Analisis Hukum Perlawanan Pihak Ketiga Selaku Pemilik PPJB terhadap Sita Umum Boedel Pailit
Main Article Content
Third-party objections to seizure are a form of gugatan lain-lain regulated by Article 3, paragraph (1) of UU No. 37 Tahun 2004 about Kepailitan dan PKPU. A common issue in these third-party objections involves land sold through Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) without making Akta Jual Beli (AJB). In practice, there is a disparity in the decisions related to disputes involving land transactions through PPJB, leading to legal uncertainty and questioning the validity of PPJB as a legitimate document. This study aims to contribute to understanding the position of third parties in opposing general seizures in bankruptcy cases and to provide practical insights for those involved in similar legal processes. The methodology employed is normative juridical, analyzing secondary sources as the primary material. The approach used includes statue and case approaches. The research findings indicate that third parties in bankruptcy cases can still file objections to assert their rights to land even after the lapse of five years through gugatan lain-lain. Additionally, PPJB can legally serve as evidence of the transfer of land rights involved in a case, provided that the buyer has fully paid for the land and acted in good faith.
Afni, N. (2022). Perlindungan Hak Pekerja Atas Harta Pailit Yang Berupa Jaminan Pihak Ketiga (Studi Kasus Putusan Nomor 37/PDT. SUS. GLL/2019/PN. NIAGA. JKT. PST). Jurist-Diction, 5(1), 283–296.
Budiono, H. (2018). Demikian Akta Ini: Tanya Jawab Mengenai Pembuatan Akta Notaris di Dalam Praktik. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Damayanti, D. A. A. (2020). Perjanjian Jual Beli Tanah Yang Tidak Dilakukan Di Hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Lex Privatum, 8(2).
Fajaruddin, F. (2017). Pembatalan Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah Akibat Adanya Unsur Khilaf. De Lega Lata: Jurnal Ilmu Hukum, 2(2), 285–306.
Isnaeni, M. (2016). Pengantar Hukum Jaminan Kebendaan. Surabaya: Revka Petra Media.
Nainggolan, N. (2022). Analisis Hukum Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Tanah (Studi Putusan Nomor 628/Pdt. G/2020/Pn. Jkt. Tim).
Pandiangan, R. (2022). Diskrepansi Sita Umum Kepailitan dengan Sita Pidana Dihubungkan dengan Pemberesan Harta Pailit yang Mengandung Unsur Pidana. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(5), 4047–4060.
Perwiro, G. I. Z. (2023). PERLINDUNGAN KONSUMEN YANG TERIKAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI (PPJB) APABILA PENGEMBANG (DEVELOPER) APARTEMEN DINYATAKAN PAILIT (STUDI TERHADAP APARTEMEN CANDILAND). Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Putra, M. A. (2020). Keputusan Tata Usaha Negara Yang Berpotensi Menimbulkan Akibat Hukum Sebagai Objek Sengketa Di Pengadilan Tata Usaha Negara. J. Huk. Peratun, 3, 1–18.
R Subekti, S. H. (2021). Aneka perjanjian.
Rismayanthi, I. A. W. (2016). Tanggung jawab pejabat pembuat akta tanah (ppat) terhadap pendaftaran peralihan hak atas tanah yang menjadi objek sengketa. Acta Comitas, 1(1), 77–93.
Shubhan, M. H. (2015). Hukum Kepailitan. Prenada Media.
Silalahi, R., & Purba, O. (2020). Peran dan Wewenang Kurator dalam Kepailitan Perseroan Terbatas. Jurnal Retentum, 2(2).
Suci, I. D. A. (2016). Hukum Kepailitan” Kedudukan dan Hak Kreditor Separatis atas Benda Jaminan Debitur Pailit. LaksBang PRESSindo Yogyakarta.
Syuhada, T. (2019). Pelaksanaan Sita Jaminan Terhadap Objek Sengketa Yang Berada Di Tangan Pihak Ketiga Dalam Penanganan Perkara Perdata. De Lega Lata: Jurnal Ilmu Hukum, 4(1), 42–53.