Volume 4, No. 2
Februari 2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI: https://doi.org/10.46799/jsa.v4i2.547
PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI AKIBAT REFOCUSSING
ANGGARAN MENGGUNAKAN AHP (STUDI KASUS WILAYAH UPTD III KABUPATEN DELI SERDANG)
Nuriaman, Ahmad Perwira Mulia, Gina
Cynthia R. Hasibuan
Fakultas
Tekhnik, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara, Indonesia
Abstrak:
Keterbatasan dana
akibat refocussing anggaran seringkali menjadi kendala dalam penentuan
prioritas pemeliharaan irigasi, termasuk pada Kabupaten Deli Serdang. Dalam
penentuan prioritas pemeliharaan irigasi diperlukan adanya analisis kriteria
dominan dan urutan prioritas pemeliharaan daerah irigasi yang saat ini
penentuannya hanya sebatas musyawarah dan usulan dari masyarakat. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis kriteria dominan yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan prioritas pemeliharaan daerah irigasi dan menganalisis urutan
prioritas pemeliharan daerah irigasi di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wilayah III
yang tercantum dalam rencana kegiatan di Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini
metode kuantitatif melalui kuisioner dengan teknik sampling menggunakan purposive
sampling yang didasarkan pada stakeholders
yang mengetahui kondisi kriteria pada lokasi daerah irigasi yang akan dimaksud
dan teknik analisis data menggunakan Analytical Hirarchy Process (AHP).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria dominan yang perlu dipertimbangakan
adalah kriteria sasaran anggaran dengan nilai sebesar 0,33. Urutan prioritas
pemeliharaan daerah irigasi adalah D.I Jati Baru sebagai priorita 1 dengan
bobot sebesar 0,14, prioritas 2 dan 3 adalah D.I Pertumbukan dan D.I Sei Tuan
dengan bobot sebesar 0,13, prioritas 4 adalah D.I Johar Baru dengan bobot
sebesar 0,12, prioritas 5 adalah D.I Kotasan dengan bobot sebesar 0,11,
prioritas 6 dan 7 adalah D.I Jaharum B dan D.I Tj. Garbus Kampung dengan bobot
sebesar 0,10, prioritas 8 adalah D.I Tanjung Siporkis dengan bobot sebesar
0,09, dan prioritas 9 adalah D.I Kampung Melayu dengan bobot sebesar 0,07.
Kata Kunci: Prioritas, pemeliharaan, daerah irigasi, kriteria,
AHP
Abstract:
Limited funds due to
budget refocusing are often an obstacle in Prioritisation
for irrigation maintenance, including in Deli Serdang Regency. This study aims
to analyze the dominant criteria that need to be considered in making
irrigation area maintenance priorities and to analyze the priority order of
irrigation area maintenance in the Technical Implementation Unit (UPT) Region
III which is included in the activity plan in Deli Serdang Regency. This
research is a quantitative method through a questionnaire with a sampling
technique using purposive sampling based on stakeholders who understand he
feature criteria at the location of the intended irrigation area and data
analysis techniques using the Analytical Hierarchy Process (AHP). The results
of the research indicate that the dominant criterion that needs to be
considered is the budget target criterion with a value of 0.33. The order of
priority for maintenance of irrigation areas is DI Jati Baru as priority 1 with
a weight of 0.14, priorities 2 and 3 are DI Pertumbuk and DI Sei Tuan with a
weight of 0.13, priority 4 is DI Johar Baru with a weight of 0.12, priority 5
is D.I Kotasan with a weight of 0.11, priorities 6 and 7 are D.I Jaharum B and
D.I Tj. Garbus Kampung with a weight of 0.10, priority 8 is D.I Tanjung
Siporkis with a weight of 0.09, and priority 9 is D.I Kampung Melayu with a
weight of 0.07.
Keywords: Priority, maintenance, irrigation area, criteria, AHP
Article History
Diterima : 20 Januari 2023
Direvisi : 19 Februari 2023
Publish : 28 Februari 2023
PENDAHULUAN
Peranan pemerintah sangat
mempengaruhi rangka menghadirkan pembangunan perekonomian di Indonesia, dilihat
dari keterpurukan situasi ekonomi yang menimpa Negara Indonesia pada tahun 1997
telah memberikan dampak yang signifikan kepada seluruh akar pertumbuhan ekonomi
di Indonesia (Afriyenis, 2016). Infrastruktur
merupakan peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi yang ada di
Indonesia. Infrastruktur yang layak dan memadai mampu mempercepat perkembangan
Indonesia secara efisien. Pemerataan sumberdaya mampu mempengarhi dan
mengurangi distribusi pendapatan ketika terjadi peningkatan produktifitas (Putri & Wisudanto, 2017).
Ketahanan pangan diharapkan
dapat menyeimbangkan perkembangan pembangunan pada masa yang akan datang,
sehingga pemerintah perlu membangun infrastruktur pengelolaan air bagi
pertanian dengan memastikan dukungan pendanaan (Mulyani et al., 2020)
Kabupaten
Deli Serdang sektor pembangunan infrastruktur merupakan prioritas pembangunan yang harus
dilaksanakan termasuk pembangunan infrastruktur ketahanan pangan (Serdang, 2020).
Usulan pemeliharaan daerah irigasi pada 9 Daerah Irigasi
dengan total luas 1.042 Ha di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wilayah III Kab. Deli
Serdang tidak dapat dilaksanakan semua, karena adanya keterbatasan anggaran
akibat refocussing anggaran.
Refocussing anggaran belanja APBD menyebabkan penanganan pemeliharaan dan rehabilitasi
jaringan irigasi tidak terpenuhi sesuai kebutuhan. Pada saat ini penentuan
skala prioritas pemeliharaan irigasi belum memiliki kriteria penilaian yang
pasti dan hanya sebatas musyawarah dan usulan dari masyarakat. Hal ini
memungkinkan adanya kriteria-kriteria yang tidak objektif bukan karena kebutuhan
yang riil, sehingga memungkinkan hasil dari prioritas tersebut masih mudah
dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu, guna mengetahui
prioritas pemeliharaan jaringan irigasi pada masa pandemi dan refocussing
anggaran belanja APBD maka diperlukan suatu metode guna menentukan dan
prioritas pemeliharaan jaringan irigasi tersebut. Dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
memberikan urutan prioritas pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi dan
infrastruktur lain sehingga dana pemerintah yang terbatas dapat digunakan
secara efektif dan efisien (Azis & Widodo, 2016).
Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang
menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi
suatu hirarki yang didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki,
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan kedalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis (Saaty, 2008). Metode AHP ini juga digunakan sebagai metode pemecahan
masalah dibandingkan dengan metode lain karena struktur berhirarki sebagai
konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling
dalam (Munthafa et al., 2017).
Penggunaan metode AHP untuk
penanganan irigasi telah dilakukan pada bebarapa penelitian sebelumnya.
Penelitian (Azis & Widodo, 2016) melakukan
analisis prioritas menggunakan metode AHP dalam pelaksanaan pembangunan
jaringan irigasi di Sidoarjo dengan mempertimbangkan kriteria area layan,
biaya, manfaat dan kondisi jaringan. (A. Ansori & Hindriyanto, 2020; M. B. Ansori et
al., 2017) melakukan
evaluasi kinerja jaringan irigasi Mojokerto dengan analisis 6
indikator/kriteria dengan menggunakan metode AHP. Savitri & Nurhayat (2015)
menganalisis prioritas rehabilitasi jaringan irigasi di Bengkayang menggunakan
metode AHP dengan kriteria ketersediaan air, pendanaan/finansial, produktivitas
padi, sarana operasi dan pememiliharaan, dan kondisi jaringan fisik. (Zamroni et al., 2016)
menganalisis prioritas pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi sederhana
di Semarang menggunakan metode AHP dengan mempertimbangkan kriteria indeks
kinerja, luas areal, jarak, status lahan dan kondisi medan. Mulyawati dkk
(2013) menentukan Prioritas Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi
dengan menggunakan AHP dengan kriteria yang digunakan berdasarkan Angka
Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) yakni Upah Petugas Lapangan
(UPL), ATK Petugas Lapangan (APL), Peralatan Kantor (PK), Peralatan Mesin (PM),
Perjalanan Dinas (PD), Pemeliharaan Rutin (PR), Pemeliharaan Berkala Swakelola
(PBS), dan Pemeliharaan Berkala Kontraktual (PBK).
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan
metode cross-sectional survei. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini
adalah Eating Attitudes Test (EAT-26) dan Body Shape Questionnaire (BSQ-34).
Alat ukur EAT-26 memiliki kriteria inklusi nilai minimal sebesar 20 untuk
skrining partisipan dengan kecenderungan gangguan makan. Kriteria pemilihan
partisipan merupakan remaja perempuan berumur 12-19 tahun yang menggunakan
Instagram. Pengambilan data pada
penelitian ini dilakukan secara daring dengan menyebarkan kuesioner daring
menggunakan google form pada tanggal 29 Juli-4 Agustus 2022 dan pada tanggal
6-7 September 2022. Teknik sampling yang digunakan untuk memilih partisipan
yaitu convenience sampling. Sebelum melaksanakan penelitian, A Priori Power
Analyses dilakukan untuk mengetahui effect size penelitian. Penelitian
sebelumnya yang menjadi acuan untuk mengatahui effect size yaitu penelitian
oleh (Castellano et
al., 2021) menggunakan G*power dengan α sebesar 0.05,
power sebesar 0.80, dan p sebesar 0 mengungkapkan minimal sampel penelitian
sebanyak 59 orang. Partisipan diberikan informed consent yang menyertakan
informasi penelitian meliputi tujuan, kriteria partisipan, prosedur, kompensasi
partisipasi, kerahasiaan dan keamanan data, hak-hak partisipan penelitian, dan
narahubung peneliti sebelum berpartisipasi dalam penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur hirarki yang telah ditentukan, kemudian disusun
instrumen penelitian berupa kuisioner. Formulir kuisioner telah disebar kepada
responden yang merupakan stakeholders yang telah dipilih. Responden telah
mengisi lengkap seluruh kuisioner yang diberikan sehingga data persepsi
dari kuisioner diperoleh dan dapat
dilakukan pengolahan dan analisis data.
Persepsi Responden
Persepsi
adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk iderawi (sensory) dan pengalaman
masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran
yang terstruktur pada suatu situasi tertentu (Floyd L. Ruch and Philip
G. Zimbrde, 2010). Persepsi responden merupakan pemberian tanggapan
mengenai suatu perihal yang ditanyakan kepadanya berdasarkan pemikiran
responden itu sendiri. Responden dalam penelitian ini merupakan pemangku
kepentingan dan pengambil kebijakan (stakeholders) yang berkaitan dengan
program pemeliharaan daerah irigasi pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemeliharaan Sumber Daya Air Wilayah III Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan
Bina Konstruksi Kabupaten Deli Serdang. Adapun persepsi responden yang
ditanyakan dalam kuisiner adalah perbandingan kriteria berpasangan,
perbandingan subkriteria berpasangan, dan perbandingan alternatif berpasangan
Tabel 2
Persepsi Responden Terhadap Perbandingan
Kriteria Berpasangan
Bobot Kriteria
Untuk
pemetaan nilai skala dari sebuah persepsi responden terhadap kriteria yang
diperlukan dalam pertimbangan penentuan prioritas pemeliharaan daerah irigasi
dengan membuat matriks perbandingan kriteria berpasangan.
Tabel 3
Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan
Berdasarkan
matriks perbandingan kriteria berpasangan pada tabel 3 diatas, maka dilakukan
perhitungan nilai eigen, jumlah eigen, nilai rata-rata eigen, λmaks, indeks
konsistensi (CI), dan perhitungan rasio konsistensi (CR) yang harus bernilai
kurang dari 10% (CR < 0,1) yang disebut ouput
matriks perbandingan kriteria berpasangan yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Output Matriks Perbandingan
Kriteria Berpasangan
Tabel 5
Rekapitulasi Nilai Rasio
Konsistensi (CR) Kriteria Seluruh Responden
Dari
tabel 5 diatas, dapat dilihat nilai rasio konsistensi (CR) dari seluruh
responden bernilai kurang dari 10% (CR < 0,1), sehingga seluruh persepsi
responden dapat dikatakan konsistensi dalam memberikan penilainya tingkat
kepentingan antar kriteria tersebut.
Perhitungan
matriks perbandingan kriteria berpasangan terhadap penilaian persepsi responden
1 diatas telah selesai, kemudia dilanjut dengan responden lainnya. Nilai
rata-rata eigen kriteria dari seluruh responden dari hasil perhitungan kemudian
dihitung nilai rata-rata gabungan eigen kriteria. Berikut perhitungan nilai
rata-rata eigen kriteria dari seluruh responden yang diperlihatkan pada tabel 6.
Tabel 6
Nilai Rata-rata Gabungan Eigen
Kriteria
Kriteria
dominan yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan prioritas pemeliharaa daerah
irigasi terletak pada nilai rata-rata gabungan eigen kriteria tertinggi. Nilai
rata-rata gabungan eigen kriteria dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar
2. Nilai Rata-rata Gabungan Eigen Kriteria
Dari gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
gabungan eigen kriteria tertinggi pada kriteria sasaran anggaran sebesar 0,33.
Ini berarti bahwa kriteria dominan perlu dipertimbangkan dalam penentuan
prioritas pemeliharaa daerah irigasi.
Bobot Subkriteria
Untuk
pemetaan nilai skala dari sebuah persepsi responden terhadap subkriteria yang diperlukan dalam pertimbangan penentuan
prioritas pemeliharaan daerah irigasi dengan membuat
matriks perbandingan subkriteria berpasangan. Nilai rata-rata eigen subkriteria
dari seluruh responden dari hasil perhitungan kemudian dihitung nilai rata-rata
gabungan eigen subkriteria yang diperlihatkan pada tabel 7.
Tabel 7
Nilai Rata-rata Gabungan
Eigen Subkriteria Persepsi Responden
Pada subkriteria, peran AHP
berada pada tahap kedua yaitu membuat matriks perbandingan subkriteria
berpasangan. Matriks perbandingan subkriteria berpasangan tersebut dibuat untuk
memetakan nilai skala dari persepsi responden terhadap subkriteria yang
ditinjau dari masing-masing kriteria, agar diperoleh nilai rata-rata gabungan
eigen subkriteria. Subkriteria dominan dari masing-masing kriteria perlu
dipertimbangkan dalam penentuan prioritas pemeliharaa daerah irigasi terletak
pada nilai rata-rata gabungan eigen subkriteria tertinggi. Nilai rata-rata
gabungan eigen subkriteria dapat dilihat pada gambar 3
Tabel 8
Urutan Prioritas Alternatif
Pemeliharaan Daerah Irigasi
Pada
tabel 8 dapat
dilihat bahwa penentuan urutan prioritas alternatif
mengalikan nilai rata-rata gabungan eigen subkriteria dengan nilai rata-rata
gabungan eigen alternatif. Perkalian tersebut menghasilkan nilai teringgi
hingga terendah yang menunjukan daerah irigasi yang menjadi urutan prioritas
pemeliharaan daerah irigasi pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wilayah III Dinas
Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Kabupaten Deli Serdang.
Gambar
3. Bobot Prioritas Alternatif Daerah Irigasi UPT Wilayah III Dinas SDABMBK
Kabupaten Deli Serdang
Pada
gambar 3 diatas
dapat dilihat bahwa urutan prioritas pemeliharaan daerah irigasi pada Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Wilayah III Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina
Konstruksi Kabupaten Deli Serdang dari seluruh persepsi stakeholders yakni prioritas
1 adalah D.I Jati Baru dengan bobot sebesar 0,14, prioritas 2 dan 3 adalah D.I
Pertumbukan dan D.I Sei Tuan dengan bobot sebesar 0,13, prioritas 4 adalah D.I
Johar Baru dengan bobot sebesar 0,12, prioritas 5 adalah D.I Kotasan dengan
bobot sebesar 0,11, prioritas 6 dan 7 adalah D.I Jaharum B dan D.I Tj. Garbus
Kampung dengan bobot sebesar 0,10, prioritas 8 adalah D.I Tanjung Siporkis
dengan bobot sebesar 0,09, dan prioritas 9 adalah D.I Kampung Melayu dengan
bobot sebesar 0,07.
Berkaitan
dengan penentuan prioritas tersebut, maka selanjutnya diperlukan penentuan
batas prioritas berapa besar biaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan
pemeliharaan suatu daerah irigasi. Alokasi DAK tahun 2022 untuk kegiatan
pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi yang diajukan kabupaten Deli
Serdang sebesar Rp. 6.580.163.707 kepada pemerintah pusat, yang kemudian
disetujui Pemerintah Pusat menjadi sebesar Rp. 5.760.593.000. Oleh karena itu,
penentuan batas prioritas ditetapkan dengan memilih beberapa alternatif daerah irigasi
dengan total biaya pemeliharaan tidak melebihi anggaran yang sudah
dialokasikan.
Tabel 9
Pemilihan Batas
Prioritas Pemeliharaan Daerah Irigasi
Pada
tabel 9 diatas
dapat dilihat bahwa pemeliharaan daerah irigasi pada Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Wilayah III Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi
Kabupaten Deli Serdang dipilih D.I Jati Baru yang menjadi prioritas 1 dengan
luas areal 86 ha. Alternatif D.I Jati Baru tersebut dipilih karena memiliki
bobot alternatif prioritas tertinggi dan biaya pengelolaan sebesar Rp.
3.002.512.000 yang masih dapat dialokasikan untuk penanganan daerah irigasi di
kabupaten Deli Serdang yang mencakup biaya operasional, pemeliharaan dan
peningkatan daerah irigasi.
Realisasi
pelaksanaan kegiatan pada Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) tahun 2022 terdapat
2 (dua) daerah irigasi yang direalisasikan yaitu D.I Johar Baru dan D.I Jaharum
B yang merupakan urutan prioritas keempat dan keenam dengan pilihan prioritas
“dipertimbangkan”. Berdasarkan kondisi kinerja irigasi (AKNPI) terdapat 9
(sembilan) daerah irigasi bernilai kinerja kurang dan jelek sedangkan
berdasarkan hasil perhitungan AHP dengan urutan prioritas dengan besar biaya
suatu daerah irigasi tersebut, maka terdapat 6 (enam) daerah irigasi yang
termasuk dalam daerah irigasi yang dipilih dan dipertimbangkan.
Jika
kondisi kinerja irigasi (AKNPI) dibandingkan dengan hasil penelitian dengan
metode AHP dengan urutan skala prioritas, maka terdapat 6 (enam) daerah irigasi
yang dipilih dan dipertimbangkan. Jika hasil prioritas berdasarkan kinerja
irigasi (AKNPI) dibandingkan dengan realiasi DPA tahun 2022 Dinas SDABMBK
Kabupaten Deli Serdang, maka terdapat 2 (dua) daerah irigasi yang masuk dalam
realisasi DPA tahun 2022. Jika hasil metode AHP dengan urutan skala prioritas
dibandingkan dengan realisasi DPA tahun 2022, maka teradapat 2 (dua) daerah
rigasi yang masuk dalam realisasasi DPA tahun 2022.
Gambar
4. Ilustrasi Perbandingan Hasil Penelitian dengan Realiasi Penanganan Irigasi
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat perbandingan
hasil penelitian dengan realisasi
pelaksanaan kegiatan pada Dinas Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) tahun 2022 di
Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina
Konstruksi Kabupaten Deli Serdang.
KESIMPULAN
Penelitian ini memiliki tujuan (level 1) pada struktur
hirarki yakni penentuan prioritas pemeliharaan daerah irigasi. Tujuan tersebut
dipengaruhi oleh kriteria (level 2) dengan subkriteria (level 3). Kriteria
dominan yang perlu dipertimbangkan adalah kriteria sasaran anggaran dengan
nilai sebesar 0,33 selanjutnya sumber pendanaan dengan nilai sebesar 0,30,
kriteria kinerja irigasi sebesar 0,23, dan kriteria luas areal sebesar 0,14.
Sedangkan subkriteria dominan yang perlu dipertimbangkan dari masing-masing
kriteria adalah subkriteria prasarana fisik dengan nilai sebesar 0,55,
subkriteria luas areal besar dengan nilai sebesar 0,47, subkriteria dana
alokasi khusus dengan nilai sebesar 0,41, dan subkriteria ketahanan pangan
dengan nilai sebesar 0,60.
Urutan
prioritas pemeliharaan daerah irigasi pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wilayah
III Dinas SDABMBK Kabupaten Deli Serdang adalah D.I Jati Baru dengan bobot
sebesar 0,14. Prioritas 2 dan 3 adalah D.I Pertumbukan dan D.I Sei Tuan dengan
bobot sebesar 0,13, prioritas 4 adalah D.I Johar Baru dengan bobot sebesar
0,12, prioritas 5 adalah D.I Kotasan dengan bobot sebesar 0,11, prioritas 6 dan
7 adalah D.I Jaharum B dan D.I Tj. Garbus Kampung dengan bobot sebesar 0,10,
prioritas 8 adalah D.I Tanjung Siporkis dengan bobot sebesar 0,09, dan
prioritas 9 adalah D.I Kampung Melayu dengan bobot sebesar 0,07.
Perbandingan
susunan urutan prioritas pemeliharaan daerah irigasi pada Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Wilayah III Dinas SDABMBK Kabupaten Deli Serdang yaitu:
a. Perbandingan
skala prioritas antara berdasarkan nilai kondisi kinerja irigasi (AKNPI) dengan
hasil metode AHP dengan urutan prioritas dengan besar biaya kegiatan
pemeliharaan suatu daerah irigasi tersebut diperoleh 6 (enam) daerah irigasi
yang dipilih dan dipertimbangkan.
b. Perbandingan
skala prioritas antara berdasarkan kondisi kinerja irigasi (AKNPI) dengan
realisasi DPA tahun 2022 Dinas SDABMBK Kabupaten Deli Serdang, diperoleh 2
(dua) daerah irigasi yang masuk dalam realisasi DPA tahun 2022
c. Perbandingan
skala prioritas antara hasil metode AHP dengan urutan prioritas dengan besar
biaya pemeliharaan suatu daerah irigasi tersebut dengan realisasi DPA tahun
2022 Dinas SDABMBK Kabupaten Deli Serdang, diperoleh 2 (dua) daerah irigasi
yang masuk dalam realisasi DPA tahun 2022.
Afriyenis, W. (2016). Perspektif Ekonomi Islam
Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Maqdis:
Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 1(1), 1–16.
Ansori, A., & Hindriyanto, Y. (2020). Analisis Kemampuan Koneksi
Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Resiliensi Matematis. JKPM (Jurnal Kajian
Pendidikan Matematika), 5(2), 253–262.
Ansori, M. B., Margini, N. F., Nusantara, D. A. D., & Anwar, N.
(2017). Evaluation of Irrigation Performance at Tertiary Level (A Case Study in
Padi Pomahan Irrigation Area Mojokerto East Java). IPTEK Journal of
Proceedings Series, 3(6).
Anwar, M. H. (2018). Penerapan
Analitical Hierarchy Process (AHP) dalam Penyusunan Skala Prioritas untuk Menjaga
Kinerja Saluran Irigasi (Studi Kasus Saluran Induk Mataram di D.I Yogyakarta
Azis, S., & Widodo, H. (2016). Determination of priority of the
construction of irrigation network. International Journal of Agricultural
Research, Innovation and Technology, 6(2).
Castellano, S., Rizzotto, A., Neri, S., Currenti, W., Guerrera, C. S.,
Pirrone, C., Coco, M., & Di Corrado, D. (2021). The relationship between
body dissatisfaction and eating disorder symptoms in young women aspiring
fashion models: the mediating role of stress. European Journal of
Investigation in Health, Psychology and Education, 11(2), 607–615.
https://doi.org/10.3390/ejihpe11020043
Deli Serdang, D. P. U. dan
P. R. (2020). Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan Irigasi (AKNPI) Kabupaten
Deli Serdang (Tahap II). Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Deli Serdang.
Floyd L. Ruch and Philip G. Zimbrde. (2010). Psychology and Life
(Fifth edit). 2010.
Imron, F., &
Murtiningrum. (2021). Modernization readiness analysis of Belitang irrigation
system at region level using analytic hierarchy process (AHP) method. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 644(1), 1–10.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/644/1/012070
Mulyani, S., Putri, F. M., Andoko, B. W., Akbar, P., & Novalia, S.
(2020). Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di
Indonesia (Studi Kasus Provinsi Bali). Jurnal Ketahanan Nasional, 26(3),
421.
Mulyawati, F., Sudarsono,
I., & Sopyan, C. (2013). Penentuan Prioritas Kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan Daerah Irigasi dengan Menggunakan Metoda Analytic Hierarchy
Process (AHP) (185A). 7(KoNTekS 7), 24–26.
Munthafa, A. E., Mubarok, H., Teknik, J., & Universitas, I. (2017).
Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process Dalam Sistem Pendukung Keputusan
Penentuan Mahasiswa Berprestasi. Jurnal Siliwangi, 3(2), 192–201.
Putri, E. S., & Wisudanto, W. (2017). Struktur pembiayaan pembangunan
infrastruktur di indonesia penunjang pertumbuhan ekonomi. IPTEK Journal of
Proceedings Series, 3(5).
Saaty, T. L. (2008). Decision making with the Analytic Hierarchy Process. Int.
J. Services Sciences, 1(1), 83–98.
Serdang, D. (2020). Gambaran Umum. Www.Portal.Deliserdangkab.Go.Id.
Zamroni, A., Hadiani, R. R., & Sobriyah, S. (2016). Skala Prioritas
Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sederhana (Studi Kasus Di
Kabupaten Semarang). Prosiding Semnastek.
Nuriaman,
Ahmad Perwira Mulia, Gina Cynthia R, Hasibuan (2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |