Volume
4, No. 12 Desember 2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI:�
https://doi.org/
PENGARUH
VARIASI KONSENTRASI NABH4 DAN SUHU OPERASI TERHADAP NILAI DERAJAT DEASETILASI
KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN
Adi
Putra Winarto
Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa
Karawang
Email:
Abstrak:
Peneliti bertujuan membuat kitosan deangan variasi suhu operasi dan penambahan NaBH4 pada tahap deasetilasi. Kitosan dihasilkan melalui tiga tahap yaitu
demineralisasi, deproteinasi
dan deasetilasi. Proses deproteinasi
dengan NaOH 3,5% perbandingan
1:10 (b/v) direaksikan pada suhu
80℃ selama
2 jam, kemudian dilanjutkan
dengan proses demineralisasi
dengan HCl 1 N, perbandingan
1:10 (b/v) direaksikan pada suhu
38℃ selama
1 jam. Untuk tahap akhir pembuatan kitosan dilakukan proses deasetilasi dengan NaOH 60%, perbandingan 1:20 (b/v) dengan penambahan NaBH4 (0,5 dan 1) g dan variasi
suhu operasi (100,110,120) ℃ pada tahap deasetilasi selama 2 jam. Dalam menghitung nilai derajat deasetilasi peneliti menggunakan nisbah pita serapan A1655/A3450 untuk menghitung nilai derajat deasetilasi
dan metode baseline untuk membantu dalam perhitungan tersebut, dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai derajat deasetilasi
kitosan sebanyak. (46,8%,
49,4%, 56,6%, 62,1%, 72,1%, dan 74,8%). perlakuan terbaik pada penelitian ini yaitu suhu
proses deasetilasi 120℃ dan penambahan konsentrasi NaBH4 sebanyak 1 g dengan nilai derajat
deasetilasi sebesar 74,8%.
Kata kunci: Rajungan,
Deproteinasi, Demineralisasi,
Deasetilasi, dan Kitosan.
Abstract:
Researchers aim to make
chitosan with variations in operating temperature and the addition of NaBH4 at
the deacetylation stage. Chitosan is produced through three stages namely
demineralization, deproteination and deacetylation. The deproteination process
with 3.5% NaOH ratio 1:10 (w/v) was reacted at 80�C for 2 hours, then continued
with the demineralization process with HCl 1 N, 1:10 (w/v) ratio reacted at
38�C for 1 hour. For the final stage of making chitosan, a deacetylation
process with 60% NaOH is carried out, a ratio of 1:20 (b / v) with the addition
of NaBH4 (0.5 and 1) g and variations in operating temperature (100,110,120) �C
at the deacetylation stage for 2 hours. In calculating the value of the degree
of deacetylation, researchers use the ratio of absorption band A1655 / A3450 to
calculate the value of the degree of deacetylation and the baseline method to
assist in the calculation, from this calculation, the value of the degree of
deacetylation of chitosan is obtained as much. (46.8%, 49.4%, 56.6%, 62.1%,
72.1%, and 74.8%). The best treatment in this study is the deacetylation
process temperature of 120 � C and the addition of NaBH4 concentration as much
as 1 g with a deacetylation degree value of 74.8%.
Keywords: Knitting, Deproteination,
Demineralization, Deacetylation, and Chitosan.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi
perikanan yang melimpah khususnya rajungan. Pada tahun 2022 perolehan rajungan yang di ekspor ke luar negeri sebesar 760,438.72 Kg. (Badan Pusat Statistik,
2023). Umumnya bagian yang dikonsumsi pada rajungan adalah dagingnya saja untuk diolah
menjadi makanan, sehingga rajungan sangat berpotensi untuk menghasilkan limbah dikarenakan 50-60% bagian tubuh rajungan adalah cangkang (Amalia et al.,
2021). Limbah cangkang rajungan yang saat ini banyak dimanfaatkan
masyarakat hanya digunakan sebagai campuran pakan ternak, dijual langsung tanpa diolah, atau bahkan
dibuang begitu saja. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah cangkang rajungan belum optimal.Pengoptimalan limbah cangkang rajungan dapat dilakukan dengan mebuat kitosan karena ada kandungan
kitin didalamnya. (Burrows
et al., 2007).
Limbah cangkang rajungan mengandung kitin sebanyak 22,66% (Azizi et
al., 2020). Senyawa kimia kitin dapat dimanfaatkan
sebagai kitosan yang mempunyai harga jual tinggi. Diasumsikan
bahwa jumlah kitin dari limbah
krustasea pertahunnya mencapai 200 ribu ton dengan harga US$ 5-10 per
kilogram nya, sedangkan kitosan per tahunnya dapat mencapai 2000
ton dengan harga US$
15-40 per kilogram (Kementrian Kelautan
dan Perikanan, 2015). Kitosan
merupakan biopolymer terbanyak
kedua setelah selulosa dengan sumber daya yang melimpah dan biaya murah sehingga cukup terbilang ekonomis (Ayyubi et al., 2021). Terdapat
3 tahapan dalam pembuatan kitosan diantaranya yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan
deasetilasi (Hargono et
al., 2008).
Kemurnian kitosan sangat ditentukan
oleh derajat deasetilasi, semakin banyak gugus asetil yang dapat dihilangkan maka semakin tinggi
nilai derajat deasetilasinya (Mursida et al., 2018). Kitosan
dapat terbentuk melalui proses deasetilasi, semakin tinggi persentase derajat deasetilasi kitosan maka semakin baik
mutu kitosan yang didapatkan. Menurut (Vilar Junior
et al., 2016), standar mutu
kitosan ditentukan apabila memiliki derajat deasetilasi lebih dari 50 %. Beberapa faktor yang mempengaruhi persentase derajat deasetilasi yaitu konsentrasi larutan alkali, lama proses deasetilasi,
suhu deasetilasi, dan jumlah pengulangan (Setha and Rumata, 2019). Penelitian (Rochima, 2007) menunjukan karakteristik kitin dan kitosan dari cangkang
rajungan menghasilkan derajat deasetilasi 38,02% dan
70,70%.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh (Hasanela et al., 2020b) mengenai penambahan NaOH dan NaBH4 dapat menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi yang besar yaitu 93,99%. Hal ini disebabkan karena kondisi terbaik dari preparasi kitosan didapat dengan menggunakan suatu larutan NaOH dan NaBH4 yang
berfungsi sebagai reduktor yang menyumbangkan H+
pada proses reaksi deasetilasi
menjadi kitosan (Gyliene et al., 2003) Konsentrasi
alkali kuat NaOH dan suhu dalam proses deasetilasi memegang peranan penting dalam peningkatan
derajat deasetilasi kitosan (Nadia et al., 2018). Pengaruh
suhu sangat penting digunakan dalam proses deasetilasi. Karena semakin tinggi suhu dan lamanya waktu reaksi
maka nilai derajat deasetilasi semakin meningkat (Wahyuni et
al., 2020).
Dari studi literatur
yang telah dikumpulkan peneliti mengambil kesimpulan untuk melakukan penelitian dengan memvariasikan perlakuan suhu proses deasetilasi (100℃ , 110℃, 120℃) dan penambahan
konsentrasi NaBH4 (0,5 g dan 1 g) pada pembuatan kitosan. Berdasarkan latar belakang, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan variasi konsentrasi NaBH4 dan variasi suhu pada proses deasetilasi untuk mendapatkan mutu kitosan sesuai
yang diinginkan.
Berdasarkan latar belakang yang didapatkan, rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh suhu proses deasetilasi (100℃,
110℃, 120℃) terhadap nilai derajat deasetilasi
kitosan limbah cangkang rajungan? 2) Bagaimana pengaruh konsentrasi NaBH4 (0,5 g dan 1 g) terhadap
nilai derajat deasetilasi kitosan limbah cangkang rajungan?
Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, tujuan dilakukannya penelitian sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengaruh suhu proses deasetilasi (100℃, 110℃, 120℃) terhadap nilai derajat deasetilasi
kitosan limbah cangkang rajungan. 2) Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaBH4 (0,5 g
dan 1 g) terhadap nilai derajat deasetilasi kitosan limbah cangkang rajungan.
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Penambahan NaBH4 dapat meningkatkan nilai derajat deasetilasi
kitosan. 2) Variasi suhu dalam proses deasetilasi dapat meningkatkan. nilai derajat deasetilasi kitosan. Dari tujuan penelitian di atas diperoleh manfaat penelitian seperti: 1) Sebagai bahan referensi
untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan kandungan dari kitosan. 2) Membuka celah untuk mengembangkan
penelitian lanjutan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Teknik Kimia Universitas Singaperbangsa Karawang untuk pembuatan kitosan dari cangkang
rajungan. Mulai 1 November 2022 � 6 Januari 2023. Pengujian FTIR Transmisi
(scanning dengan KBr) kitosan
dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Islam Indonesia. Pada tanggal 9 Januari � 31 Januari 2023. Sementara
itu pengujian kadar air dan kadar abu secara gravimetri
dilakukan di Laboratorium Terpadu LPPT UGM Yogyakarta Indonesia. Pada tanggal 3 � 27 April 2023.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium, menggunakan 2 variabel bebas (X) dengan 9 percobaan. Variabel bebas pertama (X1) yaitu penambahan konsentrasi NaBH4 pada
proses deasetilasi terdiri dari 0.5gram dan 1 gram. Variabel
bebas kedua (X2) yaitu suhu proses deasetilasi yang terdiri dari 100℃., 110℃., dan 120 ℃.
Setelah didapatkan sampel berupa serbuk
kitosan yang sudah dikemas, sampel dikirim ke laboratorium
Terpadu Universitas Islam Indonsesia
untuk diuji. Data hasil uji dilanjutkan ke pengolahan data dan digunakan untuk pemparan hasil riset beserta pembahasan.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Derajat Deasetilasi Kitosan
Pada tahap analisis sampel, sampel yang sudah dikemas
selanjutnya dikirim menuju Laboratorium Terpadu Universitas Islam Indonesia
untuk dilakukan uji FTIR Transmisi (scanning dengan KBr), Menurut
(Purwantiningsih and Dewi Sartika, 2009) keunggulan mengukur derajat
deasetilasi dengan metode garis dasar spektroskopi IR yaitu relatif cepat,
contoh tidak perlu murni, dan tingkat ketelitian tinggi dengan kisaran derajat
deasetilasi contoh yang luas, dibandingkan dengan teknik titrimetri dan metode
spektroskopi lainnya.selanjutnya data uji FTIR diolah menggunakan aplikasi
origin untuk mencari nilai derajat deasetilasi kitosan dengan hasil sebagai
berikut:
Gambar 1 Grafik Nilai Derajat
Deasetilasi Berdasarkan Variabel Suhu Operasi
Nilai derajat
deasetilasi kitosan dari hasil penelitian
dengan perlakuan perbedaan suhu operasi dan penambahan konsentrasi NaBH4 pada tahap deasetilasi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hasil analisis
data menunjukan perbedaan suhu operasi berpengaruh
sangat nyata terhadap nilai DD kitosan, hal ini dikarenakan
pada proses deasetilasi peningkatan
suhu akan menyebabkan kecepatan reaksi pada saat molekul kitin menjadi
kitosan dan menyebabkan nilai DD kitosan bertambah.
Hal ini
sesuai dengan penelitian (Siregar et al., 2017) menyatakan
bahwa suhu, waktu, ukuran partikel,
dan konsentrasi berpengaruh
pada derajat deasetilasi dimana semakin meningkat suhu maka semakin banyak
gugus asetil yang terlepas dari kitin
sehingga meningkatkan derajat deasetilasi kitosan yang dihasilkan. Pada temperatur rendah reaksi akan berjalan
lambat, sedangkan jika temperatur terlalu tinggi� dapat� merusak struktur� bahan dasar.
Gambar 2 Grafik Nilai Derajat
Deasetilasi Berdasarkan Penambahan Konsentrasi NaBH4
Sementara itu,
penambahan konsentari NaBH4
pada tahap deasetilasi dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Dapat dilihat nilai derajat deasetilasi pada suhu operasi 100℃ dengan penambahan
NaBH4 ((0,5 dan 1) g) menghasilkan nilai derajat deasetilasi
( 46,8% dan 49,4% ) lalu pada suhu
operasi 110℃ dengan
penambahan NaBH4 ((0,5 dan 1) g) menghasilkan
nilai derajat deasetilasi ( 56% dan 62,1% ) dan terakhir
pada suhu operasi 120℃ dengan penambahan
NaBH4 ((0,5 dan 1) g) menghasilkan nilai derajat deasetilasi
( 72% dan 74,8%) dari beragam
variasi tersebut dapat disimpulkan penambahan NaBH4 berpotensi untuk meningkatkan nilai derajat deasetilasi
hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gylien� et
al.,2003). Yang mengatakan bahwa
penambahan NaBH4 pada proses deasetilasi
berpotensi menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi yang tinggi. Dikarenakan penambahan NaBH4 berfungsi sebagai reduktor yang menyumbangkan H+ pada proses reaksi
deasetilasi menjadi kitosan.
Hasil Analisis Kadar Air dan Kadar Abu
Pengujian kadar
air dan kadar abu dilakukan di Laboratorium Terpadu LPPT UGM Yogyakarta Indonesia. Pengujian
ini betujuan untuk mengetahui seberapa banyak kadar air yang terdapat pada sampel. Pengujian kadar air dilakukan menggunkan metode gravimetri dengan durasi pengerjaan 24 hari dari tanggal
3 � 27 April 2023. Pengujian tersebut
memberikan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis Kadar Air
No |
Kode Sampel |
Kadar Air
(%) |
1. |
KAT1 |
2,85 |
2. |
KCT1 |
2,16 |
3. |
KAT2 |
2,73 |
4. |
KAT3 |
2,55 |
5. |
KCT3 |
2,60 |
|
������������������ �Rata- Rata���������������������� |
2,6������������� |
Dengan Keterangan
sebagai berikut:
KAT1: konsentrasi
NaBH4 sebesar 0.5gram dikombinasikan
dengan suhu 100℃ KCT1: konsentrasi NaBH4 sebesar
1gram dikombinasikan dengan
suhu 100℃ KAT2: konsentrasi
NaBH4 sebesar 0.5gram dikombinasikan
dengan suhu 110℃ KAT3: konsentrasi NaBH4 sebesar
0.5gram dikombinasikan dengan
suhu 120℃ KCT3: konsentrasi
NaBH4 sebesar 1gram dikombinasikan
dengan suhu 120℃.
Kadar
Air
Kadar air kitosan
dipengaruhi oleh proses pengeringan,
waktu pengeringan, jumlah kitosan yang dikeringkan dan permukaan tempat kitosan dikeringkan (Rochmina, 2007).
Proses pengeringan berjalan
sempurna karena panas stabil yang mengurangi kadar air dalam kitosan. Kadar air kitosan yang dihasilkan pada penelitian ini cukup rendah dapat
dilihat pada tabel 4. Hal ini dikarenakan oven dengan suhu pemanasan
yang stabil digunakan untuk pengeringan pada penelitian ini.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan
kitosan dari limbah cangkang rajungan dengan perlakuan suhu proses deasetilasi (100℃,
110℃, 120℃)
dan penambahan konsentrasi
NaBH4 (0,5 g dan 1 g) didapatkan perlakuan
terbaik yaitu suhu proses deasetilasi 120℃ dan penambahan konsentrasi NaBH4 sebanyak 1 g dengan nilai derajat
deasetilasi sebesar 74,8%.
Pada penelitian ini perlakuan suhu proses deasetilasi berpengaruh terhadap nilai derajat deasetilasi dikarenakan semakin meningkat suhu proses deasetilasi maka semakin banyak gugus asetil yang terlepas dari kitin
sehingga meningkatkan derajat deasetilasi kitosan yang dihasilkan. Sedangkan penambahan konsentrasi NaBH4 berpengaruh terhadap reaksi pembuatan kitosan karena penambahan NaBH4 berfungsi sebagai reduktor yang menyumbangkan H+
pada proses reaksi deasetilasi
menjadi kitosan.
Ainur, G., Hana, B.A., Rosariawari,
F., 2021. PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PADA PROSES PEMANFAATAN CANGKANG
KEPITING MENJADI KITOSAN DALAM MENYISIHKAN LOGAM BERAT TERLARUT ( Cu 2 + ) 2, 8�13.
Aji, A., Meriatna, 2012.
PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KEPITING lim,
79�90.
Amalia, A.N., 2018. PEMANFAATAN CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI
KOAGULAN UNTUK PENJERNIH AIR.
Amalia, K.P., Ekayani, M., Nurjanah, 2021. Mapping and Alternative Utilization of
Shell Crab Waste in Indonesia. JPHPI Masy. Pengolah. Has. Perikan. Indones. 24. https://doi.org/10.17844/jphpi.v24i3.37436
Anjelika, B., Cahyono, E., 2004. KARAKTERISASI KITOSAN
DARI LIMBAH RAJUNGAN (
Portunus pelagicus ).
Aranaz, I., Harris, R., Heras, A., 2010. Chitosan Amphiphilic
Derivatives. Chemistry and Applications 14, 308�330.
https://doi.org/10.2174/138527210790231919
Awaliah, T.P., Asnawati, D., Hamdiani, S., 2018. PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR KITOSAN
LARUT AIR.
Ayyubi, S.N., Kusmiyati, K., Purbasari, A., Pratiwi, W.Z., 2021. Review: Aplikasi Material Komposit Berbasis Kitosan sebagai Bahan Kemasan Makanan. TEKNIK 42, 335�352.
https://doi.org/10.14710/teknik.v42i3.36499
Azhar, M., Efendi, J., Syofyeni,
E., Lesi, R.M., 2010. PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN KOH TERHADAP DERAJAT
DEASETILASI KITIN DARI LIMBAH KULIT UDANG 1.
Azizi, A., Fairus, S., Jamilah Mihardja, E., 2020. Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan Sebagai Bahan Kitin Dan Kitosan Di Purchasing Crap Unit Eretan
�Atul Gemilang�, Indramayu.
J. SOLMA 9, 411�419. https://doi.org/10.22236/solma.v9i2.4902
Badan Pusat Statistik [WWW
Document], 2023. URL https://www.bps.go.id/exim/ (accessed 3.27.23).
Bilaut, I., Gauru, I., 2019.
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF CHITOSAN- MAGNESIUM (II) COMPLEX IONS FROM
SHRIMP SHELLS.
Burrows, F., Louime, C., Abazinge,
M., Onokpise, O., 2007. Extraction and Evaluation of
Chitosan from Crab Exoskeleton as a Seed Fungicide and Plant Growth Enhancer.
Env. Sci.
Daud, A., Suriati, S., Nuzulyanti, N., 2019. Kajian Penerapan
Faktor yang Mempengaruhi Akurasi
Penentuan Kadar Air Metode Thermogravimetri.
Lutjanus 24, 11�16. https://doi.org/10.51978/jlpp.v24i2.79
Dung, P. le, Milas, M., Rinaudo, M., Desbri�res,
J., 1994. Water soluble derivatives obtained by controlled chemical
modifications of chitosan. Carbohydr. Polym. 24, 209�214.
https://doi.org/10.1016/0144-8617(94)90132-5
Dutta, J., 2015. Isolation, Purification, and
Nanotechnological Applications of Chitosan.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-16298-0
Gohel, V., Singh, A., Vimal, M., Ashwini, P., Chhatpar,
H.S., 2006. Bioprospecting and antifungal potential of chitinolytic
microorganisms 5, 54�72.
Gyliene, O., Razmute, I., Tarozaite, R., Nivinskiene, O.,
2003. Chemical composition nd sorption properties of
chitosan produced from fly larva shells. Chem. Vilnius 14, 121�127.
Gylien�, O., Razmut�, I., Tarozait�, R., Nivinskien�, O.,
2003. Chemical composition and sorption properties of chitosan produced from
fly larva shells.
Hargono, Abdullah, Sumantri, I., 2008.
Pembuatan kitosan dari limbah cangkang
udang serta aplikasinya dalam mereduksi kolestrol lemak kambing 12, 53�57.
https://doi.org/10.14710/reaktor.12.1.53-57
Harvard Medical School, 2019. Understanding antioxidants
[WWW Document]. Harv. Health. URL
https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/understanding-antioxidants
(accessed 3.27.23).
Hasanela, N., F.J.D.P. Tanasale, M., Tehubijuluw, H., 2020a. Karakterisasi
Biopolimer Kitosan Hasil Deasetilasi Limbah Kepiting Rajungan (Portunus Sanginolentus) Menggunakan NaBH4 Dalam NaOH. Indones.
J. Chem. Res. 8, 66�71.
Hasanela, N., Tanasale, M.F.J.D.P., Tehubijuluw, H., 2020b. Indonesian Journal of Chemical
Research Karakterisasi Biopolimer
Kitosan Hasil Deasetilasi Limbah Kepiting Rajungan (Portunus Sanginolentus) Menggunakan NaBH 4 Dalam NaOH Characterization of Chitosan Biopolymers
as Result of Deacetylation of Rajungan Crab. J Chem
Res 8, 66�71. https://doi.org/10.30598//ijcr.2020.8-nur
Istek, A., Gonteki, E., 2009.
Utilization of sodium borohydride (NaBH4) in kraft pulping process 30, 951�953.
Juniarso, E.T., 2008. PEMANFAATAN EKSTRAK KASAR PROTEASE DARI ISI
PERUT IKAN.
Kahar, A., Busyairi, M., Siswoyo, E., Wijaya, A., Nurcahya,
D., 2022. PEMANFAATAN LIMBAH RAJUNGAN (PORTUNUS PELAGICUS) UNTUK MEMPRODUKSI
PUPUK ORGANIK CAIR KITOSAN SEBAGAI GROWTH PROMOTOR 14.
Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015. Maritime and Sector Fisheries.
Khan, T.A., Peh, K.K., Ch�ng, H.S., 2002. Reporting
degree of deacetylation values of chitosan: the influence of analytical
methods.
Knorr, D., 1982. Properties of Chitin and Chitosan 47,
593�595. https://doi.org/10.1111/j.1365- 2621.1982.tb10131.x
Maidin, Al.N., 2017. PRODUKSI
KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KEPITING RAJUNGAN (Portunidae) SECARA ENZIMATIS
DAN APLIKASINYA SEBAGAI
PENURUN KOLESTEROL. Universitas Hasanuddin Makassar.
Martati, E., Susanto, T., . Y., Ulifah, I.A., 2002a. ISOLASI KHITIN DARI CANGKANG
RAJUNGAN (Portunus pelagicus). KAJIAN SUHU DAN WAKTU PROSES DEPROTEINASI. J. Teknol. Pertan. 3.
Martati, E., Susanto, T., Yunianta,
Efendi, Z., 2002b. OPTIMASI PROSES DEMINERALISASI CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) KAJIAN SUHU
DAN WAKTU DEMINERALISASI. J. Teknol. Pertan. 3.
Mohammad R. Kasaai, 2009.
Various Methods for Determination of the Degree of N-Acetylation of Chitin and Chitosan : A Review 1667�1676.
https://doi.org/10.1021/jf803001m
Morin-crini, N., Lichtfouse, E., Torri, G., Crini,
G., Morin-crini, N., Lichtfouse,
E., Torri, G., Fundamentals, G.C., Morin-crini, N., Lichtfouse, E., Torri, G., Crini,
G.,�� 2019. Fundamentals and Applications
of Chitosan To cite this version : HAL
Id : hal-02152878 Fundamentals and Applications of Chitosan.
https://doi.org/10.1007/978-3-030-16538-3_2 Mursida, M., Tasir, T., Sahriawati, S., 2018. EFEKTIFITAS LARUTAN ALKALI PADA
PROSES DEASETILASI DARI BERBAGAI BAHAN BAKU KITOSAN. J. Pengolah.
Has.
Perikan. Indones. 21, 358.
https://doi.org/10.17844/jphpi.v21i2.23091
Mursida, Tasir, Sahriawati,
2018. EFEKTIFITAS LARUTAN ALKALI PADA PROSES DEASETILASI DARI BERBAGAI BAHAN
BAKU KITOSAN 21, 356�366. https://doi.org/10.17844/jphpi.v21i2.23091
Nadia, L.M.H., Huli, L.O., Nadia, L.A.R., 2018. Pembuatan dan Karakterisasi Kitosan dari Cangkang
Rajungan (Portunus pelagicus) Asal Sulawesi Tenggara. J Fish Protech 1, 77�
84. https://doi.org/10.33772/jfp.v1i2.4892
Nadia, L.M.H., Suptijah, P.-,
Ibrahim, B.-, 2014. Production and Characterization Chitosan Nano from Black
Tiger Shrimpwith Ionic Gelation Methods. J. Pengolah. Has. Perikan. Indones. 17, 119�126.
https://doi.org/10.17844/jphpi.v17i2.8700
Panggalo, D., Bahri, S., Sumarni, N.K., 2016. PEMANFAATAN KITOSAN
CANGKANG KEONG BAKAU (Telescopium sp) SEBAGAI
PENGIKAT ION LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM LARUTAN 2, 14�21.
Purwantiningsih, S., Dewi Sartika, S., 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Depan. Bogor IPB Press, Bogor.
Rahayu, L.H., Purnavita, S.,
2017. Optimasi Pembuatan Kitosan Dari Kitin Limbah Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) Untuk Adsorben Ion Logam Merkuri. Reaktor 11, 45�49. https://doi.org/10.14710/reaktor.11.1.45-49
Adi Putra Winarto (s)
(2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |