Volume
4, No. 12 Desember 2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI:�
https://doi.org/
STRATEGI PENGUATAN UMKM MELALUI MODEL
PENTAHELIX
DI KABUPATEN PURWOREJO
Tri Wahyu Lestari, Uswatun
Chasanah, Muhammad Mathori
Program Studi Magister Manajemen
STIE Widya Wiwaha Yogyakarta
�Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis UMKM pelaku ekspor di Kabupaten Purworejo yang bergerak di cluster gula tepatnya
Koperasi Wanita Srikandi
dan Koperasi Karmatera.
Data hasil analisis selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan
merumuskan langkah strategis berupa rancang bangun model peningkatan daya saing UMKM melalui kolaborasi pentahelix. Sinergitas antar pihak yang berkepentingan memberikan ruang ekspor bagi UMKM agar berdaya saing dalam
bertahan maupun meningkatkan ekspor produk UMKM. Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kualitatif untuk merumuskan rancang bangun model peningkatan daya saing UMKM. Data diperoleh hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kolaborasi antar stakeholder diharapkan mampu menjadi model untuk meningkatkan daya saing UMKM di pasar internasional (ekspor).
Kata Kunci: UMKM, Ekspor, Pentahelix.
Abstract:
This study aims to analyze MSME exporters in Purworejo Regency which operate in the sugar cluster,
specifically the Srikandi Women's Cooperative and the
Karmatera Cooperative. The data from the analysis is
then used as reference material to formulate strategic steps in the form of
designing a model to increase the competitiveness of MSMEs through pentahelix collaboration. Synergy between interested
parties provides export space for MSMEs to be competitive in surviving and
increasing exports of MSME products. This research was conducted using a
qualitative approach to formulate a model design for increasing the
competitiveness of MSMEs. Data was obtained from interviews, field notes and
documentation, by organizing the data into categories, describing it into
units, synthesizing it, arranging it into patterns, choosing what is important
and what will be studied, and making conclusions. The research results show
that collaboration between stakeholders is expected to be a model for
increasing the competitiveness of MSMEs in international markets (exports).
Keywords: UMKM, Pentahelix,
Export
PENDAHULUAN
Keberadaan
UMKM di Indonesia menjadi sektor srategis bagi pertumbuhan ekonomi terbukti
dari data Kementrian Koperasi Usaha Kecil dan Menegah (Kemenkop UMKM) yang
diolah dari data BPS, UMKM mampu memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar
61,07% dan penyerapan tenaga kerja sebesar 96,9% dari total penyerapan tenaga
kerja nasional, namun demikian berbanding terbalik dengan kontribusi UMKM
terhadap ekspor yang rendah yaitu sebesar 15,65% dari total nilai ekspor
nasional pertahun, angka tersebut jauh tertinggal dibanding beberapa negara
lain, seperti Thailand 29%, Singapura 41%, atau Tiongkok diangka 60 %.
Rendahnya
ekspor UMKM disebabkan oleh kendala internal seperti kualitas produk, manajemen
usaha tradisional dan sumber daya manusia, kendala eksternal seperti
ikonsistensi kebijakan pusat terkait ekspor, melemahnya pertumbuhan ekonomi
dunia (Prasetyo & Wibowo, 2022). Menuju perekonomian Indonesia yang lebih baik erat
hubungannya dengan upaya meningkatkan nilai ekspor UMKM, oleh karena itu
diperlukan sinergitas berbagai pihak melalui pendampingan terintegrasi. Potensi
bidang ekonomi di negera Indonesia mulai diperhatikan oleh pasar internasional,
predikat pemegang ekonomi terbesar di Asia Tenggara membawa Indonesia dalam
posisi yang strategis.
Indonesia
dengan penganut sistem ekonomi terbuka�
yang mengandalakan return dari
perdagangan luar negeri, sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
kegiatan ekspor berkontribusi besar bagi devisa negara yang menjadi sumber
biaya pembangunan di berbagai sektor. Sebelumnnya, keterlibatan dalam pasar
internasional hanya dimungkinkan bagi perusahaan-perusahaan berskala besar,
namun demikian keterbukaan perdagangan dan perkembangan manufaktur,
transportasi, serta komunikasi semakin membuka kesempatan internasionalisasi
bagi UMKM (Dabic, 2020). Keterlibatan UMKM di pasar internasional memberikan
kesempatan untuk terus berkembang melalui kegiatan ekspor, adopsi teknologi dan
beroprasi di pasar internasional.
Kabupaten
Purworejo merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah
dengan jumlah penduduk sebanyak 771.000 jiwa dengan luas wilayah 1035 km�
terbagi menjadi 16 wilayah kecamatan. Kabupaten Purworejo memiliki potensi
nilai ekspor seperti gula semut, produk pertanian, kerajinan bambu, tekstil dan
lainnya. Selain potensi nilai ekspor Kabupaten Purworejo memiliki potensi UMKM
yang besar dengan jumlah 48.262 dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak
73.625, total omset Rp 1.283.046.717.000,- dan total aset Rp 157.527.976.000,-.
Selain besarnya jumlah UMKM Kabupaten Purworejo memiliki potensi unggulan� yaitu gula. Gula memiliki peluang pasar yang
sangat luas baik pasar domestik maupun internasional sehinggal hal ini menjadi
pertimbangan mengapa potensi ini harus dikembangkan. Adapun sebaran
potensi� cluster gula baik gula kelapa maupun gula aren tersebar di 14
kecamatan dengan jumlah pengrajin sebanyak 7.648 dengan total penyerapan tenaga
kerja sebanyak 7.648.
Selain
penyerapan tenaga kerja UMKM penghasil produk berupa gula semut di Kabupaten
Purworejo sudah melakukan kegiatan ekspor diantaranya Koperasi Wanita Srikandi
dan Koperasi Karmatera. Adapun negara tujuan ekspor diantara lain Amerika,
Australia, Kanada, Belanda, Irlandia, dan Eropa. Sebaran pemberdayaan petani
gula binaan Koperasi Wanita Srikandi dan Koperasi Karmatera diantaranya
Kabupaten Kebumen, Wonosobo, Purbalingga, Magelang, Kulonprogo dan Purworejo.
Petani gula di Kabupaten Purworejo yang menjadi mitra dua koperasi ini terdapat
di Kecamatan Bener dan Kecamatan Bagelen atau 14% dari total jumlah sebaran
petani gula di Kabupaten Purworejo yang pada artinya diperlukan ekspansi jumlah
petani binaan di 12 kecamatan lainnya.
Adanya
pihak ketiga dalam skema ekspor juga menjadi permasalahan, perihal ini dinilai
merugikan petani dikarenakan harga jual produk yang rendah.� Namun demikian ekspor yang sudah dilakukan
merupakan sebuah keberhasilan yang perlu dikuatkan, dengan harapan keberhasilan
yang didapatkan mampu diikuti UMKM lainnya menuju pasar internasional melalui
produk-produk unggulannya. Menuju pasar internasional bukan perkara yang mudah,
beberapa tahapan yang membutuhkan biaya besar serta komitmen yang tinggi harus
dilalui pelaku UMKM. Penerapan strategi yang tepat, sumber daya manusia yang
mendukung dan manajemen usaha menjadi kunci untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas ekspor produk UMKM di kabupaten Purworejo.
Memposisikan
UMKM sebagai sasaran pembangunan harus didasari komitmen dan juga koordinasi
yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, lembaga non bisnis (komunitas),
akademisi dan media atau yang dikenal dengan kolaborasi Pentahelix. Pentahelix
merupakan kolaborasi 5 pilar utama yaitu�
pelaku usaha/praktisi, komunitas, akademisi, pemerintah dan media
(Riyanto, 2018), Teori Pentahelix merupakan perkembangan dari teori Triple
Helix (Etzkowitz et al, 2008). Melalui kolaborasi Pentahelix Academic, Business, Comunity, Goverment,
Media atau disebut dengan istilah ABCGM. Penerapan strategi bersaing yang
berbasis pada ekonomi jaringan (kemitraan).
Stakeholder
mendukung pengembangan usaha mikro kecil dan menengah secara keseluruhan dan
berkelanjutan dengan cara memberi dukungan positif dan nyata terhadap
pengembangan sumber daya manusia, teknologi, informasi, akses pendanaan serta
pemasaran produk. Perluasan pasar ekspor menjadi indikator membangun iklim
usaha yang berbasis kerakyatan khususnya di wilayah Kabupaten Purworejo.
Definisi
UMKM diatur dalam Undang � Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM. Pasal 1 dari UU medefinisikan Usaha Mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki pendapatan dalam setahun maksimum sebesar Rp 300 juta dengan aset bisnis
maksimal Rp 50 juta. Usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan/cabang/ menjadi bagian langsung maupun tidak langsung,
dari usaha menengah atau usaha
dengan kepemilikan kekayaan bersih antara Rp 50 juta � Rp 500 juta dengan pendapatan
pertahun RP 300 juta � Rp
2,5 miliar. Usaha Menengah adalah usaha yang bersifat sama dengan
usaha kecil, namun perbedaan terletak dalam kepemilikan kekayaan yang mana usaha menengah memiliki kekayaan bersih minimal Rp 500 juta dengan pendapatan pertahun minimal Rp 2,5 miliar
dan maksimum Rp 50 miliar.
Pengertian ekspor yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, tentang Kepabean dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang perdagangan menyebutkan bahwa ekspor adalah
kegiatan mengeluarkan barang dari daerah
kepabean. Daerah Pabean adalah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, laut, udara serta tempat
tempat tertentu di zona
Ekonomi Ekslusif dan landas
kontinen yang didalamnya berlaku undang-undang kepabean. Tandjung Marlop (2011), Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan
barang dari dalam keluar wilayah Pabean suatu Negara ke Negara lain dengan ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeanan.
Pendapat lain Amir
(2007:1), ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditas di Indonesia kepada negara lain, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Dalam bukunya (Feriyanto 2015) Eksportir adalah seorang yang dapat melakukan ekspor dan yang telah memiliki surat ijin usaha
perdagangan (SIUP) dan ijin
usaha dari Departemen Teknis, Lembaga Pemerintah
Non Departemen berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Menurut Michael Porter
(1985), strategi adalah alat
untuk mencapai suatu keunggulan bersaing. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan baik faktor eksternal
maupun internal yang dihadapi
perusahaan (David, 2011). Perencanaan
strategi hampir selalu di mulai dari �apa yang dapat
terjadi�, bukan mulai dari �apa
yang terjadi�. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan
kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi
inti di dalam bisnis yang dilakukan. Menurut (Hunger, 2010)
strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing.
Menurut Porter, strategi bersaing adalah pencarian akan posisi bersaing yang menguntungkan di dalam suatu industri, arena fundamental
tempat persaingan terjadi (Porter, 1985). Srategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan lingkungan disekitarnya. Daya saing merupakan inti dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Strategi bersaing adalah usaha mencari posisi
yang kompetitif yang dapat menguntungkan perusahaan dalam suatu industri,
pencarian area fundamental yang terjadi
persaingan. Strategi bersaing
bertujuan untuk membangun posisi yang menguntungkan dan berkelanjutan terhadap kekuatan yang menentukan persaingan industri (Porter, 1985).
Pentahelix adalah
sebuah model inovatif pengembangan dari model QuadrupleHelix yang menghubungkan
Akademisi, praktisi/bisnis, Komunitas, Pemerintah dan Media untuk meciptakan ekosistem berdasarkan kreatifitas dan pengetahuan, dimana yang diharapkan dari konsep ini adalah
sebuah solusi untuk pengembangan kreatifitas, inovasi dan teknologi pada industry kreatif. Unsur Penta Helix merupakan perkembangan dari Triple Helix dengan unsur-unsur Academic,
Business, community, Government dan Media. Sejarah perkembangan
konsep sinergitas dimulai dengan gagasan triple helix yang diadopsi
dari teori Etzkowitz & Leydesdorff pada tahun 2000. Sedangkan konsep pentahelix diusulkan oleh Riyanto pada tahun
2018. Mengikutsertakan media yang saat
ini peranannya sangat signifikan dalam mengembangkan modal sosial pembangunan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kualitatif untuk merumuskan rancang bangun model peningkatan daya saing UMKM. Data diperoleh hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Kondisi UMKM di Kabupaten Purworejo
UMKM dikabupaten purworejo di cluster
gula, dalam penelitian ini yaitu Koperasi
Wanita Srikandi dan Koperasi
Karmatera memiliki beberapa permasalahan diantaranya jumlah petani gula binaan koperasi ini mencapai
angka 14% dari 14 kecamatan sebaran petani gula kelapa. Sebaran terpusat di 2 Kecamatan yaitu Bener dan Bagelen angka ini sangat rendah dan perlu dilakukan upaya peningkatan. Selain lemahnya sebaran petani binaan terdapat perbedaan skema ekspor:
Gambar 1. Skema Ekspor Koperasi Karmatera
Sumber: Hasil Peneliti
2023
Pada skema
ekspor diatas Koperasi Karmatera menggunakan pihak ketiga yaitu PT MIO.� Pada skema ini memungkinkan harga jual produk
lebih rendah dikarenakan adanya pihak ketiga akan
tetapi koperasi akan pada titik aman karena tidak
menanggung kerugian disisi lain aman pertumbuhan petani gula maupunkoperasi menjadi cenderung melambat. Fokus petani yang pada kali ini dal am status memenuhi kebutuhan bahan baku bagi PT MIO yang berkedudukan di Kulon Progo berdampak kurang baik, kondisi ini
akan mempengaruhi berkurangnya multiplier effect terhadap
pendapatan daerah, sehingga trickledown effect tidak
berjalan seperti yang diharapkan.
Strategi
Bersaing UMKM di Kabupaten Purworejo
Menganalisis dari
hasil wawancara dan observasi maka strategi bersaing yang digunakan oleh Koperasi Wanita Srikandi dan Koperasi Karmatera memiliki keunggulan ditinjau dari� sisi
internal perusahaan seperti
produk yang berkualitas dan
berstandar sejalan dengan jawaban informan 1 Ketua Koperasi Wanita Srikandi. Selain produk yang berkualitas daya saing terletak
pada model penguatan kemitraan
dalam usaha Model ini mampu memiliki
banyak keuntungan diantaranya :
Meningkatkan produktivitas dan kreatifitas
usaha, Efisiensi, Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, menurunkan resiko kerugian dan memberikan social
benefit yang cukup tinggi.
Bagi usaha
kecil kemitraan juga menghasilkan keuntungan karena turut mengambil
manfaat dari pasar, modal, teknologi, dan manajemen kewirausahaan yang dikuasai oleh usaha besar. Sedangkan
dari sisi eksternal adanya dukungan serta pemerintah dalam proses usaha, fasilitas pengembangan yang diberikan pemerintah, kemudahan perijinan, pelatihan dan pendampingan usaha.
Rancang Bangun
Model Penguatan UMKM Kolaborasi
Pentahelix
Keterlibatan stakholder
perlu dikuatkan untuk merangsang munculnya inovasi agar UMKM mampu bertahan terlebih menjadi UMKM yang memiliki tingkat ekspor yang tinggi sehingga terpenuhinya permintaan pasar. Transformasi layanan menjadi serba online dan pemanfaatan berbagai platform digital yang ada,
memberikan nilai baru pada produk maupun jasa, menentukan
strategi dalam berinovasi, mencipakan ataupun modifikasi produk yang akan menarik minat
pembeli baik dilingkup domestik maupun internasional. Mengubah pesaing usaha menjadi mitra
kerja dan bekerja sama mencapai tujuan
perusahaan, hal ini mampu menjauhkan
dari persaingan dan perang harga.
UMKM agar dapat
bertahan dan bersaing secara kompetitif dipasar global dapat melakukan transformasi dengan merubah klasifikasi menjadi Tecnososiopreneur yang memiliki
arti technopreneur merupakan wirausaha
yang bergerak menciptakan inovasi teknologi dan sosiopreneur dapat mendayagunakan inovasi untuk kepentingan sosial. Inovasi dan digitalisasi dalam sebuah usaha menjadi
alternatif untuk mempermudah proses bisnis. Sinergitas stakeholder mendukung percepatan penguatan UMKM. Apabila digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2 Rancang Bangun Strategi Bersaing dengan Model Pentahelix
Sumber: Hasil Peneliti
2023
Academic berperan
sebagai sumber keilmuan untuk peningkatan kompetensi UMKM melalui penelitian dan kajian. Penelitian mengenai strategi pemasaran, keuangan, digitalisasi keuangan, teknologi tepat guna yang nantinya dapat diaplikasikan langsung untuk mendukung UMKM baik melalui kerjasama,
konsultasi, maupun pendampingan usaha. Selain itu data kajian inilah yang nantinya diharapkan mampu menjadi sumber inovasi, serta menjadi bahan masukan
dalam penetapan arah kebijakan pemerintah dengan mempertimbangkasn aspek komoditas lokal yang dapat dikembangkan.
Business berperan
sebagai enabler menjadi pemangku kepentingan yang mampu menghadirkan sistem terintegrasi dalam usahanya yang memiliki arti, mengintegrasikan berbagai fungsi bisnisnya seperti manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, manjemen
rantai pasokan, produksi dan penjualan menjadi satu sitem
tunggal. Demikian dapat mempermudah pelaku usaha dalam
menganalisa penetapan kebutuhan usaha sehingga terwujudnya profesionalisme bisnis. Pelaku usaha yang berkecimpung di cluster yang sama
tidak lagi bersaing justru menjadi mitra untuk
bertumbuh bersama melalui kesepakatan antar keduabelah pihak.
Communities menjadi
agen penghubung antara stakeholder, perluasan jaringan pemasaran dengan pendekatan Integrated
Marketing Communication (IMC) yang memungkinkan para pelaku mencapai hasil yang lebih efektif dan efisien. IMC, merupakan suatu proses bisnis yang menggunakan perencanaan, eksekusi, koordinasi, dan pengukuran dari semua aktivitas
komunikasi yang ditujukan konsumen. Pengelolaan komunikasi yang baik akan menyelaraskan persepsi stakeholder dan membangun
keterikatan satu sama lain, dengan demikian perluasan jaringan pemasaran akan terbentuk.
Government sebagi
regulator atau pengambilan kebijakan menjadi leader bagi seluruh pemangku
kepentingan. Edukasi standarisasi produk, perizinan, akses pemasaran, pendanaan, kemitraan dan pembentukan koperasi/wilayah sentra produksi gula semut berbasis zonasi. Audit juga perlu dilakukan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, dan aktivitas
yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan
atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas usaha sehingga terwujudnya akuntabilitas usaha dan transparasi. Pemerintahan daerah menjadi jembatan untuk akses pemerintah
pusat seperti kementrian maupun unsur yang dimaksud dalam pentahelix sehingga Integrasi dapat dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
Media yang berperan
sebagai expander melalukan promosi dan penyebaran informasi. Melakukan branding menjadi tugas media dan pelaku usaha untuk
mencapai pasar ekspor. Keberhasilan penyebaran informasi dan tingkat antusisme masyarakat menjadi tolok ukur
keberhasilan media dalam menyajikan informasi.
KESIMPULAN
Keberadaan
UMKM di Kabupaten Purworejo
dengan potensi cluster gula
yang ada merupakan sebuah peluang untuk dikembangkan. Rendahnya angka sebaran petani gula yang menjadi mitra dari
Koperasi Wanita Srikandi
dan Koperasi Karmatera di
wilayah Kabupaten Purworejo
yang mencapai total angka
14% menjadi suatu ancaman berkembangnya cluster
gula di Kabupaten Purworejo.
Adanya pihak ketiga dalam skema ekspor
Koperasi Karmatera memiliki dampak negative bagi petani gula dikarenakan rendahnya daya jual produk.
Eksportir langsung seperti Koperasi Wanita Srikandi butuh penguatan perluasan jaringan pemasaran, digitalisasi, dan teknologi. Sudut pandang lain eksistensi UMKM yang
sudah berhasil melakukan ekspor mampu menjadi daya
ungkit untuk mengembangkan UMKM di Kabupaten Purworejo.Strategi bersaing yang digunakan oleh Koperasi Wanita Srikandi dan Koperasi Karmatera memiliki keunggulan ditinjau dari sisi internal perusahaan seperti produk yang berkualitas dan berstandar.
Selain produk yang berkualitas
daya saing terletak pada model penguatan kemitraan dalam usaha. Sedangkan dari sisi eksternal
adanya dukungan serta pemerintah dalam proses usaha, fasilitas pengembangan yang diberikan pemerintah, kemudahan perijinan, pelatihan dan pendampingan usaha. Sinergitas stakeholder dalam hal ini
academic, business, community, government dan media berperan
untuk mendukung percepatan penguatan daya saing UMKM. Peran yang diberikan stakeholder membantu transformasi UMKM dengan merubah klasifikasi menjadi Tecnososiopreneur yang memiliki arti technopreneur merupakan
wirausaha yang bergerak menciptakan inovasi teknologi dan sosiopreneur dapat mendayagunakan inovasi untuk kepentingan
sosial.
Inovasi, digitalisasi dan bisnis berbasis kemitraan� dalam
sebuah usaha menjadi alternatif untuk mempermudah proses bisnis sehingga terwujudnya UMKM yang berdaya saing. Peluang ekspor yang terbuka luas harus dimanfaatkan
dan terkoordinasi dengan baik agar dapat memberikan kemerdekaan bagi pelaku UMKM khususnya dan peningkatan perekonomian daerah. Implementasi skema yang direkomendasikan dalam penelitian ini diharapkan mampu menjadikan UMKM tangguh dan memiliki daya saing
ekspor.
Absah, Y., Fawzeea, B.K., QmriH, l.,&Muchtar, Y. C. (2016).
Strategi Keunggulan Bersaing
UMKM. 1-193.
Amin, R. U.P. AI (2020). Sinergi Pentahelix Dalam Peningkatan Inovasi Stratup Digital Kota Cimahi. Universitas Komputer,
13-14.
Amir, M.S. (2007). Ekspor Impor:
Teori dan Penerapannya. Jakarta :
PPM .
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dabic, M., Maley, J.,
Dana, L., Novak, l. & Pellegrini. (2020) Pathways of SME Internationalization
: a blibliometric an systematic review. Small Bisniness Economic, 55, 705-725
David, F. (2011). Manajemen Strategis
- Konsep Edisi 13. Jakarta:
Salemba Empat
Etzkowitz, H., & Leydesdorff, L. (1997). Universities and the Global
Knowledge Economy: A Triple Helix of University � In- dustry
� Government Relations. London : Cassel, 174 +viii pp.
Feriyanto, A. (2015). Perdagangan Internasional Kupas Tuntas Prosedur Ekspor Impor (1th ed.). Kebumen: Mediatera
Husein Umar, (2011). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Lexy J. Moleong, (2006). Metodologi
Penelitian Kualitatif,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Lindberg, M., Lindgren, M., & Packendorff,
J. (2014). Quadruple Helix as a Way to Bridge the Gender Gap in
Entrepreneurship: The Case of an Innovation System Project in the Baltic Sea
Region. Journal of the Knowledge Economy, 5:94�113
Karunia, R, M., Puspaningtyas, A., Rohim, A. I (2018). Implementasi
model pentahelix dalam pengembangan ekonomi kratif di Surabaya studi pada
(kampung keratif Putat Jaya) Surabaya. Administrasi Negara, 1-10.
https://publik.untag-sby.ac.id/backend/upload/pdf/4.pdf. Diakses
pada tanggal 07 juli 2023
Mahrani Rangkuty, D. ., & Pangeran. (2023). Ekspor Impor. Surakarta : Tahta Media.
Moleong, Lexy J. (2006).
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurmalia. (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah UMKM) Dengan
Model Pentahelix (Studi pada UMKM Sentra Bordir dan Konfeksi Desa Padurenan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus).
https://etd.umy.ac.id/id/eprint/36161. Diakses pada tanggal 16 maret 2023
Porter, E. M. (1985). Competitive Advantage-Creating and Sustaining SuperiorPerformance, New York :
Free Press
Porter, Michael E. (1985). Competitive Advantage: Creating And Sustaining
Superior Performance. New York: The Free Press
Ridwan. (2019). Artifical Intelligence Model
Based On Resource-Based View To Create Competitive
Advantage Of Exports By Pontianak MSMES. Jurnal
Kajian Vol. 24 No. 3 September 2019 hal. 181 � 190
Ruth. (2021). Analisis Aktor dalam Tata Kelola Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) Kota Batu untuk
Kualitas Internasional. Jurnal Ilmiah Ilmu
Sosial Volume 7, Number 1, Juni 2021, pp. 31-44
P-ISSN: 2407-4012 | E-ISSN: 2407- 4551
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suyanto. Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Yogyakarta : Pustaka
Tandjung, Marolop. (2011). Aspek dan Prosedur Ekspor � Impor. Jakarta :SalembaEmpat.
Todaro, Michael P. (2000). Pembangunan ekonomi
di dunia ketiga edisi ketujuh. Jakarta:Erlangga.
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah
Wheelen, Thomas L., Hunger, J. David. (2010). Strategic Management and
Business Policy Achieving Sustainability. Twelfth Edition. Pearson. Terjemahan, Salemba Empat Jakarta
Wibowo, Adhi Prasetyo Satrio. (2022).
�Empowerment of Micro, Small, Medium and Enterprises Post Enactment of Act
Number 11 Of 2020 Concerning Job Creation�. Jurnal Budget : Isu Dan Masalah Keuangan Negara 7 (1).
https://ejurnal.dpr.go.id/index.php/jurnalbudget/article/view/12
Tri Wahyu Lestari, Uswatun
Chasanah, Muhammad Mathori
(s) (2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |