Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 1
No. 4 Agustus 2020 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PERBAIKAN TATA LETAK LINI PRODUKSI MENGGUNAKAN U-SHAPED LINE
KONSEP, UNTUK MEMINIMALKAN WASTE DAN MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS DI PT OPQ
Lia Anjela dan Setyo Riyanto
Universitas Mercu
Buana Jakarta, Indonesia
Email:� [email protected]; [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 17 Juli 2020 Diterima dalam bentuk revisi 10
Agustus 2020 Diterima dalam bentuk revisi |
PT OPQ Indonesia merupakan industri manufactur multinational yang bergerk
di bidang elektronika. Uniknya adalah PT OPQ memiliki 2 factory besar dengan
penerapan sistem produksi yang berbeda karena disesuaikan dengan jumlah
permintaan yang berbeda. Factory A menerapkan sistem� LMHV (Low-Mix-High-Volume)
dan Factory B menerapkan sistem� HMLV (High-Mix-Low-Volume). Perbedaan
sistem produksi ini juga berpengaruh pada Layout
atau tata letak produksi yang digunakan. Factory
A menggunakan Straight Line Concept
dan Factory B menggunakan U-Shaped
Line Concept. Penulis hanya berfokus pada factory B karena merupakan factory
baru yang masih membutuhkan banyak perbaikan. Layout yang salah akan menimbulkan banyak waste yang menyebabkan
hasil produksi tidak optimal. Dengan sistem HMLV (High-Mix-Low-Volume), factory B menerapkan U-Shaped Line Concept agar bisa
memaksimalkan fasilitas, minimal waste, dan mempercepat lead time. Metode yang
digunakan adalah pengambilan data kualitatif untuk menghitung jumlah WIP
didalam lini & kuantitatif data untuk mengetahui area yang perlu
diperbaiki secara ergonomic. Dengan konsep ini mereka bisa membuat area kerja
lebih nyaman, menghilangkan inventory semi produk di setiap sub line, mengurangi
lead time produk dari 3 hari menjadi 1 hari, dan bisa mengurangi manpower dari
21 menjadi 18 orang, meningkatkan produktifitas dan saving cost. |
Kata kunci: HMLV, U-Shaped Line, Workplace &
Productivity up |
Pendahuluan
Persaingan
bisnis di era milenial ini menuntut sektor industri terutama manufaktur untuk
selalu bisa memikirkan inovasi dan strategi baru agar tetap bisa lebih
competitive dibandingkan dengan competitornya. Manurut (Kov�cs, 2019) Facility
layout design is one of the most important and frequentlyused efficiency
improvement methods, since it can leadto significant reduction in the
operational costs of companies.Perusahaan harus bisa melakukan
perbaikan yang berkelanjutan agar proses produksi lebih efektif dan efisien. Tata
letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industry (Yunanto,
Donoriyanto, & Tranggono, 2020).
Salah satu cara meningkatkan produktifitas selain melakukan innovasi
teknologi� adalah mereka harus bisa
menghilangkan 7 Waste yang ada di dalam proses produksi, ini merupakan hal
basic yang harus mereka lakukan. Waste is all activities that have non-value
added, �(Maulana, Herlina, & Kurniawan, 2016). Sedangkan menurut (Zakaria, Mohamed, Ab Rahid, & Rose, 2017) seven types of waste targeted which is product
defects, waiting
time, processing waste, overproduction, motion waste, inventory, and
transportation.
PT PQS
adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi komponen elektronika. Dalam
proses produksinya mereka memiliki 2 sistem yang berbeda antara factory satu
dan lainnya. Fctory A menggunakan straight
line concept & factory B
menggunakan U-Shaped line concept.
Hal ini karena jenis produk, jumlah variasi produk dan demand produk yang
sangat jauh berbeda. Namun penulis hanya akan berfokus pada U-Shaped line concept yang berada di
factory B, karena ini adalah factory baru yang masih perlu banyak perbaikan di
dalamnya. Terdapat beberapa line
yang memiliki banyak sub-linenya, salah satunya adalah HXXR Line. Aliran material biasanya mencerminkan tulang
punggung suatu fasilitas yang produktif dan harus direncanakan seksama dan
dicegah perkembangannya kearah pola aliran yang tidak teratur (Dharsono, 2016).
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan adalah pendekatan data
kuantitatif untuk megetahui berapa banyak overstock product (produk stock)
setelah proses laser marking dan front assy, berapa jauh jarak yang harus di
tempuh setiap hari dengan menggunakan tata letak proses yang lama. Kualitatif
data digunakan untuk membantu menganalisa proses apa saja yang dilakukan oleh
control staff dan seberapa nyaman mereka dengan layout yang lama, serta harapan
mereka agak kedepan pekerjaannya lebih nyaman.
HXXR adalah
salah satu type dengan demand terbanyak di PT OPQ. Namun line ini memiliki
kelemahan pada bentuk layout yang terlalu banyak cabang. HXXR
terdiri dari 4 sub-line yang terpisah. Sub-Preparation, Sub-Laser Marking,
Sub-Front Assy & Sub-Main Assy. Kelemahan dari layout U-Shaped ini jika terlalu bnyak cabang adalah akan memakan
banyak area, menimbulkan banyak inventory semi produk stok, dan lead time
product pun menjadi lebih lama.
Pada dasarnya, salah satu tujuan
desain tata letak adalah untuk mengembangkan tata letak yang ekonomis yang
dapat membantu pencapaian keempat hal tersebut dengan tetap memenuhi kebutuhan
perusahaan untuk beropeasi secara efektif, efisien, ekonomis dan produktif (Haming, 2018). (Prasetya &
Noya, 2016) dalam salah satu junalnya menegaskan
bahwa, jika waktu produksi sesuai dengan takt
time,maka inventory dapat direduksi. Menurut (Arif M, 2017) salah satu dari manfaat perancangan tata letak fasilitas adalah mengurangi
investasi peralatan, penggunaan ruang lebih efektif, men-jaga� perputaran�
barang� setengah� jadi�
menjadi� lebih� baik, menjaga�
fleksibilitas� susunan mesin� dan� peralatan,� memberi�
kemudahan,� keamanan� dan�
kenyamanan bagi� karyawan,
meminimumkan� material� handling,�
memperlancar� proses� produksi, meningkatkan� efektivitas penggunaan tenaga kerja. layout menentukan tingkat efektivitas dan
tingkat efisiensi dari penggunaan peralatan, bahan baku, sumber daya manusia,
energi dan aliran proses produksi hingga menjadi sebuah produk (Nurrahim,
2017). The main goal of lean production is to identify, analyseand optimize
an internal material flow (Zupan, Herakovic, Zerovnik, & Berlec, 2017). Jika jarak antar sub
line terlaulu jauh juga menimbulkan banyak waste dan ketidak nyamanan karyawan
pada saat bekerja. Sedangkan berdasarkan
penelitian (Riyanto, Sutrisno, & Ali, 2017) menyatakan
bahwa motivasi kerja dan lingkungan pekerjaan memiliki pengaruh terhadap
kinerja karyawan. Artinya layout yang baik itu bukan hanya menghasilkan output
yang banyak, tapi juga yang nyaman bagi para pekerjanya, dengan begitu mereka
bisa menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan menghasilkan output yang
banyak. Kemudian dalam sebuah tulisannya (Riyanto, Ariyanto, & Lukertina, 2019) juga
mengatakan �Organizations need extra contributions from their employees to
achieve outstanding organizational performance�. Artinya perusahaan juga harus
memilki perencanaan perbaikan agar bisa membantu para pekerja untuk mencapai
target yang telah diberikan. Berikut ini adalah layout dari HXXR.
Gambar 1. Layout dan sub-line di line HXXR
(Sumber: Data Internal Perusahaan)
Jumlah operator dalam line ini kurang lebih
33 orang dalam satu shift. 5 orang pada proses final Assy, 4 orang pada proses
Front Assy, 1 orang pada laser marking, dan 1 orang pada proses preparation.
Total 11 orang di kalikan dengan 3 line menjadi 33 operator (per shift). Di
dalam layout juga terlihat semi produk stock setelah laser marking dan setelah
preparation line. Quantity inventory di laser marking area kurang lebih 1500 pcs
perhari, sedangkan stok preparation sekitar 2000 pcs perhari. Kemudian kerugian
yang kedua jika menggunakan layout ini adalah control staff harus berjalan
cukup jauh untuk mensupply material ke Final Assy dan terlalu banyak sub line
yang harus dia control. Menurut (Sirovetnukul
& Chutima, 2010) dalam artikelnya mengatakan, Walking
time is also negligible for U-line balancing problems, but walking time should
be considered as workers follow circular pathsand walk on the beginning
(front), the ending (back) and the middle (side) U-line to completetheir tasks.
Tata letak yang baik akan memberikan keluaran yang lebih besar dengan ongkos
yang sama atau lebih sedikit, man hoursyang lebih kecil, dan atau mengurangi
jam kerja mesin Oleh untuk meminimalkan waste yang ada di
line (Waisnawa, Sudana, & Swaputra, 2017). Produksi HXXR dan memaksimalkan output
produksi dengan mengganti layout yang ada. Maka berikut ini adalah layout yang
di anjurkan untuk selnajutnya di implementasikan.
Gambar 2. New Layout
(Sumber: Data Internal Perusahaan)
Akhirnya setelah merubah proses flow dan layout, line H3CR hanya perlu menggunakan 21 org per shift, atau bisa diartikan layout baru ini bisa mengurangi jumlah karyawan untuk line ini dan bisa di utilize untuk produk baru selanjutnya, kemudian sudah tidak ada lagi produk stock, karena semua berjalan one pcs flow, Produktivitas meningkat 15% dan dapat dipastikan harga produk PT OPQ lebih competitive dibandingkan dengan kompetitornya.
�� U-Shaped line
ini sangat tepat digunakan untuk tipe manufaktur HMLV (High-Mix-Low-Volume).
Namun yang harus
diperhatikan adalah, terlalu banyak sub-lini akan menimbulkan banyak inventory WIP. Perhatikan�
jumlah pemecahan sub-nya, untuk mengurangi� inventory semi produk stock di dalam lini. Perencangan
tata letakan dan layout yang baru bisa membuat karyawan merasa nyaman, tidak
perlu berjalan terlalu jauh, tidak perlu menggunakan banyak karyawan, dan tentu
saja bisa meningkatkan produktivitas.
Bibliografi
Arif M. (2017). PerancanganTata Letak Pabrik
Dalimunthe, (Edisi ke I). Yogyakarta: Yogyakarta : Deepublish.
Dharsono, W. W. (2016). Analisa Tata Letak Fasilitas
Produksi Untuk Meminimumkan Biaya Proses Produksi Mebel (Studi Kasus di PT
Karya Papua). Jurnal FATEKSA: Jurnal Teknologi Dan Rekayasa, 1(2).
Haming, M. (2018). Manajemen Produksi Modern:
Operasi Manufaktur dan Jasa Buku 2.
Kov�cs, G. (2019). Layout design for efficiency
improvement and cost reduction. Bulletin of the Polish Academy of Sciences.
Technical Sciences, 67(3).
Maulana, A., Herlina, L., & Kurniawan, B. (2016).
Usulan Lean Manufacturing System untuk Mereduksi Waste Dan Efisiensi Biaya
Produksi Di PT. ABC Divisi Slab Steel Plant 1. Jurnal Teknik Industri
Untirta.
Nurrahim, M. A. (2017). Optimasi Layout Fasilitas
Produksi Pt. Xyz Menggunakan Metode Mixed Integer Programming. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Prasetya, A., & Noya, S. A. T. (2016). Perancangan
Ulang Tata Letak Fasilitas Dengan Pendekatan Lean Manufacturing. Jurnal
Ilmiah Teknik Industri, 14(2), 130�141.
Riyanto, S., Ariyanto, E., & Lukertina, L. (2019).
Work Life Balance and its Influence on Employee Engagement �Y� Generation in
Courier Service Industry. International Review of Management and Marketing,
9(6), 25�31.
Riyanto, S., Sutrisno, A., & Ali, H. (2017). The
Impact of Working Motivation and Working Environment on Employees Performance
in Indonesia Stock Exchange. International Review of Management and
Marketing, 7(3).
Sirovetnukul, R., & Chutima, P. (2010). The impact
of walking time on U-shaped assembly line worker allocation problems. Engineering
Journal, 14(2), 53�78.
Waisnawa, I. G. N. S., Sudana, I. M., & Swaputra,
I. B. (2017). Perbaikan Sistem Kerja Untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi
Kerajinan Berbahan Limbah Kayu (Driftwood). Seminar Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2, 336�342.
Yunanto, T. B. C., Donoriyanto, D. S., &
Tranggono, T. (2020). Rancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Menggunakan
Automated Layout Design Program Di Perusahaan Makanan. Juminten, 1(3),
25�36.
Zakaria, N. H., Mohamed, N. M. Z. N., Ab Rahid, M. F.
F., & Rose, A. N. M. (2017). Lean manufacturing implementation in reducing
waste for electronic assembly line. MATEC Web of Conferences, 90,
1048. EDP Sciences.
Zupan, H., Herakovic, N., Zerovnik, J., & Berlec,
T. (2017). Layout optimization of a production cell. International Journal
of Simulation Modelling, 16(4), 603�616.