknis, ekonomi, tata guna lahan,
aksesibilitas, pengembangan wilayah, kependudukan, dan fasilitas sosial. Siswanto
et al., (2020) pada pemeliharaan jembatan di
Kabupaten Lumajang mempertimbangkan kriteria kondisi jembatan, volume lalu
lintas, kebijakan, tata guna lahan, dan sosial. Dalam penelitian Rakhmatika et al., (2017) pada pemeliharaan jembatan di
Bangka – Belitung, mempertimbangkan kriteria kondisi umum jembatan, kondisi
jaringan jalan, kondisi lalu lintas, aspek ekonomi dan manajemen, aspek sosial
dan pengembangan wilayah, serta aspek teknis. Kholilah
et al., (2017) menetapkan kriteria pengembangan
wilayah, pelaksanaan teknis, pemerataan hasil pembangunan, dan biaya dalam
pelebaran jembatan di Jalan Lawang – Malang sebagai pertimbangan. Selanjutnya Hendriyani et al., (2013) pada pembangunan jembatan di
Penajam – Balikpapan mempertimbangkan kriteria aksesibilitas,
aspek lingkungan, pengembangan wilayah, pengembangan sistem jaringan jalan,
pemberdayaan masyarakat, dan analisis biaya manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kriteria dan subkriteria dominan yang perlu dipertimbangkan sehingga urutan
prioritas pembangunan jembatan rangka di Kabupaten Deli Serdang dapat disusun.
METODE
Dalam penelitian
ini metode pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk
menganalisis skor persepsi responden dari seluruh data kuesioner dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengukuran
jawaban kuesioner
menggunakan Skala Saaty melalui
penilaian perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1994)
skala 1 sampai 9 adalah cara paling tepat untuk mengungkapkan suatu persepsi.
Objek dan lokasi penelitian adalah jembatan rangka yang masuk dalam
Renstra Kabupaten Deli Serdang sebanyak 8 unit
jembatan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data – data
ini merupakan bentuk jamak dari dantum berupa keterangan yang menggambarkan
persoalan atau hasil pengamatan dari ciri atau karakteristik populasi atau
sampel yang seringkali dalam bentuk angka dan bersifat objektif, representatif,
serta up to date (Hardani
et al., 2020).
Data primer dalam penelitian ini
adalah data kuesioner. Sedangkan untuk data sekunder adalah peta Provinsi
Sumatera Utara, peta Kabupaten Deli Serdang, peta lokasi penelitian, data
rencana anggaran dan teknis jembatan, data berupa tata
guna lahan, aksesibilitas, kependudukan, fasilitas sosial, fasilitas
pemerintahan, pengembangan wilayah, dan kebijakan (BPS Deli Serdang, 2022). Prosedur pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah teknik nonprobability
sampling melalui purposive sampling.
Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan
tertentu sesuai dengan yang disyaratkan dalam penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2013). Berdasarkan topik penelitian, maka sampel yang diambil
adalah stakeholder di bidang
pembangunan dan para ahli dengan latar belakang pendidikan, profesi, keahlian,
dan tugas di bidang jalan dan jembatan sebanyak 10 responden.
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
Variabel dalam
penelitian ini adalah kriteria – kriteria yang disusun dalam struktur hierarki
yang mempengaruhi pembangunan jembatan. Agar tujuan penelitian dapat tercapai
penentuan kriteria dan subkriteria disusun dengan pertimbangan struktur
hierarki penelitian sebelumnya, penetapan kriteria dan subkriteria berdasarkan
kajian pustaka, serta dari data – data yang tersedia.
Gambar 2. Hierarki Proses Penentuan Prioritas Pembangunan
Jembatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan
Nilai skala dari persepsi responden terhadap
kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan jembatan rangka di
Kabupaten Deli Serdang dipetakan dengan menggunakan matriks perbandingan kriteria
berpasangan. Selanjutnya dari matriks perbandingan kriteria berpasangan ini
didapatkan sejumlah output dari hasil
perhitungan seperti nilai nilai eigen (lmaks),
indeks konsistensi (CI), dan rasio konsistensi (CR).
Tabel 1. Matriks Perbandingan Kriteria Berpasangan dan Output |
|||||||||
Responden 1 |
|||||||||
Matriks Perbandingan Kriteria
Berpasangan |
Output Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan |
||||||||
Kriteria |
K1 |
K2 |
K3 |
K4 |
K5 |
K6 |
Wi |
Xi |
maks |
K1 |
1.00 |
0.25 |
0.50 |
2.00 |
0.20 |
0.25 |
0.48 |
0.06 |
0.39 |
K2 |
4.00 |
1.00 |
2.00 |
4.00 |
0.50 |
0.50 |
1.41 |
0.19 |
1.14 |
K3 |
2.00 |
0.50 |
1.00 |
3.00 |
0.33 |
0.33 |
0.83 |
0.11 |
0.66 |
K4 |
0.50 |
0.25 |
0.33 |
1.00 |
0.20 |
0.20 |
0.34 |
0.05 |
0.28 |
K5 |
5.00 |
2.00 |
3.00 |
5.00 |
1.00 |
0.50 |
2.05 |
0.27 |
1.67 |
K6 |
4.00 |
2.00 |
3.00 |
5.00 |
2.00 |
1.00 |
2.49 |
0.33 |
2.04 |
|
N |
= |
6.00 |
RI |
= |
1.24 |
7.62 |
1.00 |
6.19 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022 |
CI |
0.04 |
|||||||
CR |
0.03 |
Berdasarkan olahan
data dari persepsi responden 1 diperoleh nilai CR sebesar 0,03 < 0,10. Ini
berarti persepsi tersebut konsisten dalam memberikan penilaian antar kriteria.
Tahapan yang sama dilakukan untuk kesepuluh responden. Bila terdapat persepsi
yang tidak konsisten maka harus dilakukan pengambilan kuesioner ulang.
Matriks Perbandingan
Subkriteria Berpasangan
Seperti halnya nilai skala dari persepsi
responden terhadap kriteria, nilai skala dari persepsi responden terhadap
subkriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan jembatan rangka di
Kabupaten Deli Serdang juga harus dipetakan dengan menggunakan matriks
perbandingan subkriteria berpasangan.
Tabel 2 Matriks Perbandingan Subkriteria Teknis Berpasangan dan
Output |
|||||||
Responden 1 |
|||||||
Matriks Perbandingan Kriteria
Berpasangan |
Output Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan |
||||||
Kriteria |
K2a |
K2b |
K2c |
K2d |
Wi |
Xi |
maks |
K2a |
1.00 |
3.00 |
3.00 |
4.00 |
2.45 |
0.50 |
2.08 |
K2b |
0.33 |
1.00 |
1.00 |
3.00 |
1.00 |
0.21 |
0.83 |
K2c |
0.33 |
1.00 |
1.00 |
3.00 |
1.00 |
0.21 |
0.83 |
K2d |
0.25 |
0.33 |
0.33 |
1.00 |
0.41 |
0.08 |
0.35 |
|
n = |
4.00 |
RI = |
0.90 |
4.86 |
1.00 |
4.09 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022 |
CI |
0.03 |
|||||
CR |
0.03 |
Tabel 3 Matriks Perbandingan SubKriteria Tata Guna Lahan Berpasangan dan
Output |
|||||||
Responden 1 |
|||||||
Matriks Perbandingan Kriteria
Berpasangan |
Output Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan |
||||||
Kriteria |
K3a |
K3b |
K3c |
K3d |
Wi |
Xi |
maks |
K3a |
1.00 |
3.00 |
5.00 |
5.00 |
2.94 |
0.56 |
2.28 |
K3b |
0.33 |
1.00 |
3.00 |
3.00 |
1.32 |
0.25 |
1.02 |
K3c |
0.20 |
0.33 |
1.00 |
2.00 |
0.60 |
0.11 |
0.47 |
K3d |
0.20 |
0.33 |
0.50 |
1.00 |
0.43 |
0.08 |
0.33 |
|
n = |
4.00 |
RI = |
0.90 |
5.29 |
1.00 |
4.10 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data,2022 |
CI |
0.03 |
|||||
CR |
0.04 |
Tabel 4 Matriks Perbandingan SubKriteria Aksesibilitas
Berpasangan dan Output |
|||||
Responden 1 |
|||||
Matriks
Perbandingan Kriteria Berpasangan |
Output Matriks
Perbandingan Kriteria Berpasangan |
||||
Kriteria |
K4a |
K4b |
Wi |
Xi |
maks |
K4a |
1.00 |
1.00 |
1.00 |
0.50 |
1.00 |
K4b |
1.00 |
1.00 |
1.00 |
0.50 |
1.00 |
|
n = |
2.00 |
2.00 |
1.00 |
2.00 |
|
RI = |
0.00 |
|
CI |
0.00 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data,2022 |
CR |
0.00 |
Tabel 5 Matriks Perbandingan Subkriteria Sosial dan
Pengembangan Wilayah Berpasangan dan Output |
|||||||
Responden 1 |
|||||||
Matriks Perbandingan Kriteria
Berpasangan |
Output Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan |
||||||
Kriteria |
K5a |
K5b |
K5c |
K5d |
Wi |
Xi |
maks |
K5a |
1.00 |
4.00 |
2.00 |
4.00 |
2.38 |
0.48 |
1.95 |
K5b |
0.25 |
1.00 |
0.33 |
1.00 |
0.54 |
0.11 |
0.44 |
K5c |
0.50 |
3.00 |
1.00 |
3.00 |
1.46 |
0.30 |
1.20 |
K5d |
0.25 |
1.00 |
0.33 |
1.00 |
0.54 |
0.11 |
0.44 |
|
n = |
4.00 |
RI = |
0.90 |
4.91 |
1.00 |
4.03 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data,2022 |
CI |
0.01 |
|||||
CR |
0.01 |
Tabel 6 Matriks Perbandingan Subkriteria Kebijakan Berpasangan dan Output |
||||||
Responden 1 |
||||||
Matriks Perbandingan Kriteria
Berpasangan |
Output Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan |
|||||
Kriteria |
K6a |
K6b |
K6c |
Wi |
Xi |
maks |
K6a |
1.00 |
4.00 |
2.00 |
2.00 |
0.57 |
1.71 |
K6b |
0.25 |
1.00 |
0.50 |
0.50 |
0.14 |
0.43 |
K6c |
0.50 |
2.00 |
1.00 |
1.00 |
0.29 |
0.86 |
n = |
3.00 |
RI = |
0.58 |
3.50 |
1.00 |
3.00 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data,2022 |
CI |
0.00 |
||||
CR |
0.00 |
Berdasarkan olahan
data dari persepsi responden 1 terhadap subkriteria diperoleh nilai CR <
0,10. Ini berarti persepsi tersebut konsisten dalam memberikan penilaian antar
subkriteria. Tahapan yang sama dilakukan untuk kesepuluh responden. Bila
terdapat persepsi yang tidak konsisten maka harus dilakukan pengambilan
kuesioner ulang.
Matriks
Perbandingan Alternatif Berpasangan
Sama seperti nilai skala
dari persepsi responden terhadap kriteria dan subkriteria, nilai skala dari
persepsi responden terhadap alternatif dalam pembangunan jembatan rangka di
Kabupaten Deli Serdang juga harus dipetakan dengan menggunakan matriks
perbandingan alternatif berpasangan terhadap masing – masing subkriteria.
Tabel 7 Matriks Perbandingan Alternatif Biaya Berpasangan dan
Output |
|||||||||||
Responden 1 |
|||||||||||
Matriks Perbandingan Alternatif
Berpasangan |
Output Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan |
||||||||||
Kriteria |
A1 |
A2 |
A3 |
A4 |
A5 |
A6 |
A7 |
A8 |
Wi |
Xi |
maks |
A1 |
1.00 |
3.00 |
3.00 |
2.00 |
0.33 |
5.00 |
3.00 |
5.00 |
2.15 |
0.22 |
1.96 |
A2 |
0.33 |
1.00 |
3.00 |
1.00 |
0.50 |
5.00 |
3.00 |
3.00 |
1.48 |
0.15 |
1.25 |
A3 |
0.33 |
0.33 |
1.00 |
0.33 |
0.33 |
2.00 |
0.50 |
0.50 |
0.53 |
0.05 |
0.45 |
A4 |
0.50 |
1.00 |
3.00 |
1.00 |
2.00 |
5.00 |
3.00 |
3.00 |
1.85 |
0.19 |
1.63 |
A5 |
3.00 |
2.00 |
3.00 |
0.50 |
1.00 |
6.00 |
3.00 |
4.00 |
2.25 |
0.23 |
2.09 |
A6 |
0.20 |
0.20 |
0.50 |
0.20 |
0.17 |
1.00 |
0.50 |
0.50 |
0.34 |
0.03 |
0.28 |
A7 |
0.33 |
0.33 |
2.00 |
0.33 |
0.33 |
2.00 |
1.00 |
2.00 |
0.75 |
0.08 |
0.63 |
A8 |
0.20 |
0.33 |
2.00 |
0.33 |
0.25 |
2.00 |
0.50 |
1.00 |
0.57 |
0.06 |
0.48 |
|
n |
= |
8.00 |
RI |
= |
1.41 |
|
|
9.90 |
1.00 |
8.76 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2022 |
CI |
0.11 |
|||||||||
CR |
0.08 |
Berdasarkan
pengolahan data dari persepsi responden 1 terhadap subkriteria biaya
pembangunan diperoleh nilai CR 0,08 < 0,10. Ini berarti persepsi tersebut
konsisten dalam memberikan penilaian antar alternatif. Tahapan yang sama
dilakukan untuk kesepuluh responden untuk semua subkriteria yang ada. Bila
terdapat persepsi yang tidak konsisten maka harus dilakukan pengambilan
kuesioner ulang.
Urutan
Prioritas Alternatif
Penentuan urutan prioritas
didapatkan dengan mengalikan nilai rata – rata gabungan eigen seluruh
subkriteria yang ditinjau dengan nilai rata – rata gabungan eigen alternatif
pada setiap subkriteria.
Kriteria
Dominan
Kriteria dan subkriteria
yang memiliki nilai rata – rata gabungan eigen tertinggi menjadi kriteria
dominan yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan jembatan rangka di
Kabupaten Deli Serdang. Berikut adalah nilai rata – rata gabungan eigen tiap
kriteria dan subkriteria yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar
3. Nilai Rata – Rata Gabungan Eigen Kriteria
Hasil penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu
yang relevan. Dalam penelitian Kholilah
et al., (2017) kriteria dominan yang perlu
dipertimbangkan dalam pelebaran jembatan di Jalan Lawang – Malang adalah
perkembangan wilayah dengan bobot kriteria sebesar 0,462. Kemudian pada
penelitian proyek pembangunan transportasi perkotaan di Cina yang dilakukan Liu et al., (2015), diperoleh kriteria dominan adalah
sosial untuk kelompok responden stakeholders.
Berbeda dengan penelitian terdahulu yang relevan yang dilakukan
oleh Saputra et al., (2021), kriteria dominan yang perlu
dipertimbangkan pada pembangunan jembatan di Kabupaten Aceh Besar adalah
kriteria ekonomi dengan bobot 0,35. Kemudian Siswanto
et al., (2020) melakukan penelitian pada
pemeliharaan jembatan di Kabupaten Lumajang. Setelah dianalis diperoleh
kriteria dominan adalah kriteria kondisi jembatan dengan bobot rata – rata
sebesar 0,44.
Dalam penelitian Rakhmatika et al., (2017) pada pemeliharaan jembatan di
Bangka – Belitung, kriteria dominan yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi
umum jembatan dengan bobot sebesar 0,367. Hendriyani et al., (2013) pada pembangunan jembatan di
Penajam – Balikpapan, diperoleh kriteria dominan adalah kriteria aksesibilitas
dengan bobot sebesar 24,22 %. Selanjutnya pada penelitian Ompusunggu
et al., (2009), diperoleh kriteria dominan yang
perlu dipertimbangkan dalam pemeliharaan jembatan di Jalan Pantura Jawa Timur
adalah budget dengan bobot sebesar 0,418.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap wilayah penelitian memiliki
kriteria tersendiri yang dominan yang perlu dipertimbangkan. Perbedaan ini
dapat disebabkan kondisi karakteristik dan kebutuhan tiap – tiap wilayah yang
tidak sama.
Subkriteria
Dominan
Nilai rata – rata eigen
gabungan subkriteria global diperlihatkan pada Gambar 4.2
Gambar 4. Nilai Rata – Rata Eigen
Gabungan Subkriteria Global
Bobot global ini diperoleh
dari hasil perkalian bobot rata – rata kriteria dikalikan dengan bobot rata –
rata subkriteria. Gambar 4 memperlihatkan bobot global subkriteria dominan
adalah jumlah penduduk sebesar 0,15, diikuti subkriteria biaya pembangunan
sebesar 0,14, subkriteria umur jembatan sebesar 0,10, subkriteria pertanian/
perkebunan sebesar 0,09, dan seterusnya.
Urutan
Prioritas Pembangunan Jembatan
Dari keseluruhan nilai rata
– rata gabungan eigen masing – masing subkriteria yang dikalikan dengan nilai
rata – rata gabungan eigen alternatif, maka akan didapatkan urutan prioritas
pembangunan jembatan di Kabupaten Deli Serdang. Alternatif jembatan yang
memiliki nilai rata – rata gabungan eigen tertinggi menjadi urutan prioritas
utama yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan jembatan rangka di Kabupaten
Deli Serdang. Bobot prioritas alternatif dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar
5. Bobot Prioritas Alternatif Pembangunan Jembatan
Urutan
prioritas pembangunan jembatan rangka di Kabupaten Deli Serdang sesuai Gambar 5
yaitu prioritas 1 adalah Jembatan Sei Belawan Desa Tanjung Anom dengan bobot
0,20, prioritas 2 adalah Jembatan Lau Cirem Desa Perpanden dengan bobot 0,17,
prioritas 3 adalah Jembatan Sei Serdang Desa Negara Beringin dengan bobot
sebesar 0,16.
Prioritas
pertama Jembatan Sei Belawan Desa Tanjung Anom terletak di Kecamatan Pancur
Batu. Desa Tanjung Anom memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.339 jiwa. Jembatan
ini merupakan jembatan penghubung Kabupaten Deli Serdang dengan Kota Medan.
Pembangunan jembatan ini direncanakan dengan pagu Rp 11.900.000.000. Jembatan existing yang ada saat ini merupakan
jembatan rangka peninggalan Belanda dengan umur kurang lebih 140 tahun yang
telah berulang – ulang dipelihara dan diperbaiki. Jembatan ini memiliki panjang
rencana 50 m dan lebar existing 3 m.
Kriteria tata guna lahan yang dilewati jembatan ini antara lain pertanian/
perkebunan sebesar 752 ha dan perikanan 182 kolam. Untuk pariwisata jembatan
ini menghubungkan lokasi wisata di Kecamatan Pancur Batu dan juga Kota Medan
seperti Kampung Ladang Outbond dan
Saung Bidadari Hijau, sedangkan segi pertambangan terdapat galian sirtu dan
tanah urug. Jarak lokasi jembatan ke ibukota kecamatan hanya 6,30 km, jarak ke
ibukota kabupaten sejauh 39 km, dan jarak ke ibukota propinsi adalah 15 km
dengan skor rata – rata 5,62. Waktu tempuh yang diperlukan untuk menuju ke ibukota
kecamatan sekitar 20 menit, waktu tempuh menuju Kota Lubuk Pakam sekitar 58
menit, dan menuju Kota Medan hanya memerlukan waktu sekitar 38 menit dengan
skor rata – rata 6,18. Terdapat kurang lebih 27 fasilitas sosial dan 2
fasilitas pemerintahan. Dari status tingkat perkembangan, daerah ini merupakan
desa berkembang. Sebagai jembatan yang terletak di ruas jalan alternatif yang
menghubungkan ibukota propinsi, dibangunnya jembatan Desa Tanjung Anom ini
diharapkan dapat memacu pertumbuhan perekonomian dan pembangunan.
Jika Jembatan Desa Tanjung Anom
merupakan jembatan penghubung menuju Kota Medan, maka prioritas 2 Jembatan Lau
Cirem Desa Perpanden merupakan jembatan penghubung antar kabupaten tepatnya
Kabupaten Langkat. Jembatan ini dibangun pertama kali tahun 1887, merupakan
jembatan peninggalan Belanda dengan lebar existing
saat ini hanya 2,70 m. Jembatan ini direncanakan dibangun dengan panjang 50
m dengan rencana biaya sebesar Rp 7.300.000.000. Jembatan Lau Cirem Desa
Perpanden terletak di Kecamatan Kutalimbaru yang memiliki jumlah penduduk
sebanyak 2.159 jiwa dengan luas lahan perkebunan sebesar 3.425 ha. Terdapat
beberapa objek wisata sungai di lokasi ini seperti Pantai Greinia, Pantai
Bolang, dan Wisata Armaya. Untuk pertambangan yang dihasilkan adalah tanah urug
dan sirtu. Dari segi aksesibilitas jembatan ini memiliki jarak tempuh ke
ibukota kecamatan sejauh 12 km, jarak tempuh ke ibukota kabupaten Lubuk Pakam
sejauh 54 km, dan jarak tempuh ke ibukota propinsi sejauh 30 km dengan skor
rata – rata 3,30. Sedangkan untuk waktu tempuh ke ibukota kecamatan adalah 29
menit, waktu tempuh ke ibukota kabupaten 84 menit, dan waktu tempuh ke ibukota
propinsi 68 menit dengan skor rata – rata 3,68. Terdapat kurang lebih 18
fasilitas sosial dan 2 fasilitas pemerintahan di lokasi ini. Sedangkan dari
tingkat perkembangan Desa Perpannden masuk kategori desa berkembang.
Selanjutnya prioritas 3 Jembatan
Desa Negara Beringin merupakan jembatan yang berada pada ruas jalan strategis
kabupaten penghubung antar kecamatan. Jembatan ini terletak di Kecamatan STM
Hilir yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.138 jiwa. Jembatan ini dibangun
di tahun 2008 dengan lebar existing 6
m. Pembangunan jembatan yang memiliki panjang rencana 30 m ini diperkirakan
akan memakan biaya sebesar Rp 9.000.000.000. Untuk lahan perkebunan yang dilewati luasnya
adalah 4.155 ha, perikanan terdiri dari 593 kolam, serta pertambangan yang
dihasilkan adalah tanah urug dan sirtu. Potensi pariwisata yang terdapat di
daerah tersebut antara lain Goa Ergerdang, Summer
Holiday Farm, Riverest, dan Permandian Tiga Rasa Bukit Munthe. Jarak tempuh
jembatan ini menuju ibukota kecamatan sejauh 10 km, jarak tempuh ke ibukota
kabupaten sejauh 40 km, dan menuju ibukota propinsi sejauh 60 km dengan skor
rata – rata 4,92. Sedangkan untuk waktu tempuh ke ibukota kecamatan adalah 10
menit, waktu tempuh ke ibukota kabupaten 40 menit, dan waktu tempuh ke ibukota
propinsi 60 menit dengan skor rata –rata 6,11. Untuk fasilitas terdapat 26
fasilitas sosial dan 2 fasilitas pemerintahan. Dari tingkat perkembangan desa
ini juga masuk kategori desa berkembang.
KESIMPULAN
Dari
pendahuluan, kajian pustaka, analisis, dan pembahasan diperoleh kesimpulan
bahwa kriteria dominan yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan jembatan di
Kabupaten Deli Serdang adalah kriteria sosial dan pengembangan wilayah dengan
bobot kriteria rata – rata sebesar 0,31, kemudian
diikuti oleh kriteria teknis sebesar 0,21, kriteria tata guna lahan sebesar
0,18, kriteria ekonomi 0,14, kriteria kebijakan sebesar 0,10, dan kriteria
aksesibilitas sebesar 0,06.
Subkriteria
dominan untuk kriteria teknis adalah umur jembatan dengan bobot subkriteria
global sebesar 0,10, subkriteria dominan untuk kriteria tata guna lahan adalah
pertanian/ perkebunan dengan bobot global sebesar 0,09, subkriteria dominan
untuk kriteria aksesibilitas adalah jarak dengan nilai bobot sebesar 0,03,
subkriteria dominan untuk kriteria sosial dan pengembangan wilayah adalah
jumlah penduduk dengan nilai bobot global sebesar 0,15 dan subkriteria dominan
untuk kriteria kebijakan adalah musrembang dengan nilai bobot global sebesar
0,05.
Urutan
prioritas pembangunan jembatan rangka di Kabupaten Deli Serdang adalah Jembatan
Sei Belawan Desa Tanjung Anom sebagai prioritas pertama dengan bobot sebesar 0,20,
Jembatan Lau Cirem Desa Perpanden dengan bobot sebesar 0,17 sebagai prioritas
kedua, dan Jembatan Sei Serdang Desa Negara Beringin dengan bobot 0,16 sebagai
prioritas ketiga.
BIBLIOGRAFI
Al-Harbi, K. M. A. S. (2001). Application of the AHP
in project management. International Journal of Project Management, 19(1),
19–27. https://doi.org/10.1016/S0263-7863(99)00038-1
Asadabadi, M. R. (2018).
The stratified multi-criteria decision-making method. Knowledge-Based
Systems, 162, 115–123. https://doi.org/10.1016/j.knosys.2018.07.002
Hardani, Andriani, H.,
Ustiawaty, J., Utami, E. F., Istiqomah, R. R., Fardani, R. A., Sukmana, D. J.,
& Auliya, N. H. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
(Cetakan I). Pustaka Ilmu.
Hendriyani, I., Wardhana,
H., & Hapsari, R. (2013). Kajian Alternatif Pembangunan Jembatan
Penajam-Balikpapan. Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology
Journal), 2(1), 6–20.
Jaweng, R. N. A., Ramda,
E. E., Suparman, N., Hasibuan, S. N., Mangiri, D., & Tambunan, M. (2020).
Realokasi Anggaran dan Penyesuaian (refocusing Program): Tantangan dan Respons
Pemerintah Daerah Hadapi Pandemi. Unitied Cities and Local GOvernments
Asia-Pacific (UCLG ASPAC) and APEKSI, Jakarta.
Kholilah, Azis, S., &
Iskandar, T. (2017). Analytical Hierarchy Process ( AHP ) to Determine Location
Priority Scale for Bridge Widening at Lawang-Malang Road , Indonesia. International
Journal of Scientific & Technology Research, 6(11), 190–195.
Liu, M., Balali, V., Wei,
H.-H., & Peña-Mora, F. A. (2015). Scenario-based Multi-criteria
Prioritization Framework for Urban Transportation Projects. American Journal
of Civil Engineering and Architecture, 3(6), 193–199.
https://doi.org/10.12691/ajcea-3-6-1
Ompusunggu, A., Diputro,
S. ., & Haryono. (2009). Pemodelan Penentuan Skala Prioritas
Pemeliharaan Jembatan di Jalan Pantura Jawa Timur, Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi X. 1–6.
Rakhmatika, R., Setiadji,
B. H., & Riyanto, B. (2017). Penentuan Urutan Prioritas Penanganan
Pemeliharaan Jembatan Ruas Jalan Nasional di Pulau Bangka Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Media Komunikasi Teknik Sipil, 23(1), 38.
https://doi.org/10.14710/mkts.v23i1.12870
Saaty, T. L. (1994). The
Analytical Hierarchy Process : Decision Making in Economic, Political, Social,
and Technological Environments. University of Pittburght.
Saputra, E., Anggraini,
R., & Muttaqin. (2021). Prioritas Pembangunan Jembatan di Kabupaten Aceh
Besar. Teras Jurnal, 11(1), 181–190.
Siswanto, A., Hidayah,
E., & Hasanuddin, A. (2020). Analysis on the Implementation of Analytic
Hierarchy Process and Decision Tree C4.5 to Support Priority Determination in
the Maintenance of Bridge in Lumajang. International Journal of Sciences:
Basic and Applied Research (IJSBAR), 54(2), 84–96.
Sugiyono. (2013). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Suthanaya, P. A., &
Artamana, I. B. (2017). Multi-criteria Approach for Prioritizing Bridge
Maintenance in Developing Country (Case Study of Bali Province, Indonesia). Asian
Journal of Applied Sciences, 5(2), 410–418.
https://doi.org/10.24203/ajas.v5i2.4688
Marlina Br
Simanjuntak, Ahmad Mulia Perwira, Gina Cyntia R. Hasibuan (2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |