How to cite:
Santoso, Syahfirin Abdullah & Soehatman Ramli (2022) Penerapan Economical Project Risk
Management Di Perusahaan Explorasi Dan Exploitasi Minyak Dan Gas Bumi Pt.
Xyz, Jurnal Syntax Admiration 3(3).
https://doi.org/10.46799/jsa.v3i3.401
E-ISSN:
2722-5356
Published by:
Ridwan Institute
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 3 No. 3 Maret 2022
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
PENERAPAN ECONOMICAL PROJECT RISK MANAGEMENT DI PERUSAHA
AN EXPLORASI DAN EXPLOITASI MINYAK DAN GAS BUMI PT. XYZ
Santoso1, Syahfirin Abdullah2, Soehatman Ramli1
1Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta
2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, Lampung
Email: s[email protected], syahab.abd@gmail.com, [email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
25 Februari 2022
Direvisi
30 Februari 2022
Disetujui
12 Februari 2022
PT XYZ adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang minyak dan gas bumi dan memiliki 2 blok
ekplorasi dan 1 blok ekploitasi yang berada di Jambi.
Dalam kegiatan operasinya, banyak kendala teknis dan
non-teknis yang dihadapi oleh PT XYZ, hal ini
dikarenakan PT XYZ belum melakukan proses
manajemen risiko untuk mengidentifikasi potensi risiko-
risiko dalam kegiatan operasional perusahaannya. Pada
penelitian ini akan merancang kerangka manajemen risiko
untuk PT. XYZ dengan menerapkan Enterprise Risk
Management (ERM) dengan pendekatan ISO 31000:
2018. Proses perancangan manajemen risiko melewati
tahapan identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko,
perlakukan risiko, pemantauan dan tinjauan. Tahap
identifikasi risiko, perlakuan risiko dan uji sensitifitas
menggunakan metode Risk Breakdown Structure (RBS)
dengan mekanisme branstroming dan Focus Group
Discussion (FGD). Tahap analisa dan evaluasi risiko
menggunakan metode Probability Impact Matrix (PIM).
Tahapan identifikasi kejadian risiko (risk event) dari 13
departemen didapat 32 kejadian risiko, pada tahap
identifikasi pemicu risiko (risk agent) dari 32 risk event
didapatkan 50 risk agent, sedangkan di tahapan analisa
risiko menghasilkan 6 risiko yang masuk kategori tidak
dapat diterima dan 2 risko yang masuk dalam kategori
dalam batasan kapasitas risiko perusahaan, sedankan pada
tahapan evaluasi risiko didapat 2 risiko yang masuk
kategori tidak dapat diterima dan 4 risko yang masuk
dalam kategori dalam batasan kapasitas risiko perusahaan.
Tahap terakhir yaitu uji sensitifitas, dimana pada tahap ini
didapatkan data sebagai berikut; R1 memiliki risiko
proyek dan keekonomian berupa pembatalan proyek. R30
tidak memiliki pengaruh kepaada risiko proyek, namun
berdampak significan terhadap keekonomian karena dapat
Kata Kunci:
Enterprise Risk
Management (ERM); ISO
31000:2018; Risk
Breakdown Structure
(RBS); Branstroming;
Focus Froup Discussion
(FGD); Probability Impact
Matrix (PIM); risiko
proyek dan risiko
keekonomian
Santoso, Syahfirin Abdullah dan Soehatman Ramli
Jurnal Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 477
Keywords: Enterprise Risk
Management (ERM);
ISO 31000:2018; Risk
Breakdown Structure
(RBS); Branstroming; Focus
Group Discussion
(FGD); Probability
Impact Matrix
mengubah asumsi dasar keekonomian proyek, R8
memiliki risiko proyek penambahan biaya proyek <5%,
keterlambatan 2Q-4Q, NPV -$21,3 jt, IRR -9,1% dan GOI
-$7,0 jt. R9 memiliki risiko proyek keterlambatan 1bulan-
1Q, NPV -$5,5 jt, IRR -2,3% dan GOI -$2,6 jt. R11
memiliki risiko proyek keterlambatan 2Q-4Q, NPV -
$16,3 jt, IRR -6,9% dan GOI - $5,6 jt. R23 memiliki
risiko proyek keterlambatan >4Q, NPV -$21,3 jt, IRR -
9,1% dan GOI - $7,0 jt.
ABSTRACT
PT XYZ is an oil and gas company with 2 exploration
blocks and 1 exploitation block located in Jambi. In its
operations, PT XYZ faces many technical and non-
technical risks, PT XYZ has not managed and identified
their potential risks in the company's operational
activities. The aim of this thesis is to develop a risk
management framework for PT. XYZ by implementing
Enterprise Risk Management (ERM) with an ISO 31000:
2018 approach. The risk management process consists of
risk identification, risk analysis, risk evaluation, risk
treatment, monitoring and review. The stages of risk
identification, risk treatment and project sensitivity use
the Risk Breakdown Structure (RBS) method with a
brainstroming mechanism and Focus Group Discussion
(FGD). The risk analysis and evaluation stage use the
Probability Impact Matrix (PIM) method. The result of
risk event identification stage, from 13 departments
identify 32 risk events, at the risk agent identification
stage from 32 risk events 50 risk agents were identify,
while at the risk analysis stage there were 6 risks that
were categorized as unacceptable risk and 2 risks that
catagorized into the category of the company's risk
capacity limits, while at the risk evaluation stage there
werw 2 risks that catagorized into the unacceptable
category and 4 risks that catagorized into the category of
company risk capacity limits. The last stage is the
sensitivity test, where at this stage the following data are
identify at prevous stage; R1 has project and economic
risks in the form of project cancellation. R30 has no effect
on project risk but has a significant impact on the
economy because it can change the basic assumptions of
the project's economy, R8 has a project risk of increasing
project costs <5%, 2Q-4Q delay, NPV -$21.3 million, IRR
-9.1% and GOI -$7.0 million. R9 has a project risk of
1month-1Q delay, NPV -$5.5m, IRR -2.3% and GOI -
$2.6m. R11 has a project delay risk of 2Q-4Q, NPV -
$16.3m, IRR -6.9% and GOI -$5.6m. R23 has project
Santoso, Syahfirin Abdullah dan Soehatman Ramli
478 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
(PIM); project risk and
economic risk
delay risk >4Q, NPV -$21.3m, IRR -9.1% and GOI -
$7.0m.
Pendahuluan
Industri hulu migas merupakan industri yang “unik” karena membutuhkan dana
yang cukup besar untuk mengembangkannya, teknologi yang komplek serta memiliki
tingkat risiko yang tinggi (Patmosukismo, 2011). Risiko adalah ketidakpastian yang
berdampak pada sasaran (Iso, 2009). Dalam aspek K3, risiko biasanya bersifat negatif
seperti cedera, kerusakan atau gangguan operasi. Risiko yang bersifat negatif harus
dihindarkan atau ditekan seminimal mungkin (Ramli, 2010). Risiko juga sering
digambarkan sebagai kombinasi dari konsekuensi atas suatu kejadian (termasuk
perubahan dalam suatu kondisi) dan kemungkinan yang berhubungan dengan suatu
kejadian (Awalianti A, 2014).
PT XYZ adalah sebuah perusahaan ekplorasi dan ekploitasi minyak dan gas bumi
yang memiliki 2 blok ekplorasi dan 1 blok ekploitasi diwilayah sumatera. Selama kurun
waktu dari 2016 hingga 2018, PT XYZ telah melakukan kegiatan ekploitasi di blok
Jambi, berupa pekerjaan workover sebanyak 2 sumur dan melakukan pengeboran 5
sumur pengembangan dengan biaya lebih dari US$ 50 juta. Dari kegiatan
pengembangan diatas dihasilkan data yang menunjukan adanya perubahan asumsi dasar
cadangan terbukti di blok Jambi, dari semula cadangan minyak mentah sebanyak 9,7
Million Barrell Oil (MMBO) menjadi hanya sebesar 0,5 Million Barrell Oil (MMBO),
atau hanya 5% dari perkiraan cadangan terbukti awal.
Disisi lain rencana pengembangan 2 blok ekplorasi milik perusahaan tidak
berjalan dengan baik, akses jalan menuju titik pengeboran sulit dijangkau dan adanya
beberapa permasalahan sosial menyebabkan PT XYZ tidak dapat melakukan kegiatan
eksplorasi di kedua blok tersebut.
Kegagalan PT XYZ dalam mengidentifikasi risiko-risiko yang ada, baik risiko
dari sisi operasional maupun non-operasional menyebabkan PT XYZ berpotensi
mengalami kerugian mencapai US$ 120 juta.
Pengelolaan risiko (Risk Management) menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
tanggung jawab manajemen, dalam memastikan tercapainya sasaran organisasi
(Maharani, 2018). Risiko tidak dapat sepenuhnya dihindari dan dihapuskan, namun
dengan adanya enterprise risk management (ERM), maka risiko dapat dikelola sehingga
dapat diminimalisasi dan diprediksi dampaknya (Jannah et al., 2020). Pengelolaan risiko
dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi manajemen, karena semua risiko yang
dapat menghambat proses organisasi telah diidentifikasikan dengan baik (Maharani,
2018).
Untuk menghindari kejadian yang sama terulang, PT XYZ perlu membuat sebuah
sistem manajemen risiko terhadap rencana-rencana pengembangan bisnis nya kedepan,
sebuah sistem yang dapat mengidentifikasi bukan hanya risiko dari sisi bisnis dan
risiko keuangan tapi juga harus mampu mengidentifikasi risiko-risiko operasional dan
Pengembangan Model Penerapan Economical Project Risk Management Di Perusahaan
Ekplorasi Dan Ekploitasi Migas Pt. Xyz
Jurnal Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 479
non-operasional (sosial, politik, budaya, keamanan, dll) yang dapat terjadi. Sistem ini
harus dapat membantu dan memberikan gambaran kepada manajemen, seberapa besar
risiko yang akan dihadapi manajemen dalam mengembangkan bisnis perusahaannya.
Dengan adanya informasi kemungkinan-kemungkinan risiko yang dapat terjadi,
manajemen dapat memutuskan untuk melanjutkan atau membatalkan rencana
pengembangan bisnisnya tersebut.
Metode Penelitian
Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode
(Sugiyono, 2016). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methods,
yaitu metode penelitian campuran yang melakukan pendekatan penelitian dengan
mengkombinaskan antara penelitian kualitaif dengan penelitian kuantitatif. Penelitian
mix method merupakan penggabungan antara metode kuantitatif dengan metode
kualitatif Creswell (2013). Sedangkan menurut (Sugiyono, 2016), mix methode adalah
metode penelitian dengan mengkombinasikan antara dua metode penelitian sekaligus
kualitatof dan kuantitatif dalam satu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang
lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif.
Pada penelitian ini ruang lingkup yang akan dijadikan objek yaitu proyek
pengembangan lapangan migas PT. XYZ. Dalam merancang pengembangan model
penerapan proses manajemen risiko untuk PT. XYZ dengan menerapkan Enterprise
Risk Management (ERM). Enterprise Risk Management (ERM) merupakan salah satu
alat yang bisa digunakan perusahaan untuk mengelola risiko yang dimiliki oleh
perusahaan (Sutanto, 2013). ERM mempunyai manfaat lebih dengan memberikan
informasi yang lebih tentang profil risiko perusahaan (Handayani & Yanto, 2013).
Penerapan ERM merupakan suatu hal yang sangat penting dimiliki oleh
perusahaan, karena risiko yang terjadi dapat dikelola dan diminimalisasi untuk
mencapai tujuan perusahaan. Pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan
Enterprise Risk Management (ERM) pada penelitian ini adalah (Iso, 2009).
Proses manajemen risiko diawali dengan penetapan konteks suatu organisasi
pengidentifikasian, penganalisaan, pengevaluasian, perlakuan, pemantauan dan
peninjauan risiko, dimasing-masing tahapan kegiatan dilakukan aktivitas komunikasi
dan konsultasi. Tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 1 dibawah
Santoso, Syahfirin Abdullah dan Soehatman Ramli
480
Gambar 1
Flow chart metode penelitian
Hasil dan Pembahasan
1. Tapah Identifikasi Risiko
Menggunakan metode Risk Breakdown Structure (RBS) dengan mekanisme
branstroming dan Focus Froup Discussion (FGD), risiko-risiko yang ada di masing-
masing departemen kemudian diseleksi dan dipilih, hanya risiko-risiko yang
memiliki potensi untuk dapat menghambat keberlangsungan kegiatan proyek secara
significan yang yang dipilih, sementara risiko-risiko lain yang tidak berpotensi
significan menghambat kegiatan proyek akan dimasukan sebagai risk register dari
masing-masing departemen. Hasil identifikasi risiko dapat terlihat dalam tabel 1
dibawah : Tabel 1
Hasil Identifikasi Risiko
No
Departemen
Jumlah Risk Agent
1
Manajemen
3
2
Produksi
2
3
Sub-Surface
2
4
Proyek
11
5
HSE
7
6
Komersial
5
7
Pengadaan
9
8
Kehumasan
7
9
Hukum
2
10
Keuangan
2
Untuk tahapan identifikasi potensial risiko (Risk Event), departemen proyek
dan pengembangan (Project and Development Departement) memiliki risk event
yang dapat memperuhi keberlangsungan proyek secara significan terbanyak
dibandingkan dengan departemen lain, yaitu 7 buah risk event, disusul dengan
departemen pengadaan sebanyak 5 risk event, departemen HSE dan kehumasan
sama-sama memiliki 4 buah risk event, departemen komersial 3 risk event. Top
Pengembangan Model Penerapan Economical Project Risk Management Di Perusahaan
Ekplorasi Dan Ekploitasi Migas Pt. Xyz
Jurnal Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 481
manejemen, departemen operasi dan produksi, departemen keuangan dan
departemen sub-surface memiliki 2 risk event dan yang terakhir departemen hukum
dengan 1 risk event.
Pada tahapan identifikasi pemicu risiko (risk agent), departemen proyek dan
pengembangan (Project and Development Departement) memiliki risk agent
terbanyak yaitu 11 risk agent yang di dapat dari 7 risk event, disusul dengan
departemen pengadaan sebanyak 9 risk agent yang didapat dari 5 risk event,
departemen HSE dan kehumasan sama-sama memiliki 7 risk agent yang didapat
dari 4 buah risk event, departemen komersial memiliki 5 risk agent dari 3 risk
event. Top manejemen memiliki 3 risk agent yang berasal dari 2 risk event,
seangkan departemen operasi dan produksi, departemen keuangan dan departemen
sub-surface sama-sama memiliki 2 risk agent yang berasal dari 2 risk event dan
yang terakhir departemen hukum dengan 2 risk agent dari 1 risk event.
2. Tahap Analisa Risiko
Menggunakan metode Probability Impact Matrix (PIM) dengan cara Focus
Froup Discussion (FGD), didapatkan data risiko awal (Inherent Risk) seperti
terlihat dalam Gambar 2 di bawah.
Gambar 2
Peta Risiko Hasil Tahapan Analisa Risiko
Dari gambar 2 diatas, dapat dilihat ada 6 risiko yang masuk kategori risiko
yang tidak dapat diterima oleh perusahaan, dimana 4 risiko memiliki nilai risiko
sebesar 25 (R1, R8, R11 dan R30) dan 2 risiko memiliki nilai risiko sebesar 20 (R9
dan R23). Risiko yang masuk dalam kategori risiko dalam batasan kapasitas risiko
perusahaan (Risk Capacity) berjumlah 15 risiko, terdiri dari 4 risiko memiliki nilai
risiko sebesar 16, risiko dengan nilai risiko 15 berjumlah 3 risiko dan 8 risiko yang
memiliki nilai risiko sebesar 12. Risiko yang masuk kategori risiko dalam batasan
toleransi risiko perusahaan (Risk Tolerance) berjumlah 11 risiko, yang terbagi
menjadi 4 risiko dengan nilai risiko sebesar 9, risiko dengan nilai sebesar 8
berjumlah 4 dan 3 risiko dengan nilai risiko sebesar 6.
Santoso, Syahfirin Abdullah dan Soehatman Ramli
482
3. Tahap Evaluasi Risiko
Menggunakan metode Probability Impact Matrix (PIM) dengan cara Focus
Froup Discussion (FGD), didapatkan data evaluasi risiko seperti terlihat dalam
Gambar 3 di bawah.
Gambar 3
Peta Risiko Hasil Tahapan Evaluasi Risiko
Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat ada 2 risiko yang masuk kategori risiko yang
tidak dapat diterima oleh perusahaan, dengan nilai risiko sebesar 20. Risiko yang
masuk dalam kategori risiko dalam batasan kapasitas risiko perusahaan (risk
capacity) berjumlah 4 risiko, terdiri dari 12 risiko memiliki nilai risiko sebesar 16
dan risiko dengan nilai risiko 15 berjumlah 2 risiko. Risiko yang masuk kategori
risiko dalam batasan toleransi risiko perusahaan (risk tolerance) berjumlah 21
risiko, yang terbagi menjadi 5 risiko dengan nilai risiko sebesar 9, risiko dengan
nilai sebesar 8 berjumlah 8, risiko dengan nilai risiko sebesar 6 ada 6 risiko dan ada
2 risiko yang memiliki nilai risiko 5. Risiko yang termasuk dalam kategori risiko
yang masih dalam batasan selera risiko perusahaan (risk appetite) berjumlah 5
risiko yang terbagi menjadi 4 risiko dengan nilai risiko sebesar 4 dan 1 risiko
dengan nilai risiko sebesar 3.
4. Tahap Perlakuan Risiko
Perlakuan risiko dilakukan terhadap risiko-risiko yang memiliki nilai residual
risk ≥10, untuk menurunkan atau menghilangkan dampak dari risiko-risiko tersebut
yang dapat mengganggu pencapaian sasaran organisasi hingga masuk ke dalam
kriteria “dapat diterima”.
Menggunakan metode Risk Breakdown Structure (RBS) dengan mekanisme
branstroming dan Focus Froup Discussion (FGD), dirumuskan perlakuan apa yang
akan diterapkan untuk menurunkan tingkat risiko yang masuk kategori risiko dalam
batas kapasitas risiko perusahaan (risk capacity) dan tingkat risiko yang tidak dapat
diterima oleh perusahaan agar dapat diturunkan menjadi risiko yang dapat diterima
oleh perusahaan.
Risiko 1 (R1) yang merupakan risiko manajemen terkait Financial Investment
Decision (FID), dengan konsekuensi investor/pemodal tidak mau menginvestasikan
dananya untuk proyek yang akan dijalankan sehingga proyek akan batal
Pengembangan Model Penerapan Economical Project Risk Management Di Perusahaan
Ekplorasi Dan Ekploitasi Migas Pt. Xyz
Jurnal Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 483
dilaksanakan, memiliki nilai risiko awal sebesar 25 (risiko tidak dapat diterima oleh
perusahaan), existing control yang ada saat ini, hanya dapat menurunkan risiko dari
nilai 25 menjadi nilai 20 (risiko tidak dapat diterima oleh perusahaan). Perlakuan
risiko yang diberikan adalah dengan mekanisme berbagi risiko (Risk Sharing)
berupa Fasilities Sharing Agrement (FSA) dengan Petrochina International Jabung
Ltd untuk pengolahan gas dan LPG. FSA akan mengurangi nilai capex mencapai
$30 juta, diharapkan hal ini akan membuat investor lebih tertarik untuk
menjalankan proyek ini.
Risiko 30 (R30) yang merupakan risiko keuangan (financial risk) terkait
harga jual gas yang akan dipatok sebesar $6 ditingkat industri oleh pemerintah,
dapat menyebabkan nilai keekonomian proyek menjadi berkurang bahkan dapat
menyebabkan proyek yang akan dijalankan menjadi tidak ekonomis lagi. R30
memiliki nilai risiko awal sebesar 25 (risiko tidak dapat diterima oleh perusahaan),
existing control yang ada saat ini, hanya dapat menurunkan risiko dari nilai 25
menjadi nilai 20 (risiko tidak dapat diterima oleh perusahaan). Saat ini, perusahaan
sudah memiliki LOI dengan perusahaan gas milik negara yang akan membeli gas
perusahaan sebesar $5,3/mmbtu. Dengan adanya peraturan tersebut, dapat
menyebabkan harga jual gas turun diangka $4/mmbtu. Perlakuan risiko yang
diberikan adalah dengan mekanisme mitigasi untuk mencari pembeli gas lain yang
mau membeli gas dengan harga keekonomian proyek yang akan dilangsungkan.
Risiko 8 (R8) kondisi pandemic covid-19 dan risiko 9 (R9) ijin lokasi
kegiatan yang berada dikawasan hutan lindung merupakan risiko HSE. Risiko 8
(R8) kondisi pandemic covid-19 dapat menyebabkan mundurnya penyelesaian
pekerjaan proyek karena aturan jumlah pekerja yang tidak boleh 100% bekerja
disaat yang bersamaan, dan penambahan anggaran untuk program pencegahan
covid-19 akibat adanya aturan karantina bagi pekerja. Risiko 9 (R9) terkait ijin
lokasi dikawasan hutan lindung, dikarenakan area operasi perusahaan yang berada
dikawasan hutan lindung maka memerlukan Ijin Lingkungan (IL) dan Ijin
Penggunaaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan (IPPKH). Berdasarkan pengalaman
semala ini, pengurusan ijin IPPKH memerlukan waktu antara 1 tahun 1,5 tahun.
Perencanaan proyek harus betul-betul matang dan tidak boleh ada perubahan Scope
of Work (SOW) yang dapat mengakibatkan kaharusan untuk merubah IPPKH.
Pekerjaan proyek tidak dapat dilakukan sebelum IL dan IPPKH dikeluar oleh
pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).
R8 memiliki nilai risiko awal sebesar 20 (risiko tidak dapat diterima oleh
perusahaan), existing control yang ada saat ini, hanya dapat menurunkan risiko dari
nilai 20 menjadi nilai 16 (Risiko dalam batasan kapasitas risiko perusahaan (Risk
Capacity)). R9 memiliki nilai risiko awal sebesar 25 (risiko tidak dapat diterima
oleh perusahaan), existing control yang ada saat ini, hanya dapat menurunkan risiko
dari nilai 25 menjadi nilai 16 (Risiko dalam batasan kapasitas risiko perusahaan
(Risk Capacity)).
Santoso, Syahfirin Abdullah dan Soehatman Ramli
484
Perlakuan risiko yang diberikan untuk R8 berjumlah 2; dengan mekanisme
menghindari risiko (risk avoid) berupa penghentian kegiatan proyek jika control
risiko yang ada tidak mampu menekan risiko sampai batas As Low As Reasonable
and Practicable (ALARP) dan mekanisme mitigasi dengan memasukan klausul
penghentian kegiatan proyek akibat dampak covid-19 sebagai Force Majeur
didalam kontrak kerja antara perusahaan dengan pihak kontraktor, sehingga
perusahaan tidak akan diminta untuk terus membayar ketika para pekerja dalam
kondisi standby.
Perlakuan risiko yang diberikan untuk R9 adalah mekanisme mitigasi dengan
memasukan klausul penghentian kegiatan proyek akibat dampak kebakaran hutan
sebagai Force Majeur didalam kontrak kerja antara perusahaan dengan pihak
kontraktor, sehingga perusahaan tidak akan diminta untuk terus membayar ketika
para pekerja dalam kondisi standby.
Risiko 11 (R11) yang merupakan risiko komersial terkait harga jual gas yang
dapat berbeda (lebih rendah) antara yang sudah disepakati didalam Plan of
Development (POD) dengan Gas Sales Agreement (GSA) antara perusahaan dan
gas buyer. Perbedaan harga gas yang lebih rendah, akan menyebabkan perusahaan
untuk merubah POD yang sudah disepakati, berdasarkan pengalaman terdahulu,
proses perubahan POD akan memakan waktu antara 6-12 bulan.
R11 memiliki nilai risiko awal sebesar 25 (risiko tidak dapat diterima oleh
perusahaan), existing control yang ada saat ini, hanya dapat menurunkan risiko dari
nilai 25 menjadi nilai 15 (Risiko dalam batasan kapasitas risiko perusahaan (Risk
Capacity)).
Perlakuan risiko yang diberikan untuk R8 berjumlah 2; yang peratama yaitu
menerima risiko (Risk Acceptance) yaitu menerima harga gas yang sedikit lebih
rendah yang ditawarkan gas buyer sehingga perusahaan harus merubah POD yang
ada, yang kedua adalah dengan mekanisme mitigasi dengan cara mencari gas buyer
lain yang mau membeli gas perusahaan sesuai dengan harga gas yang tertera di
POD. Risiko 23 (R23) yang merupakan risiko proyek terkait jalur penggelaran pipa,
dimana sesuai dengan engineering design awal, titik tie-in poin sejauh ± 17 KM ke
arah pipa milik Transportasi Gas Indonesia (TGI), pipa akan ditanam disisi jalan
kabupaten. Dalam rencana pengembangan wilayah kabupaten, disebutkan akan ada
proses pelebaran jalan yang akan memiliki konsekuensi pipa gas yang ditanam akan
berada dibawah jalan raya, hal ini akan membahayakan sehingga pihak
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tidak akan
menerbitkan ijin penggelaran pipa.
R23 memiliki nilai risiko awal sebesar 20 (risiko tidak dapat diterima oleh
perusahaan), existing control yang ada saat ini, hanya dapat menurunkan risiko dari
nilai 20 menjadi nilai 15 (Risiko dalam batasan kapasitas risiko perusahaan (Risk
Capacity)).
Pengembangan Model Penerapan Economical Project Risk Management Di Perusahaan
Ekplorasi Dan Ekploitasi Migas Pt. Xyz
Jurnal Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 485
Perlakuan risiko yang diberikan adalah mitigasi risiko berupa pelibatan
SKKMIGAS dan MIGAS untuk memfasilitasi komunikasi dengan pihak PUPR
untuk mendapatkan kejelasan dari rencana kerja pihak PUPR dan ijin penggelaran
pipa.
5. Uji Sensitifitas
Uji Sensitifitas dilakukan kepada 6 risiko terbesar yaitu; R1, R30, R8, R9,
R11 dan R23 (sesuai urutan besaran nilai risiko). Menggunakan metode Risk
Breakdown Structure (RBS) dengan mekanisme branstroming dan Focus Froup
Discussion (FGD). Data dianalisa untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
masing-masing risiko terhadap perubahan biaya proyek (C), waktu pengerjaan
proyek (T), perubahan ruang lingkup proyek (S) dan kualitas dari proyek yang akan
dikerjakan (Q). Selain itu, uji sensitifitas juga dilakukan untuk melihat seberapa
besar pengaruh risiko-risiko tersebut terhadap nilai keekonomian proyek, terutama
pada parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Government of Intake (GOI).
R1 yang terkait dengan keputusan investor untuk membiayai proyek yang
akan dilakukan (Financial Investment Decision) memiliki risiko yang paling besar
dibanding 5 risiko lainnya. Nilai sunk cost dari proyek sebelumnya yang mencapai
$120 juta, dapat membebani keputusan investor dalam memberikan modal untuk
proyek pengembangan lapangan baru ini. Nilai proyek yang mencapai $757,9 juta
dengan IRR sebesar 44% diharapkan dapat menarik investor untuk mau mendukung
proyek ini.
Jika investor menolak untuk memberikan modal, maka secara otomatis
proyek ini batal untuk dijalankan dan seluruh parameternya akan menjadi 0.
R30 yang terkait dengan risiko penetapan harga gas sebesar $6/MMbtu di
tingkat pengguna (hilir) dari sisi risiko proyek tidak memiliki pengaruh atas faktor
cost, time, scope of work dan quality dari proyek yang akan dikerjakan, namun akan
sangat berpengaruh terhadap faktor keekonomian proyek. Jika harga gas dipatok
sebesar $6/MMbtu di tingkat pengguna maka harga gas di tingkat penghasil (hulu)
hanya akan berkisar diangka $4/MMbtu karena ada tol fee, pajak dan biaya-biaya
lainnya, sementara asumsi keekonomian yang dipakai dalam proyek ini adalah
harga gas sebesar $5,3/MMbtu, ada selisih hampir 25%.
Selisih harga yang mencapai 25% ini, dapat menyebabkan investor semakin
tidak berminat untuk mengembangkan projek ini karena revenue yang didapat akan
semakin kecil.
R8 yang terkait dengan risko aspek HSE berupa adanya pandemic covid-19
yang melanda Indonesia dan belum diketahui obatnya. Dampak dari adanya covid-
19 terhadapa kegiatan proyek berupa potensi penyelesaian proyek yang mundur
2Q-4Q, hal ini dikarenakan sesuai dengan protocol covid-19, jumlah pekerja yang
bekerja dilapangan secara bersamaan harus dikurangi, selain itu potensi adanya
outbreak covid-19 juga dapat mengganggu jalannya penyelesaian proyek.
Santoso, Syahfirin Abdullah dan Soehatman Ramli
486
Covid-19 juga dapat berdampak pada pembengkakan biaya proyek, hal ini
dikarenakan sesuai dengan protocol covid-19, seluruh pekerja yang akan berangkat
harus dilakukan test PCR, selain itu juga para pekerja diharuskan menjalankan
isolasi 1 minggu dihotel sebagai tempat isolasi sebelum bekerja maupun pada saat
akan kembali ke rumah nya masing-masing.
Dampak keekonomian akibat adanya risiko R8 berupa keterlambatan dalam
menyelesaikan proyek selama 4Q, akan menyebabkan nilai keekonomian proyek
menjadi berkurang; dari sisi NPV akan berkurang sebesar -$21,3 jt, IRR sebesar -
9,1% dan GOI sebesar -$7,0 jt.
Lokasi proyek yang berada diarea Provinsi Jambi dan hutan gambut, sangat
rawan terhadap kebakaran hutan, R9 berkaitan dengan dampak kebakaran hutan
yang terjadi pada saat musim kemarau terhadap proyek yang akan dikerjakan.
Berdasarkan data yang ada selama ini, pengaruh asap dan kebakaran hutan dapat
menyebabkan gangguan pernafasan kepada para pekerja dan hal ini dapat
berlangsung selama 1 bulan 3 bulan. Konsekuensi dari adanya risiko terhadap
gangguan pernafasan para pekerja, produktifitas pekerja akan menurun secara
significan meskipun sudah menggunakan masker dan alat pelindung pernafasan
tambahan. Penurunan produktifitas akan menjadikan penyelesaian proyek dapat
terganggu antara 1-3 bulan.
Dampak keekonomian akibat adanya risiko R9 berupa keterlambatan dalam
menyelesaikan proyek selama 1Q, akan menyebabkan nilai keekonomian proyek
menjadi berkurang; dari sisi NPV akan berkurang sebesar -$5,5 jt, IRR sebesar -
2,3% dan GOI sebesar -$2,6 jt.
R11 berkaitan dengan risiko komersial yang diakibatkan lebih rendahnya
harga gas dari yang sudah disepakati didalam Plan of Development (POD)
pengembangan lapangan gas PT XYZ. Perbedaan harga gas yang lebih kecil dari
POD mengharuskan perusahaan untuk melakukan revisi terhadap POD yang telah
disetujui sebelumnya dan hal ini akan membutuhkan waktu mencapai 1 tahun,
sehingga dari sisi risiko proyek, R9 ini dapat menghambat penyelesaian proyek
maksimal 1 tahun.
Dampak komersial dari R11 ini berupa keterlambatan dalam menyelesaikan
proyek selama 2Q-4Q, akan menyebabkan nilai keekonomian proyek menjadi
berkurang; dari sisi NPV akan berkurang sebesar -$16,3 jt, IRR sebesar -6,9% dan
GOI sebesar -$5,6 jt.
R23 berkaitan dengan ijin penggelaran pipa. Lokasi penggelaran pipa export
line yang berada dibahu jalan lintas kabupaten, mengharuskan perusahaan untuk
mendapatkan ijin penggelaran pipa dari pihak PUPR baik kabupaten, provinsi
maupun pusat. Adanya rencana kegiatan dari pihak PUPR untuk pelebaran jalan,
dapat menyebabkan ijin penggelaran pipa tidak akan disetujui. Pihak perusahaan
harus mensinkronkan rencana kegiatan penggelaran pipa dan rencana pelebaran
jalan dimasa yang akan datang yang akan dilakukan oleh pihak PUPR. Alternatif
lainnya adalah merubah rute penggelaran pipa untuk tie-in di titik yang berlawanan
Pengembangan Model Penerapan Economical Project Risk Management Di Perusahaan
Ekplorasi Dan Ekploitasi Migas Pt. Xyz
Jurnal Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 487
arah dengan rencana awal, namun rute ini akan melewati jalur hutan lindung,
sehingga harus merubah ijin lingkungan dan IPPKH yang ada, hal ini akan
membuat proyek menjadi mundur lebih dari 4Q.
Dampak keekonomian akibat adanya risiko R23 berupa keterlambatan dalam
menyelesaikan proyek selama 4Q, akan menyebabkan nilai keekonomian proyek
menjadi berkurang; dari sisi NPV akan berkurang sebesar -$21,3 jt, IRR sebesar -
9,1% dan GOI sebesar -$7,0 jt.
Kesimpulan
Risiko akan selalu melekat pada setiap sasaran yang hendak dicapai. Agar sasaran
perusahaan dapat tercapai dengan baik, maka perusahaan perlu mengelola risiko-risiko
yang mungkin muncul dalam pencapaian sasaran tersebut.
Manajemen risiko dapat membantu manajemen perusahaan untuk
mengidentifikasi bukan hanya risiko dari sisi bisnis dan risiko keuangan tapi juga
risiko-risiko operasional dan non-operasional (sosial, politik, budaya, keamanan, dll)
yang mungkin terjadi dan dapat mengganggu pencapaian sasaran perusahaan. Dengan
adanya informasi kemungkinan-kemungkinan risiko yang dapat terjadi, manajemen
dapat memutuskan untuk melanjutkan atau membatalkan rencana pengembangan
bisnisnya tersebut.
Manajemen risiko harus diimplementasikan dan menjadi bagian dari proses bisnis
perusahaan agar sasaran perusahaan dapat tercapai.
Santoso, Syahfirin Abdullah dan Soehatman Ramli
488
BIBLIOGRAFI
Awalianti A, I. J. (2014). Penerapan Dan Fungsi Manajemen Risiko Fluktuasi Harga
Batu Bara Berdasarkan ISO 31000. Journal of Accounting Research, 3(1), 113.
COSO. (2004). Enterprise Risk Management - Integrated Framework. From Committee
of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO):
http://www.coso.org/ERM-IntegratedFramework.htm, diakses tanggal 26 Februari
2022
Handayani, B. D., & Yanto, H. (2013). Determinan pengungkapan enterprise risk
management. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 17(3), 333342. Google Scholar
Iso, I. (2009). 31000: 2009 Risk managementPrinciples and guidelines. International
Organization for Standardization, Geneva, Switzerland. Google Scholar
Jannah, L., Aulia, D., & Sumunar, K. I. (2020). Enterprise Risk Management Discloure,
Komite Manajemen Risiko Dan Nilai Perusahaan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 5(8), 595604. Google Scholar
Maharani, A. R. (2018). Perancangan manajemen risiko operasional di PT. X dengan
menggunakan metode house of risk. Institu Teknologi Sepuluh Nopember.
Nurlela, & Suprapto, H. (2014). Identifikasi dan Analisis Manajemen Risiko Pada
Pembangunan Proyek Infrastruktur Gedung Bertingkat. Jurnal Desain Konstruksi,
13 (2), 114-124
Patmosukismo, S. (2011). Migas: politik, hukum & industri: politik hukum pengelolaan
industri migas Indonesia dikaitkan dengan kemandirian dan ketahanan energi
dalam pembangunan perekonomian nasional. Fikahati Aneska. Google Scholar
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Google Scholar
Rinagunawan. 2018. Apa yang dimaksud dengan risk breakdown struktur?.
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-risk-breakdown-
structure/15346, diakses tanggal 26 Februari 2022
Sufa’atin, "Implementasi Probability Impact Matriks (PIM) Untuk Mengidentifikasi
Kemungkinan dan Dampak Risiko Proyek," ULTIMA InfoSys, vol. VIII, no. 1, pp.
43-47, 201
Sugiyono, P. (2016). Metode Penelitian Manajemen (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research, dan
Penelitian Evaluasi). Bandung: Alfabeta Cv. Google Scholar
Sutanto, S. (2013). Desain enterprise risk management berbasis ISO 31000 bagi duta
minimarket di Situbondo. Calyptra, 1(1), 118. Google Scholar
Pengembangan Model Penerapan Economical Project Risk Management Di Perusahaan
Ekplorasi Dan Ekploitasi Migas Pt. Xyz
Jurnal Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 489
Copyright holder:
Santoso, Syahfirin Abdullah dan Soehatman Ramli (2022)
First publication right:
Jurnal Syntax Admiration
This article is licensed under: