Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 1 No. 3 Juli 2020 |
p-ISSN :2722-7782
e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK
Supaidi �
Guru MTS
Ponorogo
Email: [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 03 Juli 2020 Diterima dalam bentuk revisi Diterima dalam bentuk revisi |
Hasil
observasi awal menunjukkan yakni keterampilan menulis eksposisi siswa kelas
VII MTsN Ponorogo reltif rendah. Rerata prasiklus masih di bawah nilai KKM.
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini ialah
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis eksposisi melalui pembelajaran
investigasi kelompok. Penelitian ini yakni penelitian
tindakan kelas terdiri atas dua siklus. Penelitian tindakan kelas yaitu sebuah perencanaan terhadap aktivitas belajar berupa suatu
tindakan, yang sengaja diproksikan serta terjadi dalam suatu kelas secara menyeluruh.
Tindakan tersebut dilakukan dengan arahan dengan guru yang dilaksanakan oleh
siswa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa PTK mencakup empat tahapan model
penelitian tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, serta refleksi. Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan pada
penelitian tindakan kelas ini diambil dengan beberapa teknik diantaranya
dengan menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Peneliti
menggunakan pedoman penilaian untuk menentukan tingkat keberhasilan
keterampilan menulis eksposisi. Penilaian penulisan eksposisi ini mencakup 5
aspek, yaitu (1) isi dengan skor maksimal 30, (2) organisasi dengan skor
maksimal 20, (3) kosakata dengan skor maksimal 20, (4) penggunaan bahasa
dengan skor maksimal 20, dan (5) mekanik dengan skor maksimal 10. Hasil
penelitian menunjukkan yakni terdapat peningkatan produk bisa terlihat dari skor rata-rata kelas yang
diperoleh mulai
dari tahap pratindakan hingga periode II. Pada tahap
pratindakan diperoleh skor rata-rata sebesar 70,18 meningkat menjadi 77,85
pada tahap periode I. Selanjutnya, terjadi peningkatan skor rata-rata menulis
eksposisi pada periode II menjadi 91,61. Hal tersebut menunjukkan terdapat
peningkatan 21,43 dari tahap pratindakan hingga periode II. Hasil dari
tindakan yang dilaksanakan hingga periode II sudah terpenuhi indikator
keberhasilan produk yaitu 75% siswa mendapatkan skor lebih dari atau sama
dengan 75 dari skor maksimal 100 setelah diberikan tindakan. Secara
keseluruhan pada siklus II semua aspek dan kriteria menulis eksposisi
mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil penelitian di atas terbukti
bahwa penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok dinilai berhasil dan
dapat meningkatkan kemampuan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo. |
Kata
kunci: Keterampilan; Kelompok dan pembelajaran investigasi |
Pendahuluan
Dalam kehidupan ini kreativitas begitu penting,
sebab kreativitas adalah sebuah kemampuan yang sangat berarti di dalam siklus
kehidupan manusia (Paoji,
2017). Diantaranya yaitu menulis, seperti menulis karangan dapat diartikan
sebagai komparasi dari beberpa paragraf yang disusun secara sistematis dan
terurut, kohren, utuh, ada bagian pengantar, isi dan penutup (Aminu, 2020). Sedangkan menulis eksposisi adalah
kemampuan siswa dalam menuangkan ide ke dalam tulisan yang bertujuan untuk
memberikan penjelasan selengkap-lengkapnya kepada pembaca mengenai suatu hal
agar pembaca menjadi bertambah pengetahuannya. Hasil observasi kepada siswa
kelas VII MTsN Ponorogo menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menulis eksposisi
ditemukan beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut;
kegiatan menulis di sekolah belum mendapat perhatian cukup dari siswa; motivasi
siswa akan menulis masih rendah, sebab siswa beranggapan bahwa menulis merupakan
aktivitas yang sulit dibandingkan empat keterampilan berbahasa yang lain; siswa
kesulitan mencari serta menuangkan ide dalam pembelajaran menulis; model
pembelajaran yang digunakan kurang menarik sehingga membutuhkan model
pembelajaran yang lebih menarik untuk meningkatkan minat siswa dalam menulis
eksposisi; dan media yang digunakan tidak menarik perhatian siswa. Untuk
meningkatkan kemampuan menulis eksposisi maka diperlukan upaya perbaikan yang
konstruktif dalam pembelajaran. Salah satunya
adalah penerapan metode pembelajaran investigasi kelompok. Serta sebaiknya
guru berinovasi dalam menyampaikan materi pembelajaran salah satunya
dengan menerapkan model student learning center khususnya
dalam keterampilan menulis .
Secara umum, menurut Muray dalam Resmini dan
Juanda (2010:223), aktivitas menulis berkembang dalam tiga tahap, yaitu:
perencanaan (rehearsing), penyusunan konsep (drafting), dan perbaikan
(revising) (Resmini
& Juanda, 2007). Menulis sebuah teks harus selaras
dengan kaidah teks yang ada. Setiap teks mempunyai kaidah penulisan yang
berbeda. Kaidah itu juga bisa dimanfaatkan untuk pembeda antar jenis teks. Dengan demikian, menulis
eksposisi wajib selaras dengan kaidah serta struktur yang baik.
Berikut akan dijelaskan kaidah penulisan teks eksposisi yang mencakup 1) kelengkapan serta penguasaan isi
teks, 2) keruntutan serta kelengkapan struktur teks, 3)
kosakata, 4) penggunaan kalimat, dan 5) mekanik penulisan (Oktavia,
2015).
Menulis karangan
eksposisi wajib mengikuti tahap-tahap seperti berikut: (1) menentukan topik
yang akan dipaparkan, (2) menentukan tujuan eksposisi, (3) membuat kerangka
yang lengkap serta sistematis, (4) isi kerangka karangan eksposisi harus selaras
dengan tujuan yang diinginkan oleh penulis, (5) mengembangkan eksposisi sepadan
dengan kerangka karangan, (6) agar eksposisi bisa diperoleh pembaca, paparannya
wajib disertai contoh, gambar, serta yang lain yang dianggap penting (Samsudin,
2012).
Group Investigation adalah satu diantara jenis model pembelajaran kooperatif yang menekankan terhadap partisipasi
serta aktivitas siswa guna mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari dari
bahan-bahan yang ada, contohnya melalui buku pelajaran atau siswa bisa mencari melalui internet. Siswa diikutsertakan dimulai
dari perencanaan, baik dalam menentukan topik ataupun
cara guna mempelajarinya melalui investigasi (Richardo,
2015).
Sumber daya manusia merupakan
bagian penting dalam aktivitas kerja. Karena hal tersebut berhubungan dengan
masalah kualitas kerja dan pencapaian kerja (Latifah,
2020). Model investigasi kelompok yaitu pembelajaran kooperatif yang
melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif,
perencanaan, proyek, serta diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan
penemuan mereka kepada kelas. Metode
ini paling komplek serta cukup sulit diaplikasikan dibandingkan metode kooperatif yang lainnya (Taniredja,
T., 2011). Menurut Hamdani (2011:90) model
investigasi kelompok sering dipandang sebagai model yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilakukan dalam pembelajaran kooperatif (Hamdani,
2011). Model ini melibatkan siswa dari
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi.
Joyce, weil dan Calhoun (Indri Aprilia,2015:143) berpendapat
bahwasanya model investigasi kelompok menawarkan supaya dalam pengembangan masalah moral serta
sosial, peserta didik di organisasikan dengan cara melaksanakan penelitian bersama terhadap masalah-masalah sosial serta moral ataupun masalah akademis (Aprilia,
2015). Killen (Indri Aprilia,2015:143) �berpendapat yakni model investigasi kelompok ialah
cara yang langsung serta efisien guna
mengajarkan pengetahuan akademik sebagai sebuah proses social (Aprilia,
2015).
Group Investigation yang
dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan �Model ini didasari oleh proses
demokratis serta pengambilan keputusan secara berkelompok. Guru berperan membantu
siswa menyusun rencana serta mengatur kelompok, serta berfungsi
sebagai konselor akademik� (Saputro,
2000). The Network Scientif Inquiri Resources and Connections
(Aunurrahman, 2010: 151) melalui pembahasannya mengungkapkan bahwa Group
Investigation is an organizational medium for encouraging and guiding students�
involvement in learning. Student actively share in influencing the nature of
events in their classroom. By communicating freely and cooperating in planning
and carrying out their chosen topic of investigation, they can achieve more
than they would as individuals. The final result of the group�s work reflect
each members contribution, but it is intellectually richer than work done
individually by the same student (Aunurrahman,
2010).
Zingaro (Arum Pramuningtyas, 2015) menyatakan bahwa beberapa efek positif dari Group Investigation adalah siswa dalam kelas Group Investigation memiliki kemampuan untuk
tampil lebih baik dan memiliki kemampuan untuk mengajukan pertanyaan tingkat
tinggi. Selain itu, GI juga memiliki efek positif terhadap siswa yaitu memiliki
kemampuan kooperatif yang lebih baik, bahkan dengan anggota kelompok lain,
siswa memiliki kemandirian yang besar, mampu mengekspresikan diri dengan lebih baik, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi (Pramuningtyas,
Joyoatmojo, & Kristiani, 2015).
Metode
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) yang berbentuk Teacher-as-Research
yaitu guru sebagai peneliti. Arikunto (dalam Supriyanto, 2020) menyatakan Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki
berbagai persoalan nyata dan praktis dalam pembelajaran di kelas antara guru
dan peserta didik yang sedang belajar (Supriyanto, 2020). Maka Inti dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk
menerapkan metode pembelajaran mind card yang bertujuan untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik. �Tindakan
tersebut dilakukan dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa PTK mencakup empat tahapan model penelitian tindakan,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini diambil dengan beberapa
teknik diantaranya dengan menggunakan observasi, wawancara, tes, dan
dokumentasi. Peneliti menggunakan pedoman penilaian untuk menentukan tingkat
keberhasilan keterampilan menulis eksposisi. Penilaian penulisan eksposisi ini
mencakup 5 aspek, yaitu (1) isi dengan skor maksimal 30, (2) organisasi dengan
skor maksimal 20, (3) kosakata dengan skor maksimal 20, (4) penggunaan bahasa
dengan skor maksimal 20, dan (5) mekanik dengan skor maksimal 10. Penilaian
penulisan eksposisi dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator. Adapun kriteria
penilaian disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Kriteria Nilai
Aspek |
Skor |
Kriteria |
ISI |
27-30 |
Sangat Baik�Sempurna: menguasai topik tulisan; substansif;
pengembagan teks eksposisi lengkap; relevan dengan topik yang dibahas |
22-26 |
Cukup-Baik: cukup menguasai permasalahan; cukup memadai;
pengembangan terbatas; relevan dengan topik tetapi kurang terperinci |
|
17-21 |
Sedang-Cukup: penguasaan permasalahan terbatas; substansi
kurang; pengembangan topik tidak memadai |
|
13-16 |
Sangat-Kurang: tidak menguasai permasalahan; tidak ada
substansi; tidak relevan; atau tidak layak dinilai |
|
ORGANISASI |
18-20 |
Sangat Baik-Sempurna: ekspresi lancar; gagasan diungkapkan
dengan jelas; tertata dengan |
14-17 |
baik; urutan logis; kohesif Cukup-Baik: kurang lancar; kurang
terorganisasi tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis tetapi
tidak lengkap |
|
10-13 |
Sedang-Cukup: tidak lancar; gagasan kacau atau tidak terkait;
urutan dan pengembangan kurang logis |
|
7-9 |
Sangat-Kurang: tidak komunikatif; tidak terorganisasi; atau
tidak layak dinilai |
|
KOSAKATA |
18-20 |
Sangat Baik-Sempurna: penguasaan kata canggih; pilihan kata dan
ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan register tepat |
14-17 |
Cukup-Baik: penguasaan kata memadai; pilihan, bentuk, dan
penggunaan kata/ungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak mengganggu |
|
10-13 |
Sedang-Cukup: penguasaan kata terbatas; sering terjadi kesalahan
bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan; makna membingungkan atau
tidak jelas |
|
7-9 |
Sangat-Kurang: pengetahuan tentang kosakata, ungkapan, dan
pembentukan kata rendah; tidak layak nilai |
|
PENGGUNAAN BAHASA |
18-20 |
Sangat Baik-Sempurna: konstruksi kompleks dan efektif; terdapat
hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel,
pronomina, preposisi) |
14-17 |
Cukup-Baik: konstruksi sederhana tetapi efektif; terdapat
kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; terjadi sejumlah kesalahan
penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi), tetapi
makna cukup jelas |
|
10-13 |
Sedang-Cukup: terjadi bayak kesalahan dalam konstruksi kalimat
tunggal/kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi, urutan/fungsi
kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan; makna membingungkan
atau kabur |
|
7-9 |
Sangat-Kkurang: tidak menguasai tata kalimat; terdapat banyak
kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak dinilai |
|
MEKANIK |
10 |
Sangat Baik-Sempurna: menguasai aturan penulisan; terdapat
sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan
paragraf |
6 |
Cukup-Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan
makna |
|
4 |
Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas;
makna membingungkan atau kabur |
|
3 |
Sangat-Kurang: tidak menguasai aturan penulisan; terdapat banyak
kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf;
tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai |
A. Hasil Pratindakan
Tabel 2. Hasil
Penilaian Pada Pratindakan
No |
Subjek |
Skor Tiap Aspek |
Jumlah Skor |
||||
Isi |
Organisasi |
Kosakata |
Penggunaan Bahasa |
Mekanik |
|||
1 |
R1 |
19 |
13 |
14 |
16 |
4 |
66 |
2 |
R2 |
20 |
15 |
13 |
16 |
4 |
68 |
3 |
R3 |
21 |
16 |
16 |
14 |
5 |
72 |
4 |
R4 |
20 |
14 |
14 |
13 |
6 |
67 |
5 |
R5 |
19 |
13 |
13 |
15 |
4 |
64 |
6 |
R6 |
21 |
15 |
16 |
16 |
5 |
73 |
7 |
R7 |
20 |
16 |
16 |
16 |
6 |
74 |
8 |
R8 |
19 |
16 |
14 |
14 |
5 |
68 |
9 |
R9 |
19 |
14 |
13 |
13 |
4 |
63 |
10 |
R10 |
20 |
13 |
16 |
16 |
6 |
71 |
11 |
R11 |
21 |
16 |
17 |
14 |
5 |
73 |
12 |
R12 |
20 |
14 |
16 |
13 |
7 |
70 |
13 |
R13 |
19 |
13 |
13 |
16 |
4 |
65 |
14 |
R14 |
21 |
15 |
16 |
16 |
5 |
73 |
15 |
R15 |
20 |
16 |
14 |
17 |
6 |
73 |
16 |
R16 |
19 |
16 |
13 |
18 |
5 |
71 |
17 |
R17 |
21 |
14 |
15 |
15 |
4 |
69 |
18 |
R18 |
20 |
13 |
16 |
16 |
6 |
71 |
19 |
R19 |
19 |
15 |
16 |
16 |
5 |
71 |
20 |
R20 |
19 |
16 |
14 |
14 |
7 |
70 |
21 |
R21 |
20 |
16 |
13 |
13 |
5 |
67 |
22 |
R22 |
19 |
14 |
15 |
16 |
6 |
70 |
23 |
R23 |
19 |
13 |
16 |
14 |
4 |
66 |
24 |
R24 |
20 |
16 |
16 |
13 |
5 |
70 |
25 |
R25 |
21 |
14 |
14 |
16 |
6 |
71 |
26 |
R26 |
20 |
13 |
13 |
16 |
5 |
67 |
27 |
R27 |
19 |
16 |
16 |
17 |
4 |
72 |
28 |
R28 |
21 |
16 |
14 |
18 |
6 |
75 |
29 |
R29 |
20 |
14 |
13 |
17 |
5 |
69 |
30 |
R30 |
19 |
13 |
16 |
18 |
7 |
73 |
31 |
R31 |
21 |
16 |
16 |
15 |
4 |
72 |
32 |
R32 |
20 |
17 |
17 |
16 |
5 |
75 |
33 |
R33 |
21 |
16 |
18 |
16 |
6 |
77 |
JUMLAH |
657 |
487 |
492 |
509 |
171 |
2316 |
|
RERATA |
19,91 |
14,76 |
14,91 |
15,42 |
5,18 |
70,18 |
Berdasarkan
Tabel , diketahui bahwa skor tertinggi dari subjek penelitian adalah 77 yang
diraih oleh satu siswa, yakni R33, sedangkan skor terendah adalah 63 sebanyak
satu siswa yaitu R9. Skor rata-rata tentu saja masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Rata-rata
skor yang dihasilkan dari kegiatan awal ini hanya mencapai 70,18. Rata-rata
tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN
Ponorogo saat dilakukan tahap pratindakan termasuk rendah.
Adapun pada siklus
I praktik menulis eksposisi dengan menggunakan metode belajar investigasi
kelompok disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3. Hasil
Penilaian Siklus I
No |
Subjek |
Skor Tiap Aspek |
Jumlah Skor |
||||
Isi |
Organisasi |
Kosakata |
Penggunaan Bahasa |
Mekanik |
|||
1 |
R1 |
21 |
15 |
17 |
16 |
6 |
75 |
2 |
R2 |
20 |
17 |
15 |
15 |
7 |
74 |
3 |
R3 |
23 |
15 |
17 |
14 |
6 |
75 |
4 |
R4 |
20 |
16 |
18 |
13 |
7 |
74 |
5 |
R5 |
24 |
14 |
16 |
14 |
7 |
75 |
6 |
R6 |
23 |
18 |
15 |
16 |
7 |
79 |
7 |
R7 |
24 |
17 |
16 |
15 |
7 |
79 |
8 |
R8 |
19 |
17 |
15 |
14 |
6 |
71 |
9 |
R9 |
24 |
15 |
16 |
13 |
6 |
74 |
10 |
R10 |
25 |
17 |
15 |
14 |
8 |
79 |
11 |
R11 |
24 |
18 |
14 |
15 |
6 |
77 |
12 |
R12 |
23 |
16 |
13 |
14 |
6 |
72 |
13 |
R13 |
24 |
15 |
14 |
16 |
6 |
75 |
14 |
R14 |
26 |
16 |
15 |
15 |
7 |
79 |
15 |
R15 |
22 |
15 |
14 |
14 |
8 |
73 |
16 |
R16 |
24 |
16 |
15 |
13 |
7 |
75 |
17 |
R17 |
24 |
15 |
17 |
14 |
8 |
78 |
18 |
R18 |
26 |
14 |
16 |
15 |
7 |
78 |
19 |
R19 |
25 |
13 |
16 |
14 |
5 |
73 |
20 |
R20 |
24 |
14 |
17 |
15 |
7 |
77 |
21 |
R21 |
24 |
15 |
17 |
17 |
7 |
80 |
22 |
R22 |
25 |
14 |
18 |
16 |
7 |
80 |
23 |
R23 |
26 |
15 |
14 |
16 |
6 |
77 |
24 |
R24 |
24 |
17 |
15 |
17 |
6 |
79 |
25 |
R25 |
25 |
16 |
17 |
17 |
7 |
82 |
26 |
R26 |
26 |
16 |
16 |
18 |
7 |
83 |
27 |
R27 |
24 |
17 |
16 |
14 |
7 |
78 |
28 |
R28 |
25 |
17 |
17 |
15 |
7 |
81 |
29 |
R29 |
24 |
18 |
17 |
17 |
8 |
84 |
30 |
R30 |
25 |
18 |
18 |
16 |
8 |
85 |
31 |
R31 |
24 |
17 |
18 |
16 |
6 |
81 |
32 |
R32 |
23 |
18 |
17 |
17 |
7 |
82 |
33 |
R33 |
24 |
19 |
18 |
17 |
7 |
85 |
JUMLAH |
784 |
530 |
529 |
502 |
224 |
2569 |
|
RERATA |
23,76 |
16,06 |
16,03 |
15,21 |
6,79 |
77,85 |
Berdasarkan
Tabel , diketahui bahwa skor tertinggi dari subjek penelitian adalah 85 yang
diraih oleh dua siswa, yakni R33 dan R30, sedangkan skor terendah adalah 71
sebanyak satu siswa yaitu R8. Skor rata-rata tentu telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Rata-rata
skor yang dihasilkan dari kegiatan awal ini hanya mencapai 77,85. Rata-rata
tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN
Ponorogo saat dilakukan tahap siklus I termasuk baik.
Hasil dari
pelaksanaan siklus II dengan perbaikan pada aspek materi dan diskusi diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil
Penilaian Siklus II
No |
Subjek |
Skor Tiap Aspek |
Jumlah Skor |
||||
Isi |
Organisasi |
Kosakata |
Penggunaan Bahasa |
Mekanik |
|||
1 |
R1 |
24 |
18 |
20 |
19 |
9 |
90 |
2 |
R2 |
23 |
20 |
18 |
18 |
10 |
89 |
3 |
R3 |
26 |
18 |
20 |
17 |
9 |
90 |
4 |
R4 |
23 |
19 |
18 |
16 |
8 |
84 |
5 |
R5 |
27 |
17 |
19 |
17 |
8 |
88 |
6 |
R6 |
26 |
21 |
18 |
19 |
10 |
94 |
7 |
R7 |
27 |
20 |
19 |
18 |
8 |
92 |
8 |
R8 |
22 |
20 |
18 |
17 |
9 |
86 |
9 |
R9 |
27 |
18 |
19 |
16 |
9 |
89 |
10 |
R10 |
28 |
20 |
18 |
17 |
8 |
91 |
11 |
R11 |
27 |
21 |
17 |
18 |
9 |
92 |
12 |
R12 |
26 |
19 |
16 |
17 |
9 |
87 |
13 |
R13 |
27 |
18 |
17 |
19 |
9 |
90 |
14 |
R14 |
29 |
19 |
18 |
18 |
10 |
94 |
15 |
R15 |
25 |
18 |
17 |
17 |
9 |
86 |
16 |
R16 |
27 |
19 |
18 |
16 |
10 |
90 |
17 |
R17 |
27 |
18 |
20 |
17 |
9 |
91 |
18 |
R18 |
29 |
17 |
19 |
18 |
10 |
93 |
19 |
R19 |
28 |
16 |
19 |
17 |
8 |
88 |
20 |
R20 |
27 |
17 |
20 |
18 |
10 |
92 |
21 |
R21 |
27 |
18 |
20 |
20 |
10 |
95 |
22 |
R22 |
28 |
17 |
18 |
19 |
10 |
92 |
23 |
R23 |
29 |
18 |
17 |
19 |
9 |
92 |
24 |
R24 |
27 |
20 |
18 |
20 |
9 |
94 |
25 |
R25 |
28 |
19 |
20 |
20 |
10 |
97 |
26 |
R26 |
29 |
19 |
19 |
21 |
10 |
98 |
27 |
R27 |
27 |
20 |
19 |
17 |
10 |
93 |
28 |
R28 |
28 |
20 |
20 |
18 |
10 |
96 |
29 |
R29 |
27 |
19 |
20 |
20 |
9 |
95 |
30 |
R30 |
28 |
19 |
19 |
19 |
9 |
94 |
31 |
R31 |
27 |
18 |
19 |
19 |
9 |
92 |
32 |
R32 |
26 |
19 |
20 |
20 |
9 |
94 |
33 |
R33 |
27 |
19 |
20 |
20 |
9 |
95 |
JUMLAH |
883 |
618 |
617 |
601 |
304 |
3023 |
|
RERATA |
26,76 |
18,73 |
18,70 |
18,21 |
9,21 |
91,61 |
Berdasarkan
Tabel , diketahui bahwa skor tertinggi dari subjek penelitian adalah 98 yang
diraih oleh satu siswa yakni R26 , sedangkan skor terendah adalah 84 sebanyak
satu siswa yaitu R4. Skor rata-rata tentu telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Rata-rata skor yang
dihasilkan dari kegiatan awal ini hanya mencapai 91,61. Rata-rata tersebut
menunjukkan bahwa keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo
saat dilakukan tahap siklus II termasuk saangat baik.
Apabila
dibandingkan antar siklus maka dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 5.
Perbandingan Tiap Aspek Penulisan Eksposisi Antarsiklus
Aspek |
Skor Rata-Rata |
||
Pratindakan |
Siklus I |
Siklus II |
|
Isi |
19,91 |
23,76 |
26,76 |
Organisasi |
14,76 |
16,06 |
18,73 |
Kosakata |
14,91 |
16,03 |
18,7 |
Penggunaan
Bahasa |
15,42 |
15,21 |
18,21 |
Mekanik |
5,18 |
6,79 |
9,21 |
Dari
tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa semua aspek (isi, organisasi, kosakata,
penggunaan bahasa dan mekanik) terjadi peningkatan secara kontinyu. Jika
perbandingan rerata tersebut disusun dalam sebuah grafik, dapat dicermati dalam
gambar berikut ini:
Gambar 1.
Perbandingan Rerata Aspek Menulis Eksposisi Antarsiklus
Adapun rerata
capaian antar siklus ditabulasikan sebagai berikut:
Tabel 5.
Perbandingan Rerata Akhir Antarsiklus
Tahapan |
Rerata |
Prasiklus |
70,18 |
Siklus I |
77,85 |
Siklus II |
91,61 |
Perbandingan
tersebut secara grafis disajikan sebagai berikut:
Gambar 2.
Perbandingan Rerata Akhir Antarsiklus
Kesimpulan
Peningkatan produk dapat
dilihat dari skor rata-rata kelas yang diperoleh dari tahap pratindakan sampai
siklus II. Pada tahap pratindakan diperoleh skor rata-rata sebesar 70,18
meningkat menjadi 77,85 pada tahap siklus I. Selanjutnya, terjadi peningkatan
skor rata-rata menulis eksposisi pada siklus II menjadi 91,61. Hal tersebut
menunjukkan adanya peningkatan 21,43 dari tahap pratindakan sampai siklus II.
Hasil dari tindakan yang dilakukan hingga siklus II telah memenuhi indikator
keberhasilan produk yaitu 75% siswa mendapatkan skor lebih dari atau sama
dengan 75 dari skor maksimal 100 setelah diberikan tindakan. Secara keseluruhan
pada siklus II semua aspek dan kriteria menulis eksposisi mengalami peningkatan
yang signifikan. Dari hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan model
pembelajaran investigasi kelompok dinilai berhasil dan dapat meningkatkan
kemampuan menulis eksposisi siswa kelas VII MTsN Ponorogo.
Bibliografi
Aminu, Y. (2020). Bahasa Indonesia. Syntax Idea,
2(2), 98�103.
Aprilia, I. (2015). Pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation (GI) terhadap hasil belajar siswa dalam
pembelajaran biologi pada materi ekosistem di kelas VII semester II MTSN 1
Model Palangka Raya tahun pelajaran 2014/2015. IAIN Palangka Raya.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran.
(Cetakan ke). Bandung: Bandung: Alfabeta.
Hamdani, S. B. M. (2011). Bandung: CV. Pustaka
Setia.
Latifah, S. (2020). PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU,
KETERAMPILAN DAN PEMELIHARAAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KONVEKSI. Syntax,
2(5).
Oktavia, T. (2015). Peningkatan Keterampilan Menulis
Teks Eksposisi melalui Model Investigasi Kelompok dengan Media Berita dalam
Surat Kabar pada Siswa Kelas X-4 TKJ SMK NU Ungaran Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2014/2015. UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
Paoji, A. M. (2017). KORELASI KETERAMPILAN DASAR
MENGAJAR GURU DENGAN KREATIVITAS SISWA DI MA MAARIF PUTRA JAWA KECAMATAN SELAWI
KABUPATEN GARUT. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5),
1�8.
Pramuningtyas, A., Joyoatmojo, S., & Kristiani, K.
(2015). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DENGANMIND
MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA SMA NEGERI 5
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015. BISE: Jurnal Pendidikan Bisnis Dan Ekonomi,
1(1).
Resmini, N., & Juanda, D. (2007). Pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia di kelas tinggi. UPI Pres.
Richardo, R. (2015). Eksperimentasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) Terhadap Hasil
Belajar Matematika Berdasarkan Gaya Belajar Siswa. Edu Research, 4(1),
35�42.
Samsudin, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Menulis
Eksposisi Berita Dan Menulis Eksposisi Ilustrasi Siswa Kelas V Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca Dan Menulis< br. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 13(2), 1�11.
Saputro, S. dkk. (2000). Strategi Pembelajaran.
Malang: Malang: FIP UNM.
Supriyanto, S. (2020). Meningkatkan Motivasi dan
Prestasi Belajar Ekonomi Pada Materi Memahami Perekonomian Terbuka Dengan
Metode Mind Card Pada Siswa Kelas XI. Jurnal Profesi Keguruan, 6(1),
22�28.
Taniredja, T.,�
dkk. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Bandung:
Alfabeta.