Jurnal Syntax Admiration

Vol. 1 No. 3 Juli 2020

p-ISSN :2722-7782 e-ISSN : 2722-5356

Sosial Teknik

 

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK

 

Supaidi

Guru MTS Ponorogo

Email: [email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima

03 Juli 2020

Diterima dalam bentuk revisi

Diterima dalam bentuk revisi

 

Hasil observasi awal menunjukkan yakni keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo reltif rendah. Rerata prasiklus masih di bawah nilai KKM. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini ialah meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis eksposisi melalui pembelajaran investigasi kelompok. Penelitian ini yakni penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus. Penelitian tindakan kelas yaitu sebuah perencanaan terhadap aktivitas belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja diproksikan serta terjadi dalam suatu kelas secara menyeluruh. Tindakan tersebut dilakukan dengan arahan dengan guru yang dilaksanakan oleh siswa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa PTK mencakup empat tahapan model penelitian tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, serta refleksi. Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas ini diambil dengan beberapa teknik diantaranya dengan menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Peneliti menggunakan pedoman penilaian untuk menentukan tingkat keberhasilan keterampilan menulis eksposisi. Penilaian penulisan eksposisi ini mencakup 5 aspek, yaitu (1) isi dengan skor maksimal 30, (2) organisasi dengan skor maksimal 20, (3) kosakata dengan skor maksimal 20, (4) penggunaan bahasa dengan skor maksimal 20, dan (5) mekanik dengan skor maksimal 10. Hasil penelitian menunjukkan yakni terdapat peningkatan produk bisa terlihat dari skor rata-rata kelas yang diperoleh mulai dari tahap pratindakan hingga periode II. Pada tahap pratindakan diperoleh skor rata-rata sebesar 70,18 meningkat menjadi 77,85 pada tahap periode I. Selanjutnya, terjadi peningkatan skor rata-rata menulis eksposisi pada periode II menjadi 91,61. Hal tersebut menunjukkan terdapat peningkatan 21,43 dari tahap pratindakan hingga periode II. Hasil dari tindakan yang dilaksanakan hingga periode II sudah terpenuhi indikator keberhasilan produk yaitu 75% siswa mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 75 dari skor maksimal 100 setelah diberikan tindakan. Secara keseluruhan pada siklus II semua aspek dan kriteria menulis eksposisi mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok dinilai berhasil dan dapat meningkatkan kemampuan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo.

Kata kunci: Keterampilan; Kelompok dan pembelajaran investigasi

 



 

Pendahuluan

Dalam kehidupan ini kreativitas begitu penting, sebab kreativitas adalah sebuah kemampuan yang sangat berarti di dalam siklus kehidupan manusia (Paoji, 2017). Diantaranya yaitu menulis, seperti menulis karangan dapat diartikan sebagai komparasi dari beberpa paragraf yang disusun secara sistematis dan terurut, kohren, utuh, ada bagian pengantar, isi dan penutup (Aminu, 2020). Sedangkan menulis eksposisi adalah kemampuan siswa dalam menuangkan ide ke dalam tulisan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan selengkap-lengkapnya kepada pembaca mengenai suatu hal agar pembaca menjadi bertambah pengetahuannya. Hasil observasi kepada siswa kelas VII MTsN Ponorogo menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menulis eksposisi ditemukan beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut; kegiatan menulis di sekolah belum mendapat perhatian cukup dari siswa; motivasi siswa akan menulis masih rendah, sebab siswa beranggapan bahwa menulis merupakan aktivitas yang sulit dibandingkan empat keterampilan berbahasa yang lain; siswa kesulitan mencari serta menuangkan ide dalam pembelajaran menulis; model pembelajaran yang digunakan kurang menarik sehingga membutuhkan model pembelajaran yang lebih menarik untuk meningkatkan minat siswa dalam menulis eksposisi; dan media yang digunakan tidak menarik perhatian siswa. Untuk meningkatkan kemampuan menulis eksposisi maka diperlukan upaya perbaikan yang konstruktif dalam pembelajaran. Salah satunya adalah penerapan metode pembelajaran investigasi kelompok. Serta sebaiknya guru berinovasi dalam menyampaikan materi pembelajaran salah satunya dengan menerapkan model student learning center khususnya dalam keterampilan menulis .

Secara umum, menurut Muray dalam Resmini dan Juanda (2010:223), aktivitas menulis berkembang dalam tiga tahap, yaitu: perencanaan (rehearsing), penyusunan konsep (drafting), dan perbaikan (revising) (Resmini & Juanda, 2007). Menulis sebuah teks harus selaras dengan kaidah teks yang ada. Setiap teks mempunyai kaidah penulisan yang berbeda. Kaidah itu juga bisa dimanfaatkan untuk pembeda antar jenis teks. Dengan demikian, menulis eksposisi wajib selaras dengan kaidah serta struktur yang baik. Berikut akan dijelaskan kaidah penulisan teks eksposisi yang mencakup 1) kelengkapan serta penguasaan isi teks, 2) keruntutan serta kelengkapan struktur teks, 3) kosakata, 4) penggunaan kalimat, dan 5) mekanik penulisan (Oktavia, 2015).

Menulis karangan eksposisi wajib mengikuti tahap-tahap seperti berikut: (1) menentukan topik yang akan dipaparkan, (2) menentukan tujuan eksposisi, (3) membuat kerangka yang lengkap serta sistematis, (4) isi kerangka karangan eksposisi harus selaras dengan tujuan yang diinginkan oleh penulis, (5) mengembangkan eksposisi sepadan dengan kerangka karangan, (6) agar eksposisi bisa diperoleh pembaca, paparannya wajib disertai contoh, gambar, serta yang lain yang dianggap penting (Samsudin, 2012).

Group Investigation adalah satu diantara jenis model pembelajaran kooperatif yang menekankan terhadap partisipasi serta aktivitas siswa guna mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari dari bahan-bahan yang ada, contohnya melalui buku pelajaran atau siswa bisa mencari melalui internet. Siswa diikutsertakan dimulai dari perencanaan, baik dalam menentukan topik ataupun cara guna mempelajarinya melalui investigasi (Richardo, 2015).

Sumber daya manusia merupakan bagian penting dalam aktivitas kerja. Karena hal tersebut berhubungan dengan masalah kualitas kerja dan pencapaian kerja (Latifah, 2020). Model investigasi kelompok yaitu pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, serta diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Metode ini paling komplek serta cukup sulit diaplikasikan dibandingkan metode kooperatif yang lainnya (Taniredja, T., 2011). Menurut Hamdani (2011:90) model investigasi kelompok sering dipandang sebagai model yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilakukan dalam pembelajaran kooperatif (Hamdani, 2011). Model ini melibatkan siswa dari perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Joyce, weil dan Calhoun (Indri Aprilia,2015:143) berpendapat bahwasanya model investigasi kelompok menawarkan supaya dalam pengembangan masalah moral serta sosial, peserta didik di organisasikan dengan cara melaksanakan penelitian bersama terhadap masalah-masalah sosial serta moral ataupun masalah akademis (Aprilia, 2015). Killen (Indri Aprilia,2015:143) berpendapat yakni model investigasi kelompok ialah cara yang langsung serta efisien guna mengajarkan pengetahuan akademik sebagai sebuah proses social (Aprilia, 2015).

Group Investigation yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan �Model ini didasari oleh proses demokratis serta pengambilan keputusan secara berkelompok. Guru berperan membantu siswa menyusun rencana serta mengatur kelompok, serta berfungsi sebagai konselor akademik� (Saputro, 2000). The Network Scientif Inquiri Resources and Connections (Aunurrahman, 2010: 151) melalui pembahasannya mengungkapkan bahwa Group Investigation is an organizational medium for encouraging and guiding students� involvement in learning. Student actively share in influencing the nature of events in their classroom. By communicating freely and cooperating in planning and carrying out their chosen topic of investigation, they can achieve more than they would as individuals. The final result of the group�s work reflect each members contribution, but it is intellectually richer than work done individually by the same student (Aunurrahman, 2010).

Zingaro (Arum Pramuningtyas, 2015) menyatakan bahwa beberapa efek positif dari Group Investigation adalah siswa dalam kelas Group Investigation memiliki kemampuan untuk tampil lebih baik dan memiliki kemampuan untuk mengajukan pertanyaan tingkat tinggi. Selain itu, GI juga memiliki efek positif terhadap siswa yaitu memiliki kemampuan kooperatif yang lebih baik, bahkan dengan anggota kelompok lain, siswa memiliki kemandirian yang besar, mampu mengekspresikan diri dengan lebih baik, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi (Pramuningtyas, Joyoatmojo, & Kristiani, 2015).

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) yang berbentuk Teacher-as-Research yaitu guru sebagai peneliti. Arikunto (dalam Supriyanto, 2020) menyatakan Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam pembelajaran di kelas antara guru dan peserta didik yang sedang belajar (Supriyanto, 2020). Maka Inti dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk menerapkan metode pembelajaran mind card yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Tindakan tersebut dilakukan dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa PTK mencakup empat tahapan model penelitian tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini diambil dengan beberapa teknik diantaranya dengan menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Peneliti menggunakan pedoman penilaian untuk menentukan tingkat keberhasilan keterampilan menulis eksposisi. Penilaian penulisan eksposisi ini mencakup 5 aspek, yaitu (1) isi dengan skor maksimal 30, (2) organisasi dengan skor maksimal 20, (3) kosakata dengan skor maksimal 20, (4) penggunaan bahasa dengan skor maksimal 20, dan (5) mekanik dengan skor maksimal 10. Penilaian penulisan eksposisi dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator. Adapun kriteria penilaian disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Kriteria Nilai

Aspek

Skor

Kriteria

 

ISI

27-30

Sangat Baik�Sempurna: menguasai topik tulisan; substansif; pengembagan teks eksposisi lengkap; relevan dengan topik yang dibahas

22-26

Cukup-Baik: cukup menguasai permasalahan; cukup memadai; pengembangan terbatas; relevan dengan topik tetapi kurang terperinci

17-21

Sedang-Cukup: penguasaan permasalahan terbatas; substansi kurang; pengembangan topik tidak memadai

13-16

Sangat-Kurang: tidak menguasai permasalahan; tidak ada substansi; tidak relevan; atau tidak layak dinilai

 

ORGANISASI

18-20

Sangat Baik-Sempurna: ekspresi lancar; gagasan diungkapkan dengan jelas; tertata dengan

14-17

baik; urutan logis; kohesif Cukup-Baik: kurang lancar; kurang terorganisasi tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis tetapi tidak lengkap

10-13

Sedang-Cukup: tidak lancar; gagasan kacau atau tidak terkait; urutan dan pengembangan kurang logis

7-9

Sangat-Kurang: tidak komunikatif; tidak terorganisasi; atau tidak layak dinilai

 

 

 

 

KOSAKATA

18-20

Sangat Baik-Sempurna: penguasaan kata canggih; pilihan kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan register tepat

14-17

Cukup-Baik: penguasaan kata memadai; pilihan, bentuk, dan penggunaan kata/ungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak mengganggu

10-13

Sedang-Cukup: penguasaan kata terbatas; sering terjadi kesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan; makna membingungkan atau tidak jelas

7-9

Sangat-Kurang: pengetahuan tentang kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata rendah; tidak layak nilai

 

PENGGUNAAN BAHASA

18-20

Sangat Baik-Sempurna: konstruksi kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi)

14-17

Cukup-Baik: konstruksi sederhana tetapi efektif; terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi), tetapi makna cukup jelas

10-13

Sedang-Cukup: terjadi bayak kesalahan dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi, urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan; makna membingungkan atau kabur

7-9

Sangat-Kkurang: tidak menguasai tata kalimat; terdapat banyak kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak dinilai

 

MEKANIK

10

Sangat Baik-Sempurna: menguasai aturan penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf

6

Cukup-Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna

4

Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas; makna membingungkan atau kabur

3

Sangat-Kurang: tidak menguasai aturan penulisan; terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil Pratindakan

Tabel 2. Hasil Penilaian Pada Pratindakan

No

Subjek

Skor Tiap Aspek

Jumlah Skor

Isi

Organisasi

Kosakata

Penggunaan Bahasa

Mekanik

1

R1

19

13

14

16

4

66

2

R2

20

15

13

16

4

68

3

R3

21

16

16

14

5

72

4

R4

20

14

14

13

6

67

5

R5

19

13

13

15

4

64

6

R6

21

15

16

16

5

73

7

R7

20

16

16

16

6

74

8

R8

19

16

14

14

5

68

9

R9

19

14

13

13

4

63

10

R10

20

13

16

16

6

71

11

R11

21

16

17

14

5

73

12

R12

20

14

16

13

7

70

13

R13

19

13

13

16

4

65

14

R14

21

15

16

16

5

73

15

R15

20

16

14

17

6

73

16

R16

19

16

13

18

5

71

17

R17

21

14

15

15

4

69

18

R18

20

13

16

16

6

71

19

R19

19

15

16

16

5

71

20

R20

19

16

14

14

7

70

21

R21

20

16

13

13

5

67

22

R22

19

14

15

16

6

70

23

R23

19

13

16

14

4

66

24

R24

20

16

16

13

5

70

25

R25

21

14

14

16

6

71

26

R26

20

13

13

16

5

67

27

R27

19

16

16

17

4

72

28

R28

21

16

14

18

6

75

29

R29

20

14

13

17

5

69

30

R30

19

13

16

18

7

73

31

R31

21

16

16

15

4

72

32

R32

20

17

17

16

5

75

33

R33

21

16

18

16

6

77

JUMLAH

657

487

492

509

171

2316

RERATA

19,91

14,76

14,91

15,42

5,18

70,18

 

Berdasarkan Tabel , diketahui bahwa skor tertinggi dari subjek penelitian adalah 77 yang diraih oleh satu siswa, yakni R33, sedangkan skor terendah adalah 63 sebanyak satu siswa yaitu R9. Skor rata-rata tentu saja masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Rata-rata skor yang dihasilkan dari kegiatan awal ini hanya mencapai 70,18. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo saat dilakukan tahap pratindakan termasuk rendah.

Adapun pada siklus I praktik menulis eksposisi dengan menggunakan metode belajar investigasi kelompok disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3. Hasil Penilaian Siklus I

No

Subjek

Skor Tiap Aspek

Jumlah Skor

Isi

Organisasi

Kosakata

Penggunaan Bahasa

Mekanik

1

R1

21

15

17

16

6

75

2

R2

20

17

15

15

7

74

3

R3

23

15

17

14

6

75

4

R4

20

16

18

13

7

74

5

R5

24

14

16

14

7

75

6

R6

23

18

15

16

7

79

7

R7

24

17

16

15

7

79

8

R8

19

17

15

14

6

71

9

R9

24

15

16

13

6

74

10

R10

25

17

15

14

8

79

11

R11

24

18

14

15

6

77

12

R12

23

16

13

14

6

72

13

R13

24

15

14

16

6

75

14

R14

26

16

15

15

7

79

15

R15

22

15

14

14

8

73

16

R16

24

16

15

13

7

75

17

R17

24

15

17

14

8

78

18

R18

26

14

16

15

7

78

19

R19

25

13

16

14

5

73

20

R20

24

14

17

15

7

77

21

R21

24

15

17

17

7

80

22

R22

25

14

18

16

7

80

23

R23

26

15

14

16

6

77

24

R24

24

17

15

17

6

79

25

R25

25

16

17

17

7

82

26

R26

26

16

16

18

7

83

27

R27

24

17

16

14

7

78

28

R28

25

17

17

15

7

81

29

R29

24

18

17

17

8

84

30

R30

25

18

18

16

8

85

31

R31

24

17

18

16

6

81

32

R32

23

18

17

17

7

82

33

R33

24

19

18

17

7

85

JUMLAH

784

530

529

502

224

2569

RERATA

23,76

16,06

16,03

15,21

6,79

77,85

 

Berdasarkan Tabel , diketahui bahwa skor tertinggi dari subjek penelitian adalah 85 yang diraih oleh dua siswa, yakni R33 dan R30, sedangkan skor terendah adalah 71 sebanyak satu siswa yaitu R8. Skor rata-rata tentu telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Rata-rata skor yang dihasilkan dari kegiatan awal ini hanya mencapai 77,85. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo saat dilakukan tahap siklus I termasuk baik.

Hasil dari pelaksanaan siklus II dengan perbaikan pada aspek materi dan diskusi diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Penilaian Siklus II

No

Subjek

Skor Tiap Aspek

Jumlah Skor

Isi

Organisasi

Kosakata

Penggunaan Bahasa

Mekanik

1

R1

24

18

20

19

9

90

2

R2

23

20

18

18

10

89

3

R3

26

18

20

17

9

90

4

R4

23

19

18

16

8

84

5

R5

27

17

19

17

8

88

6

R6

26

21

18

19

10

94

7

R7

27

20

19

18

8

92

8

R8

22

20

18

17

9

86

9

R9

27

18

19

16

9

89

10

R10

28

20

18

17

8

91

11

R11

27

21

17

18

9

92

12

R12

26

19

16

17

9

87

13

R13

27

18

17

19

9

90

14

R14

29

19

18

18

10

94

15

R15

25

18

17

17

9

86

16

R16

27

19

18

16

10

90

17

R17

27

18

20

17

9

91

18

R18

29

17

19

18

10

93

19

R19

28

16

19

17

8

88

20

R20

27

17

20

18

10

92

21

R21

27

18

20

20

10

95

22

R22

28

17

18

19

10

92

23

R23

29

18

17

19

9

92

24

R24

27

20

18

20

9

94

25

R25

28

19

20

20

10

97

26

R26

29

19

19

21

10

98

27

R27

27

20

19

17

10

93

28

R28

28

20

20

18

10

96

29

R29

27

19

20

20

9

95

30

R30

28

19

19

19

9

94

31

R31

27

18

19

19

9

92

32

R32

26

19

20

20

9

94

33

R33

27

19

20

20

9

95

JUMLAH

883

618

617

601

304

3023

RERATA

26,76

18,73

18,70

18,21

9,21

91,61

 

Berdasarkan Tabel , diketahui bahwa skor tertinggi dari subjek penelitian adalah 98 yang diraih oleh satu siswa yakni R26 , sedangkan skor terendah adalah 84 sebanyak satu siswa yaitu R4. Skor rata-rata tentu telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Rata-rata skor yang dihasilkan dari kegiatan awal ini hanya mencapai 91,61. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo saat dilakukan tahap siklus II termasuk saangat baik.

Apabila dibandingkan antar siklus maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 5. Perbandingan Tiap Aspek Penulisan Eksposisi Antarsiklus

Aspek

Skor Rata-Rata

Pratindakan

Siklus I

Siklus II

Isi 

19,91

23,76

26,76

 Organisasi

14,76

16,06

18,73

Kosakata 

14,91

16,03

18,7

 Penggunaan Bahasa

15,42

15,21

18,21

 Mekanik

5,18

6,79

9,21

 

Dari tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa semua aspek (isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa dan mekanik) terjadi peningkatan secara kontinyu. Jika perbandingan rerata tersebut disusun dalam sebuah grafik, dapat dicermati dalam gambar berikut ini:

Gambar 1. Perbandingan Rerata Aspek Menulis Eksposisi Antarsiklus

Adapun rerata capaian antar siklus ditabulasikan sebagai berikut:

Tabel 5. Perbandingan Rerata Akhir Antarsiklus

Tahapan

Rerata

Prasiklus

70,18

Siklus I

77,85

Siklus II

91,61

 

Perbandingan tersebut secara grafis disajikan sebagai berikut:

Gambar 2. Perbandingan Rerata Akhir Antarsiklus

 

 

Kesimpulan

Peningkatan produk dapat dilihat dari skor rata-rata kelas yang diperoleh dari tahap pratindakan sampai siklus II. Pada tahap pratindakan diperoleh skor rata-rata sebesar 70,18 meningkat menjadi 77,85 pada tahap siklus I. Selanjutnya, terjadi peningkatan skor rata-rata menulis eksposisi pada siklus II menjadi 91,61. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan 21,43 dari tahap pratindakan sampai siklus II. Hasil dari tindakan yang dilakukan hingga siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan produk yaitu 75% siswa mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 75 dari skor maksimal 100 setelah diberikan tindakan. Secara keseluruhan pada siklus II semua aspek dan kriteria menulis eksposisi mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok dinilai berhasil dan dapat meningkatkan kemampuan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo.


Bibliografi

 

 

Aminu, Y. (2020). Bahasa Indonesia. Syntax Idea, 2(2), 98�103.

 

Aprilia, I. (2015). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada materi ekosistem di kelas VII semester II MTSN 1 Model Palangka Raya tahun pelajaran 2014/2015. IAIN Palangka Raya.

 

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. (Cetakan ke). Bandung: Bandung: Alfabeta.

 

Hamdani, S. B. M. (2011). Bandung: CV. Pustaka Setia.

 

Latifah, S. (2020). PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, KETERAMPILAN DAN PEMELIHARAAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KONVEKSI. Syntax, 2(5).

 

Oktavia, T. (2015). Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi melalui Model Investigasi Kelompok dengan Media Berita dalam Surat Kabar pada Siswa Kelas X-4 TKJ SMK NU Ungaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

 

Paoji, A. M. (2017). KORELASI KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU DENGAN KREATIVITAS SISWA DI MA MAARIF PUTRA JAWA KECAMATAN SELAWI KABUPATEN GARUT. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 1�8.

 

Pramuningtyas, A., Joyoatmojo, S., & Kristiani, K. (2015). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DENGANMIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015. BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis Dan Ekonomi, 1(1).

 

Resmini, N., & Juanda, D. (2007). Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas tinggi. UPI Pres.

 

Richardo, R. (2015). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) Terhadap Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Gaya Belajar Siswa. Edu Research, 4(1), 35�42.

 

Samsudin, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi Berita Dan Menulis Eksposisi Ilustrasi Siswa Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca Dan Menulis< br. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2), 1�11.

 

Saputro, S. dkk. (2000). Strategi Pembelajaran. Malang: Malang: FIP UNM.

 

Supriyanto, S. (2020). Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Ekonomi Pada Materi Memahami Perekonomian Terbuka Dengan Metode Mind Card Pada Siswa Kelas XI. Jurnal Profesi Keguruan, 6(1), 22�28.

 

Taniredja, T.,dkk. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Bandung: Alfabeta.