Volume 4,
No. 12, Desember 2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI: https://doi.org/10.46799/jsa.v4i7.671
PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT PADA PILKADA KLATEN 2020, ULASAN KEMENANGAN
PASANGAN SRI MULYANI - YOGA HARDAYA
Tedi Gunawan
BRIN
Email: [email protected]
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang perilaku memilih masyarakat Klaten pada Pilkada 2020 dalam kaitannya dengan kemenangan pasangan Sri Mulyani dan Yoga Hardaya (MULYO). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilih dalam menentukan suaranya untuk pasangan Sri Mulyani dan Yoga Hardaya pada pemilihan kepala daerah Klaten 2020. Fokus penelitian ini dilakukan di Kecamatan Trucuk karena memiliki Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbesar di Klaten. Penelitian ini menggunakan metode campuran, kuantitatif-kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode penelitian survei terhadap 397 orang. Metode analisis data
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Sedangkan untuk pendekatan kualitatif, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang ditemui. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku memilih masyarakat Klaten dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti; Sosiologis, Psikologis, Pilihan Rasional, sehingga
pasangan MULYO ini menang. Faktor psikologis menjadi faktor dominan dalam menentukan pilihan dengan mempertimbangkan ketokohan dan identifikasi kepartaian terhadap PDIP dengan koefisien sebesar 0,029. Sementara itu, faktor pilihan
rasional memiliki pengaruh yang kecil terhadap pemilihan calon bupati.
Kata Kunci: Perilaku Memilih, Pilkada 2020, Klaten.
Abstract:
This research
discusses the voting behavior of the people of Klaten in the 2020 local election in relation to the
victory of the pair Sri Mulyani and Yoga Hardaya (MULYO). The purpose of
this study is to identify the factors influencing voters in casting their votes
for Sri Mulyani and Yoga Hardaya
in the 2020 Klaten regional head election. The focus
of this research was conducted in the Trucuk District
as it has the largest Permanent Voter List (DPT) in Klaten.
This study uses a mixed, quantitative-qualitative method. The quantitative
approach was conducted with a survey research method on 397 people. The data
analysis method used is multiple linear regression analysis. As for the
qualitative approach, the researchers conducted in-depth interviews with several
informants encountered. The results show that the voting behavior
of the Klaten community is influenced by some factors, such as; Sociological, Psychological,
Rational Choice, thus leading to the victory of the MULYO pair. The psychological factor becomes the dominant
factor in determining choice by considering the prominence and party
identification towards PDIP with a coefficient of 0.029. Meanwhile, the
rational choice factor has a small influence on the selection of the regent
candidate.
Keywords: Voting Behavior, 2020
Local Election, Klaten.
PENDAHULUAN
Sejak tahun 2005, pemilihan kepala daerah dilakukan
secara langsung melalui Pilkada. Hal ini merupakan upaya untuk membangun desentralisasi dan otonomi daerah yang efektif melalui pemilihan umum yang bebas dan adil
Pilkada Klaten tahun 2020 merupakan salah satu pilkada yang diadakan secara serentak di Indonesia. Pada tahun 2020, sebanyak 270 daerah menyelenggarakan pemilihan kepala daerah serentak, dengan rincian sebagai berikut: Pilkada dilaksanakan pada 9 Desember 2020, di 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota
Dengan 26 kursi di DPRD, partai politik (parpol) PDIP dan Golkar
mengusung Sri Mulyani dan
Yoga Hardaya. Kemudian, dengan 13 kursi di DPRD, pasangan calon Satu Krisnata dan Muhammad Fajri diusung oleh Partai Demokrat, PKS, dan Gerindra. Lebih lanjut, pasangan Arif Budiyono dan Harjanta didukung oleh parpol PAN, PKB, PPP, dan Nasdem. Paslon tersebut diusung oleh parpol dengan jumlah kursi
di DPRD sebanyak 11 kursi.
Hasil Pilkada Kabupaten Klaten menunjukkan pasangan nomor urut satu, Sri Mulyani-Yoga Hardaya memperoleh suara terbanyak sehingga secara sah ditetapkan
sebagai Bupati-Wakil Bupati Klaten periode
2020-2025. Di hampir semua kecamatan, yakni 23 kecamatan, pasangan Sri Mulyani dan Yoga Hardaya mengungguli dua pasangan lainnya
Pilkada pada dasarnya adalah upaya untuk menentukan siapa saja yang akan memerintah untuk periode berikutnya
Perilaku memilih merupakan aktivitas warga negara berkaitan dengan partisipasi pemilih yang penggunaan hak politiknya dalam pemilu. Hal ini menarik untuk diteliti
karena perilaku pemilih dipengaruhi oleh perilaku pemilih yang erat kaitannya dengan bagaimana latar belakang masing-masing individu di masyarakat, baik secara kultural,
psikological, dan rasional.
Dengan kata lain, banyak faktor yang mempengaruhi pilihan
politik seseorang.
Studi tentang perilaku
pemilih sudah umum dilakukan di dunia Barat
(negara-negara Eropa dan Amerika Serikat),
tetapi masih belum banyak dilakukan
di Indonesia. Perilaku pemilih
dipahami lebih dari sekedar perilaku
logis individu
Perilaku individu, termasuk keputusan memilih dalam suatu pemilu,
harus dikaitkan dengan interaksi sosial yang terjadi di masyarakat agar dapat dipahami
Ada tiga cara untuk mempelajari perilaku pemilih yang sudah ada: pendekatan
sosiologis, psikologis, dan
rational choice. Perspektif sosiologislah
yang pertama kali berkembang
(dipelopori oleh para peneliti
dari Universitas Columbia, sehingga
sering disebut sekolah Columbia). Metode kedua adalah teknik psikologis
yang dipelopori oleh ilmuwan
Amerika yang merasa tidak puas dengan pendekatan
sosiologis.
Strategi terakhir yang berkembang
adalah pendekatan rational
choice, yang mengusulkan hukum
untung rugi bagi pemilih untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan politik
Pada penelitian sebelumnya
dalam bidang politik, terutama yang berkaitan dengan perilaku pemilih, telah memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana faktor sosial mempengaruhi
pilihan politik. Pendekatan sosiologis, yang diinisiasi di Eropa Barat di tahun 90-an, menekankan pada pemahaman struktur masyarakat dalam konteks hierarki sosial dan status. Para peneliti telah menyoroti bagaimana kesadaran individu terhadap status sosial mereka sendiri
berperan dalam membentuk preferensi politik mereka
Lebih lanjut, pendekatan ini mengkategorikan masyarakat ke dalam
berbagai kelompok berdasarkan karakteristik seperti gender, usia, dan afiliasi organisasi. Menurut Chandra dan Sirait
Selain itu, penelitian
oleh Mujani menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti pekerjaan, kelas sosial, agama, dan ideologi memiliki pengaruh signifikan dalam memilih partai
politik
Sebagai contoh, penggunaan pendidikan sebagai indikator memunculkan pertanyaan tentang validitas dan aplikabilitasnya lintas negara, mengingat perbedaan sistem pendidikan. Chandra menyoroti bagaimana pendekatan ini memerlukan kehati-hatian dalam interpretasi dan penerapan data, terutama ketika menganalisis perilaku pemilih secara komparatif antarnegara
Karena kelemahan metodologis
dalam pendekatan sosiologis, para ilmuwan politik di Amerika, menjadi tidak puas dengan
hal tersebut dan mengejar pendekatan lainnya
Aungust Campbell, bersama dengan
Gerard Urin dan Warren Miller, menulis
buku The Voter Putuskan
pada tahun 1954, yang merupakan
pelopor awal berdirinya mahzab ini
Meskipun mahzab ini sebelumnya hanya terbatas digunakan di Amerika Serikat, aliran ini pada kemudian hari secara luas
digunakan dalam penelitian perilaku pemilih di Eropa. Metode psikologis tampaknya melengkapi pendekatan sosiologis. Perbedaan utama antara keduanya
adalah bahwa pendekatan sosiologis menekankan pada proses eksternal individu (lingkungan di mana individu berada) dalam menentukan perilaku memilihnya (makro), sedangkan pendekatan psikologis menekankan pada proses internal dalam
diri individu dalam membuat keputusan
politik (mikro).
Bagaimana sikap tersebut tumbuh? Respon paling sederhana yang dapat dikemukakan adalah melalui pengalaman sosial individu, yang dimulai sejak masa kanak-kanak
Hal ini berkembang menjadi hubungan psikologis yang kuat antara individu dengan salah satu organisasi massa dan partai politik sebagai hasil dari
proses sosialisasi, dalam bentuk simpati kepada partai politik.
Identifikasi kepartaian adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan hubungan psikologis ini. Identifikasi partai digambarkan sebagai "rasa keterikatan individu pada partai politik" meskipun individu tersebut bukan anggota partai politik tersebut
Perasaan itu berkembang sejak kecil, dipengaruhi
oleh orang tua atau lingkungan keluarga. Apalagi bagi mereka
yang tidak tertarik dengan program partai, sosok pemimpin sangat penting. Sebagai komponen penting dalam paradigma pendekatan ini, identifikasi kepartaian digunakan. Kritik yang dilontarkan
terhadap metode ini adalah bahwa
metode ini terlalu menekankan pada aspek yang sangat kecil, menimbulkan pertanyaan apakah perilaku individu juga dapat dianggap sebagai cermin perilaku masyarakat.
Metode rational choice adalah teknik ketiga yang muncul kemudian. Teknik ini muncul sebagai hasil dari para ilmuwan yang mempelajari ketidakpuasan perilaku memilih dengan dua pendekatan sebelumnya. Metode ini menggunakan perspektif ekonomi dan sering disebut sebagai pendekatan rasional. Teori ini berasumsi bahwa perilaku pemilih terhadap partai politik tertentu didasarkan pada perhitungan berdasarkan prinsip untung-rugi
Pemilih yang rasional akan mendukung
partai politik yang paling mungkin untuk dapat mewujudkan tujuan politik pemilih. Teori ini mengasumsikan bahwa pemilih tahu
persis apa kepentingan mereka, kemudian menganalisis berbagai alternatif yang tersedia berdasarkan partai mana yang paling dapat mengakomodasi kepentingan mereka, dan kemudian memilih partai atau kandidat yang paling sesuai dengan kebutuhan
mereka.
Dari penjelasan yang diberikan,
penelitian ini menyoroti perilaku pemilih di Pilkada Kabupaten Klaten 2020, dengan fokus pada tiga pendekatan utama: Sosiologis, Psikologis, dan Pilihan Rasional. Penelitian ini sangat relevan mengingat konteks unik Klaten, yang memiliki sejarah panjang sebagai basis kuat dari salah satu partai politik.
Kondisi ini membuat Klaten menjadi kasus yang menarik untuk diteliti,
terutama dalam konteks politik dan sosial.
Pendekatan Sosiologis ini mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor sosial, seperti identitas komunal, afiliasi kepartaian, dan dinamika sosial berpengaruh terhadap pilihan pemilih. Klaten, dengan tradisinya sebagai "kandang" partai politik tertentu, memberikan latar belakang yang kaya untuk memahami pengaruh sosial dalam pemilihan. Sedangkan pendekatan Psikologis lebih berfokus pada aspek-aspek psikologis pemilih, seperti persepsi, keyakinan, dan sikap individu yang mempengaruhi keputusan pemilihannya.
Di Klaten, faktor ini bisa sangat berpengaruh mengingat latar belakang historis kepemimpinan dan identifikasi kepartaian yang kuat, serta dampak
dari kepemimpinan dinasti pasangan suami-istri selama 20 tahun. Untuk Pilihan
Rasional, pendekatan ini menilai bagaimana
pemilih membuat keputusan berdasarkan kalkulasi manfaat dan kerugian. Dalam konteks Klaten, hal ini
bisa mencakup evaluasi pemilih terhadap kinerja pemerintahan sebelumnya, janji kampanye, dan potensi kebijakan dari kandidat.
Penelitian di Kecamatan Trucuk,
dengan Daftar Pemilih Tetap
(DPT) terbesarnya, memberikan
sampel yang representatif untuk mengkaji faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pilihan pemilih. Peneliti kemungkinan berusaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor spesifik, seperti dampak dari kekuatan tradisional
partai politik, keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan sebelumnya, dan dinamika sosial ekonomi pemilih, yang semuanya berkontribusi terhadap perilaku memilih dalam Pilkada Klaten
2020. Dengan membandingkan pengaruh dari ketiga
pendekatan ini, peneliti dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mana yang
paling dominan dalam konteks pemilihan lokal di Klaten.
METODE
Studi ini dilakukan dengan
menggunakan mix-method, kuantitatif-kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode penelitian survei. Metode penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi
dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok. Penggunakan
metode survei pada penelitian ini dimungkinkan karena metode survei memungkinkan
kita mendapatkan data dengan tetap menghemat
waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan. Sedangkan untuk pendekatan kualitatif, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang ditemui.
Fokus penelitian diadakan di Kecamatan Trucuk karena memiliki DPT terbesar di antara kecamatan-kecamatan yang ada di Klaten dengan jumlah
59.936 pemilih. Alasan lain pemilihan
Kecamatan Trucuk ini juga karena mewakili karakter memilih pemilih di Kabupaten Klaten di mana Kecamatan ini terdapat
penduduk dengan berbagai macam latar belakang pekerjaan, pendidikan, agama, jenis kelamin.
Dalam menentukan jumlah sampel untuk penelitian
ini peneliti menggunakan rumus Slovin, yaitu�����������
𝑛=N 1+n𝑒2
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (error
tolerance) yang diinginkan, yaitu
sebesar 5% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
𝑁 = ���������������� 59.936������������
1 + (59.936.0,052)
𝑁 = ���� �59.936�����������
1+149,84
𝑁 = 397,34
N = dibulatkan menjadi 397
Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka semua konsep
dan variabel yang digunakan
dalam studi ini harus didefinisikan
dan dioperasionalisasikan secara
jelas. Pengukuran variabel dalam penelitian ini sebagian besar mengadopsi instrumen penelitian yang pernah dipakai oleh Mujani et all (2012)
untuk mengukur adanya partisipasi politik, pilihan politik, serta pengukuran variabel lainnya dengan beberapa perubahan. Meskipun demikian, modifikasi dan penambahan beberapa pertanyaan juga dilakukan agar bisa menjawab semua pertanyaan penelitian.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi
masyarakat Klaten di Kecamatan trucuk pada pilkada 2020, diperoleh dari hasil penelitian melalui kuesioner dengan jawaban responden terhadap keputusan mereka dalam memilih
kandidat yang dilihat dari beberapa indicator yang mempengaruhinya.
Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen yang diduga mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Klaten. Tiga variabel independen ini adalah; pendekatan sosiologis, psikologis,
dan rational choice. Pendekatan sosiologis
mencakup faktor sosial budaya seperti
agama, suku, budaya setempat, gender, pendidikan, pekerjaan, kelas di masyarakat, dll. Sedangkan pendekatan psikologis meliputi faktor ketokohan, identitas kepartaian, dan sosialisasi partai politik. Lalu untuk pendekatan rational choice mencakup
program kerja calon bupati.
Data yang diperoleh dari hasil survei ini
diolah dan digunakan untuk menganalisa perilaku pemilih masyarakat Klaten pada pilkada 2020. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 26.0 dengan metode analisis regresi linear berganda, yaitu hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2,....Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui
arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai independen mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = a +
b1X1 + b2X2 + .... + bnXn+e
Keterangan:
Y = variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2 =
variabel independen
a = konstanta (nilai Y� apabila X1, X2......Xn = 0)
b = koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
e = standar error
Uji Hipotesis
Ho1: Faktor sosiologis, psikologis, dan
rational choice tidak berpengaruh
terhadap pilihan kandidat bupati dan wakil bupati klaten pada pilkada 2020.
Ha1: Faktor sosiologis, psikologis, dan
rational choice berpengaruh terhadap
pilihan kandidat bupati dan wakil bupati klaten pada pilkada 2020.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Pilkada Klaten merupakan salah satu pilkada yang diadakan secara bersama-sama di seluruh Indonesia, serentak bersama dengan pilkada di 270 daerah pada tanggal
09 Desember 2020. Pilkada ini diikuti oleh tiga calon, yaitu pasangan
Sri Mulyani - Yoga Hardaya atau disingkat (MULYO), pasangan One Krisnata - Muhammad Fajri (ORI), dan pasangan Arif Budiyono - Harjanta (ABY-HJT). Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ini merupakan
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Kabupaten
Klaten. Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Klaten Tahun 2020 sebesar 961.070, jumlah pemilih laki-laki sebesar 473.384 dan jumlah pemilih perempuan sebanyak 487.686 pemilih
Dengan pemilu ini, cita-cita
demokrasi dapat dilaksanakan sesuai dengan amanat yang diberikan dalam Pancasila dan UUD
1945. Dengan pilkada, diharapkan masyarakat daerah mendapatkan kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah
Fokus penelitian diadakan di Kecamatan Trucuk karena mewakili karakter masyarakat di Kabupaten Klaten di mana Kecamatan ini terdapat
penduduk dengan berbagai macam latar belakang pekerjaan, pendidikan, agama, jenis kelamin. Selain itu, Trucuk memiliki DPT terbesar di antara kecamatan-kecamatan yang ada di Klaten. Untuk jumlah daftar pemilih tetap (DPT), terdapat 59.936 pemilih, terdiri dari 29.826 pemilih laki-laki dan 30.110 perempuan
Sebelum memasuki pembahasan,
penulis akan mendeskripsikan responden penelitian yang ditujukan untuk memberikan gambaran awal tentang
karakteristik responden
yang dijadikan sampel penelitian.
Tabel 1 Profil responden menurut beberapa variabel pada Pilkada Klaten 2020 (n = 397)
Variabel |
Kategori |
Persentase |
Jenis kelamin |
Total |
100 |
|
Laki-laki |
62.21 |
|
Perempuan |
37.79 |
Umur |
Total |
100 |
|
20-29 |
20.15 |
|
30-39 |
25.18 |
|
40-49 |
23.92 |
|
50-59 |
20.45 |
|
60 tahun
ke atas |
10.3 |
Agama |
Total |
100 |
|
Islam |
69.97 |
|
Kristen |
14.6 |
|
Katholik |
11.83 |
|
Hindu |
3.6 |
|
Buddha |
- |
|
Konghuchu |
- |
|
Dll |
- |
Pendidikan |
Total |
100 |
|
SD/Sederajat |
25.44 |
|
SMP/Sederajat |
27.98 |
|
SMA/Sederajat |
37.78 |
|
Perguruan Tinggi |
8.8 |
Pendapatan |
Total |
100 |
|
Kurang dari 1.000.000 |
34 |
|
1.000.000 � 2.000.000 |
25.18 |
|
2.000.000 � 3.000.000 |
25.42 |
|
Di atas
3.000.000 |
15.4 |
Pekerjaan |
Total |
100 |
|
Petani |
31.48 |
|
Pedagang |
9.29 |
|
Buruh |
51.63 |
|
Pengusaha |
2.51 |
|
PNS |
1.09 |
|
Dll |
4 |
Secara umum, profil responden yang menjadi
sampel penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 1 di atas. Dari 397 responden
yang diwawancara, sebanyak 62.21 persen
(247 orang) adalah
laki-laki dan 37.79
persen (150
orang) adalah perempuan.
Tingkat umur responden juga
cukup bervariasi, namun dari tabel
di atas, dapat dilihat bahwa pemilih yang berada
di Kecamatan Trucuk, Klaten didominasi oleh mereka yang berumur antara 30-39 tahun dan 40-49 tahun. Persentase pemilih
yang berada pada kelompok umur tersebut ada
sebanyak 25.18 persen dan 23.92 persen.
Sementara itu, persentase terkecil dari pemilih yang menggunakan hak suaranya berdasarkan variable umur adalah mereka
yang berusia di atas 60 tahun, yakni sebesar
10,3 persen.
Sementara itu, jika dilihat
dari segi agama yang dianut, sebagian besar responden adalah beragama Islam, yakni sebesar 69.97 persen. Diikuti kemudian oleh penganut Kristen, Katholik dan Hindu. Sedangkan untuk tingkat pendidikan
responden, menunjukkan bahwa tamatan SMA mendominasi dengan 37.78 persen. Diikuti oleh tingkat pendidikan SMP dengan
27.98 persen dan tamatan
SD sebesar 25,44 persen.
Berlanjut ke penghasilan, sebagaian besar responden pada umumnya berpenghasilan di bawah Rp
1.000.000 yakni mencapai 34
persen dari total responden. Sedangkan responden yang berpenghasilan di atas 3 juta hanya
sedikit, yakni 15.4 persen. Tingkat penghasilan yang bisa dikatakan cukup rendah ini
dipengaruhi oleh corak mata pencaharian masyarakat Klaten, terutama Kecamatan Trucuk yang masih bersifat agraris. Dapat di lihat pada table di atas, terdapat sekitar 31.48 persen dari responden
yang bekerja pada sektor pertanian. Ini merupakan profesi terbesar kedua setelah buruh
yang mecapai 51.63 persen.
Demikianlah sekilas mengenai profil singkat responden yang menggunakan hak pilihnya di pilkada Klaten 2020 di Kecamatan Trucuk. Pendidikan dapat dikatakan masih rendah dengan
didominasi lulusan SMA sederajat ke bawah.
Kemiskinan juga masih mendominasi dengan jumlah penghasilan yang masih banyak di bawah UMR dan banyak responden yang masih bekerja pada sektor informal maupun sektor yang rentan akan pemecatan.
Meskipun begitu, biaya hidup di Klaten terbilang relative murah, sehingga penghasilan tersebut masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Tabel 2 Analisis Regresi
Linear Berganda
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std.
Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
79.530 |
3.793 |
|
20.969 |
.000 |
Pendekatan Sosiologis (X1) |
.074 |
.028 |
.134 |
2.640 |
.009 |
|
Pendekatan Psikologis (X2) |
.059 |
.027 |
.110 |
2.189 |
.029 |
|
Pendekatan
Rational choice (X3) |
.089 |
.028 |
.158 |
3.198 |
.001 |
|
a. Dependent Variable: Perilaku memilih (Y) |
Berdasarkan data diatas maka dapat dikatakan
persamaan regresi linier berganda adalah:
Y= 79.530 + 0,074 X1 + 0,059 X2 + 0,089 X3 + e
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan
regresi yang bisa dibentuk dari pengaruh
antara variabel pendekatan sosiologis, psikologis, dan rational choice secara
analisis terhadap Keputusan
dalam memilih kandidat dalam pilkada Klaten 2020 (perilaku memilih) adalah sebagai berikut:
1.
Nilai konstanta sebesar
79.530 menunjukan bahwa jika tidak ada
variable independen (sosiologis,
psikologis, rasional) maka, variabel dependen (perilaku pemilih) adalah negatif.
2.
Koefisien regresi variabel pendekatan kebudayaan (𝑋1) sebesar 0,074 menyatakan
bahwa setiap penambahan satu nilai dari variabel
(𝑋1) akan memberikan kenaikan skor sebesar
0,074.
3.
Koefisien regresi variabel pendekatan psikologis (𝑋2) sebesar 0,059 menyatakan
bahwa setiap penambahan satu nilai dari variabel
(𝑋2) akan memberikan kenaikan skor sebesar
0,059.
4.
Koefisien regresi variabel pendekatan rational choice (𝑋3) sebesar 0,089 menyatakan bahwa setiap penambahan
satu nilai dari variabel (𝑋3) akan memberikan kenaikan skor sebesar
0,089.
Dari uraian
model regresi berganda menunjukkan bahwa, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan rasional memiliki nilai positif artinya terjadi tingkat kepuasan pemilih disebabkan oleh variabel bebas di mana yang paling berpengaruh
adalah pendekatan psikologis dengan koefisien 0,029.
Table 2 Uji F
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
4391.698 |
3 |
1463.899 |
10.360 |
.000b |
Residual |
55529.819 |
393 |
141.297 |
|
|
|
Total |
59921.516 |
396 |
|
|
|
|
a.
Dependent Variable: Perilaku Memilih |
||||||
b.
Predictors: (Constant), Pendekatan Rational Choice
(X3), Pendekatan Psikologis
(X2), Pendekatan Sosiologis
(X1) |
Uji
F atau anova test digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama sama (simultan) terhadap variabel terikat. Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa F-hitung sebesar
10,360. Sehingga
dengan membandingkan antara F-hitung dan F-tabel, maka didapatkan
nilai F-hitung lebih besar dari
F-tabel (10,360 > 2,62).
Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel bebas secara simultan
berpengaruh terhadap variabel terikat.
PEMBAHASAN
Pendekatan Sosiologis
Hasil analisis
regresi berganda di atas menunjukan tingkat signifikasi pendekatan sosiologis berada pada angka 0.009. Nilai tersebut lebih kecil dari yang ditetapkan yaitu α = 0.05, jadi dapat disimpulkan
bahwa hipotesis dari pendekatan sosiologis memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan dalam memilih kandidat calon bupati. Hal ini berarti variabel
pendekatan sosiologis secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku memilih dalam pilkada Klaten
2020.
Lebih lanjut
lagi dalam penelusuran penulis, beberapa masyarakat perempuan di Kecamatan Trucuk mengindikasikan bahwa mereka memilih
duet Sri Mulyani - Yoga Hardaya
karena calonnya adalah perempuan (pemilihan berdasarkan gender)
yang dianggap mampu menyalurkan aspirasi kaumnya. Sebagai sesama wanita, mereka menilai bahwa Sri Mulyani dapat mengangkat isu-isu wanita yang masih menjadi pekerjaan
rumah bagi pemerintah Klaten. Beberapa isu
seperti pernikahan dini, gizi ibu
hamil, melahirkan, dan menyusui diharapkan menjadi perhatian pemerintah rezim terpilih pada nantinya.
Selanjutnya, alasan yang masuk
ke dalam pendekatan sosiologis dalam pemilihan calon adalah tentang agama. Aspek agama juga menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan pemilih dalam mengambil
keputusan. Pendekatan sosiologis dalam hal ini
ikatan agama, turut mempengaruhi keputusan memilih dalam pemilu.
Orientasi keagamaan seseorang dipilih untuk melihat apakah
ada pola dukungan terhadap partai politik berdasarkan kesamaan orientasi keagamaan responden. Salah satu dasar dalam menafsirkan
perilaku pemilih berdasarkan aktivitas keagamaan adalah menggunakan tipologi keagamaan masyarakat Jawa dari Clifford Geertz yang membagi
keagamaan masyarakat Jawa menjadi tiga, yaitu
priyayi, abangan, dan santri.
Dalam penjelasannya, kaum abangan lebih cenderung memilih partai sekuler dan nasionalis. Beberapa antropolog, termasuk Geertz, merasa bahwa mayoritas
orang Jawa adalah kaum abangan
Masyarakat
Klaten dapat dikategorikan sebagai masyarakat abangan jika dilihat dari sudut
pandang aliran Geertz. Hal ini terlihat dari kemenangan
partai-partai nasionalis dalam pemilihan umum yang terjadi sepanjang sejarah, dari masa orde lama hingga masa pasca reformasi. Pemilih PDI Klaten telah menunjukkan pola perilaku yang konsisten dalam pemilu yang diadakan sebelum reformasi, sesuai dengan tren sejarah.
Hasil penelitian membuktikan
responden yang tergolong Muslim abangan lebih
memilih PDIP sebagai
partai pengusung Sri Mulyani dan Yoga Hardaya. Begitu pula yang beragama
Kristen, Katholik, Hindu dan penganut
aliran kepercayaan lainnya menunjukkan bahwa mereka lebih
condong untuk memilih partai ini. Adapun pemilih PDIP yang beragama selain Islam dapat dipahami mengapa mereka memilih partai ini karena pada masa orde baru, PDI merupakan partai peleburan atau gabungan dari partai-partai
bercorak nasionalis dan partai-partai keagamaan Kristen maupun Katholik.
Pendekatan psikologis
Hasil analisis
regresi menunjukan tingkat signifikasi pendekatan psikologis berada pada angka 0.029. Nilai tersebut lebih kecil dari yang ditetapkan yaitu α = 0.05, jadi dapat disimpulkan
bahwa hipotesis dari pendekatan psikologis memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan memilih kandidat calon bupati. Hal ini berarti variabel pendekatan Psikologis secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku memilih dalam pilkada Klaten
2020.
Pendekatan ini percaya bahwa
apa yang disebut �agen� sosialisasi politik, seperti orang tua, teman bermain,
media massa, lembaga pendidikan, tempat kerja, partai politik,
dan sebagainya, berperan penting dalam membentuk
sikap dan orientasi politik seseorang, karena institusi memainkan peran penting dalam menanamkan
nilai-nilai politik. Proses
ini menghasilkan ikatan psikologis yang kuat yang dikenal sebagai identifikasi kepartaian
Responden di Kecamatan Trucuk menunjukkan bahwa mereka memilih berdasarkan preferensi dan keterikatan emosional mereka dengan partai
pendukung kandidat. Basis politik seseorang ditentukan oleh afiliasinya dengan satu partai. Fungsi
sosialisasi politik partai secara terbuka
akan membentuk sistem kepercayaan politik seseorang. Identifikasi ini dapat berdampak
langsung pada pilihan seseorang. Partai yang secara emosional terhubung dengan seseorang atau masyarakat
selalu dipilih tanpa memperhatikan
kriteria lain.
Hal ini
merupakan wujud dari sosialisasi politik yang dibina dari orang tua, organisasi sosial kemasyarakatan, hingga
partai itu sendiri. Sosialisasi ini berkaitan dengan
nilai dan norma yang diturunkan
oleh orang tua ataupun organisasi sosial kemasyarakatan sebagai bentuk penurunan dan penanaman kepada generasi baru. Sosialisasi yang dilakukan partai politik secara terus menerus
mengakibatkan identitas partai menjadi kuat di kalangan masyarakat Klaten. Hal ini kemudian mengakibatkan
penanaman identifikasi partai menjadi kuat dalam lingkungan
keluarga dan sosial
kemasyarakatan.
Partai yang mendukung pasangan
pemenang (MULYO), khususnya
PDIP, merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari alasan warga
dalam pemilu. Sosialisasi partai politik selalu menghasilkan identitas kepartaian yang kuat di kalangan penduduk Klaten, tidak terkecuali
yang dilakukan oleh PDIP di daerah
ini. Hal ini menyebabkan pembentukan afiliasi partai yang kuat dalam keluarga
dan jaringan sosial turun temurun yang telah berlangsung dari jaman orde
lama.
Klaten sudah lama berada
di bawah kendali PDIP, bukan hanya karena
sejak lama menjadi basis konstituen PDIP, tetapi juga karena daerah ini
secara tradisional mewarisi ideologi marhaenisme dan nasionalisme yang
dibawa oleh PDIP dari PNI
Dalam penelitian
ini, mayoritas responden bekerja sebagai buruh upahan,
pegawai swasta, atau ibu rumah
tangga, dengan pendapatan rata-rata 1.000.000an rupiah. Dengan tingkat pendapatan yang cukup rendah, wajar jika
responden memiliki sense of
belonging dengan partai politik atau caleg
yang mempromosikan diri selalu memperjuangkan nasib wong cilik
menjadi lebih baik dari. Salah satu alasan keterikatan
mereka dengan PDIP adalah karena PDIP dianggap sebagai partai rakyat kecil yang seharusnya menyampaikan cita-citanya. Slogan sebagai partai wong cilik
masih melekat kuat di benak responden
khususnya, dan masyarakat Klaten pada umumnya.
Pendekatan Rational Choice
Hasil analisis
regresi menunjukan tingkat signifikasi pendekatan rational choice berada
pada angka 0.001. Nilai tersebut
lebih kecil dari yang ditetapkan yaitu α = 0.05, jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari pendekatan rational choice memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan memilih kandidat calon bupati. Hal ini berarti variabel
pendekatan rational choice secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku memilih dalam pilkada
Klaten 2020.
Salah satu faktor yang ditekankan dalam pendekatan
ini adalah apa yang akan diterima
pemilih jika mereka memilih salah satu kandidat. Metode pilihan rasional ini mencoba menjelaskan
mengapa sikap pemilih terhadap calon dalam pilkada didasarkan pada perhitungan tentang keuntungan apa yang diterima ketika seseorang mengambil keputusan
Kemenangan Sri Mulyani - Yoga Hardaya juga tidak lepas dari pertimbangan kapasitas dari
kandidat. Pemahaman ini berangkat dari
asumsi bahwa pertimbangan-pertimbangan rasional,
seperti pertimbangan
program partai atau kesesuaian aspirasi memberi sumbangan besar bagi penentuan
pilihan pemilih. Pilihan terhadap kandidat tersebut dipengaruhi oleh isu-isu yang diperjuangkan kandidat
Apabila pemilih telah mampu
menganalisa dan mengevaluasi
isu-isu yang berkembang dan
mendasarkan pilihannya pada
Partai atau calon mana yang dianggap paling mampu mengatasi tersebut, maka sedikit banyak pemilih tersebut telah masuk ke
dalam kelompok pemilih rasional. Dalam penelitian ini,
penggunaan rational choice dapat
dikatakan masih rendah karena mayoritas
responden menilai dan mengetahui ketokohan kandidat tersebut sebatas dipermukaan dan latar belakang sebagai incumbent saja. Hanya sedikit yang mengetahui dan memilih berdasarkan visi misi dan perjuangan
apa yang dibawa.
Kesimpulan
Perilaku memilih dalam memilih
calon kepala daerah yang mengikuti pilkada Klaten 2020 ini disebabkan oleh beberapa faktor. Secara umum, pendekatan psikologis masih menjadi faktor
yang dominan dalam membentuk perilaku memilih pada pilkada Klaten dengan menunjukan
tingkat signifikasi pendekatan psikologis berada pada angka 0.029. Pengaruh ketokohan dan kepemimpinan yang kuat seperti sosok Megawati dan Joko
Widodo, hingga sampai pada tokoh proklamasi Sukarno, sangat mempengaruhi pilihan masyarakat.
Serta identitas
kepartaian dengan PDIP yang
melekat, berpengaruh besar dalam menentukan
pilihan warga masyarakat dalam pemilu untuk memilih
pasangan yang diusung partai ini, yaitu
pasangan Sri Mulyani dan
Yoga Hardaya. Hal ini kemudian menjadi bukti bahwa pola
perilaku pemilih di Klaten masih sangat dipengaruhi oleh pertimbangan
yang bersifat psikologis
yang terpupuk sejak lama. Sebagai kandang dari banteng semenjak
sekian puluhan tahun, identifikasi diri dengan PDIP telah melekat erat
dan masuk ke dalam alam pikiran
sebagian masyarakat Klaten.
Kemudian ada faktor sosiologis yang memiliki pengaruh
yang besar setelah faktor psikologis. Faktor ini tidak dapat dipisahkan karena adat dan budaya masyarakat jawa yang masih menjunjung tinggi norma dan nilai kekeluargaan yang ada di dalam masyarakat.
Karena persamaan agama, suku,
gender, hingga disebut sebagai tokoh lokal
yang berpengaruh dan putra asli Klaten (Sri Mulyani merupakan istri Sunarna, mantan Bupati Klaten
yang menjabat dua periode dari 2005-2015), merupakan faktor yang ikut mempengaruhi pemilih dalam memilih kandidat.
Sedangkan pertimbangan
yang bersifat rasional, kalaupun ada, pengaruhnya
masih kalah dengan pertimbangan ketokohan dan identitas kepartaian dan faktor suku, agama, dan ras.
Referensi:
Blaydes, L., &
Lo, J. (2012). One man, one vote, one time? A model of democratization in the
Middle East. Journal of Theoretical Politics, 24(1).
https://doi.org/10.1177/0951629811423121
Budiyanto, A. (2020).
Abstentions Phenomenon ( Golput ) of Local
Elections. Jurnal Bina Praja,
12(2), 203�212.
Chandra, A.
(2016). Pemetaan Sosiologis
Perilaku Memilih di Nusa
Tenggara Barat. Jurnal Transformative,
2(1).
Ferdian, F., Asrinaldi, A., & Syahrizal,
S. (2019). PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT, MALPRAKTIK PEMILU DAN PELANGGARAN
PEMILU. NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 6(1).
https://doi.org/10.31604/jips.v6i1.2019.20-31
Fujilestari, N. A. (2019).
KAPITAL POLITIK DALAM KONTESTASI MEMPEREBUTKAN KEKUASAAN (STUDY KASUS
PEMENANGAN PASANGAN SRI HARTINI � SRI MULYANI DALAM PILKADA KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2015). Jurnal Caraka Prabu, 3(1).
https://doi.org/10.36859/jcp.v3i1.339
Garzia, D., &
Ferreira da Silva, F. (2021). Negativity and Political Behavior:
A Theoretical Framework for the Analysis of Negative Voting in Contemporary
Democracies. In Political Studies Review.
https://doi.org/10.1177/14789299211000187
Hechter, M., &
Kanazawa, S. (2019). Sociological rational choice theory. In Rational
Choice Sociology: Essays on Theory, Collective Action and Social Order.
https://doi.org/10.4337/9781789903256.00007
Herfeld, C. (2020). The
Diversity of Rational Choice Theory: A Review Note. Topoi,
39(2). https://doi.org/10.1007/s11245-018-9588-7
Houghton, D. P.
(2021). The Psychology of Voting Behavior. In Political
Psychology. https://doi.org/10.4324/9780203889114-18
Jonsa, A. (2018). QUO
VADIS RASIONAL CHOICE DALAM PILKADA ACEH BARAT MENUJU 2017. Jurnal Public Policy, 2(1).
https://doi.org/10.35308/jpp.v2i1.687
Kelliher, C.,
Isra, S., Yuliandri, Daulay,
Z., Tegnan, H., & Amsari, F. (2019).
Unconstitutional authority of Indonesia�s constitutional court: The resolution
of pilkada result disputes. Election Law Journal:
Rules, Politics, and Policy, 18(3), 297�308.
https://doi.org/10.1089/elj.2018.0535
Khairi, H. (2020).
Local Elections (Pilkada): Money Politics and Cukong Democracy. Jurnal
Bina Praja, 12(2).
https://doi.org/10.21787/jbp.12.2020.249-260
Kovalcsik, T.,
& Nzimande, N. P. (2019). Theories of the voting behaviour in the context
of electoral and urban geography. Belvedere Meridionale,
31(4). https://doi.org/10.14232/belv.2019.4.15
Lee, I. C., Chen,
E. E., Yen, N. S., Tsai, C. H., & Cheng, H. P. (2017). Are we rational or
not? The exploration of voter choices during the 2016 presidential and
legislative elections in Taiwan. Frontiers in Psychology, 8(OCT).
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.01762
Maley, M. (2003).
Transplanting Election Regulation. Election Law Journal: Rules, Politics,
and Policy, 2(4), 479�497.
https://doi.org/10.1089/153312903322483191
Mohanachandran, D. K., & Govindarajo, N. S. (2020). Theory of reasoned action and
citizen�s voting behaviour. Pertanika
Journal of Social Sciences and Humanities, 28(1).
Mujani, S. (2020).
Religion and Voting Behavior Evidence from the 2017
Jakarta Gubernatorial Election. Al-Jami�ah, 58(2).
https://doi.org/10.14421/ajis.2020.582.419-450
Sindermann, C., Elhai, J.
D., Moshagen, M., & Montag, C. (2020). Age,
gender, personality, ideological attitudes and individual differences in a
person�s news spectrum: how many and who might be prone to �filter bubbles�
and �echo chambers� online? Heliyon, 6(1).
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e03214
Sirait, F. E. T. (2020).
Ujaran Kebencian, Hoax dan
Perilaku Memilih (Studi Kasus pada Pemilihan Presiden 2019 di Indonesia). Jurnal
Penelitian Politik, 16(2).
https://doi.org/10.14203/jpp.v16i2.806
Tago, M. Z.
(2017). AGAMA DAN INTEGRASI SOSIAL DALAM PEMIKIRAN CLIFFORD GEERTZ. KALAM,
7(1). https://doi.org/10.24042/klm.v7i1.377
Tokan, F. B. (2019). Analisis perilaku memilih pada Pilkada Kota Kupang Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 4(1).
https://doi.org/10.14710/jiip.v4i1.4749
Utami, B. H. S., Herinanto, D., Gumanti, M.,
& Purwanto, B. (2020). Money Politics vs Political Marketing. Jurnal Bina Praja,
12(2), 125�136.
Wogu, I., Sholarin, M., Olu-Owolabi, F., ADEGBUYI, O., Agoha, B., & Elegbeleye, A.
(2015). POLITICAL BEHAVIOUR & PARTY POLITICS IN A DEMOCRACY: A COMPARATIVE
ANALYSIS OF GHANA & NIGERIA. Wulfenia
Journal Klagenfurt, Austria, 22(3).
Wright, J. D.,
Granberg, D., & Holmberg, S. (1989). The Political System Matters: Social
Psychology and Voting Behavior in Sweden and the
United States. Contemporary Sociology, 18(5).
https://doi.org/10.2307/2073320
Yustiningrum, Emilia, R., Ichwanuddin, & Wawan.
(2015). Partisipasi Politik
dan Perilaku Memilih pada Pemilu 2014. Jurnal Penelitian Politik. Jurnal Penelitian Politik, 12(1).
Copyright
holders: Tedi Gunawan (2023) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |